4. TSMY

1 0 0
                                    

Menghilangnya Afran tanpa jejak membuat Avixa kebingungan. Dia mencoba mencari keberadaan Afran, tetapi tidak ada seorang pun di sana. Baru saja Avixa hendak kembali mencari, tiba-tiba suara auman serigala terdengar. Bulu kuduk Avixa berdiri. Gadis itu akhirnya memutuskan kembali turun dan berhenti mencari Afran yang hilang entah ke mana.

Keesokan harinya, otak Avixa masih sibuk memikirkan Afran. Ia menjadi makin bingung karena Afran tidak terlihat sampai bel pulang berbunyi.

"Kak, kita berangkat, yuk," ucap Alex sambil memegang tangan Avixa.

"Ohh, iya. Ayo." Avixa menjawab dengan pelan.

Sesampainya di sekolah, Avixa masih asik mencari sosok Afran yang belum ditemuinya sejak kejadian kemarin. Gadis itu menelusuri setiap sudut sekolah, tetapi Afran tetap tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Vixa, kamu sedang mencari siapa?" tanya Asyla sambil mendekat ke arah Avixa yang masih sibuk mencari-cari seseorang.

"Tidak ada. Aku sedang tidak mencari siapa-siapa." Avixa mengusap tengkuknya dengan gugup. Akan memalukan jika Asyla tahu jika dirinya tengah mencari Afran.

"Kamu bohong, ya? Aku perhatikan dari tadi, kamu seperti sedang mencari seseorang. Iya 'kan, Vixa?" Nada dalam kalimat Asyla terdengar seperti tidak percaya.

"Aku tidak berbohong. Ayo kita ke kelas saja." Avixa mengalihkan arah pembicaraan guna menghindari pertanyaan Asyla yang makin rinci.

Pelajaran dimulai. Mereka melaksanakan pembelajaran seperti biasanya, dan ketika bel istirahat berbunyi, para siswa segera berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ke lapangan, atau sekadar duduk di halaman sekolah utnuk menikmati udara yang segar. Avixa dan Asyla tentu saja tidak ketinggalan. Mereka memutuskan untuk pergi ke kantin dan memesan makanan.

Sambil menyendok nasi goreng kesukaannya, otak Avixa terus bekerja, memikirkan semua hal tentang Afran. _Asyla mungkin tahu sesuatu._

"Belakangan ini, aku selalu melihatmu sendirian. Di mana kakakmu?" tanya Avixa _to the point._

"Maksudmu kak Afran?" Asyla menaikkan satu alisnya, menggoda Avixa. "Pasti dia yang sejak pagi kamu cari."

Avixa terbatuk. "Aku sungguh tidak mencari siapa pun."

"Tidak ada salahnya berkata jujur." Melihat ekspresi Avixa, membuat Asyla tidak bisa menahan tawanya. Konyol sekali temannya itu.

"Ju-jujur apa? Aku hanya penasaran." Avixa mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Ah, begitu? Kak Afran hanya tengah sakit. Itulah kenapa dia tidak bisa mengikuti pelajaran," jawab Asyla dengan raut wajah meledek. Tentu saja dia tidak percaya jika Avixa 'hanya penasaran'.

"Sakit apa?" Avixa bertanya secara refleks. Wajahnya kini berubah menjadi penuh kekhawatiran.

"Khawatir, ya? Dia hanya masuk angin, kok," jawab Asyla.

"Kata siapa? Aku hanya bertanya saja." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Avixa tidak kembali bertanya. Dia takut Asyla akan berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.

***

Di hari berikutnya, Avixa melakukan rutinitas seperti biasa. Membangunkan adiknya, bersiap-siap, dan tentu saja membantu kedua orang tuanya. Setelah semuanya selesai, Avixa segera berangkat ke sekolah dengan diantar Hans–ayahnya.

Di tengah perjalanan, Avixa melihat sosok yang tampak familier. Sosok itu adalah Afran. Lelaki tersebut ternyata tengah naik motor dengan dibonceng seorang tukang ojek. _Apa itu Afran? Kenapa dia tidak berangkat bersama Asyla? Apa dia bolos?_

Sesampainya di sekolah, Avixa segera berpamitan dengan ayahnya sebelum kemudian berjalan menuju kelas. Belum sampai dia menginjak ambang pintu, seseorang sudah terlebih dahulu menepuk pundaknya.

"Asyla! Kamu membuatku terkejut!" Bibir Avixa tertarik ke bawah, membentuk wajah cemburut.

"Hehe, maaf, Vixa. Jangan cemberut begitu, dong." Asyla mengedipkan matanya berulang kali, berusaha membujuk Avixa dengan bertingkah imut.

Avixa tertawa geli. Melihat tingkah Asyla, ternyata cukup menghibur dirinya yang tengah dirundung rasa penasaran berlebih karena Afran.

Tidak lama setelah itu, bel berbunyi, menandakan dimulainya pelajaran pertama. Avixa secara spontan menatap tempat duduk Afran yang kosong. Lelaki itu tidak ada di sana. Entah ke mana perginya siswa yang amat misterius tersebut.

***

"Mbak, saya mau pesan ini, ya!" Seorang pelanggan menunjuk menu yang dipilihnya. Seraya menulis pesanan, kepala Avixa mengangguk-angguk dengan gerakan pelan.

"Baik, Kak. Apa ada pesanan lain?" Tangan Avixa berhenti mencatat.

Pelanggan tersebut menggelengkan kepalanya, mengutarakan penolakan pada penawaran Avixa. "Kalau begitu, tolong tunggu pesanannya, ya, Kak!" Avixa berkata dengan semangat tinggi.

Beberapa waktu kemudian, terlihatlah Avixa yang tengah membawa nampan dengan hidangan di tangannya. Ketika gadis itu sedang berjalan, ia tidak sengaja melihat sosok lelaki yang mirip seperti Afran. Entah sudah ke berapa kalinya, Avixa kembali memikirkan Afran.

Setelah memastikan sudah tidak ada pekerjaan yang harus Avixa laksanakan, ia segera berjalan menuju meja yang paling ujung. Namun, Avixa kalah cepat. Sosok yang mirip Afran tersebut sudah berlalu, berjalan meninggalkan kafe dengan cepat. Avixa ingin mengejar, tetapi ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama.

Setelah pertemuan singkat itu, Avixa tidak lagi melihat Afran. Avixa tidak menyerah. Gadis itu tetap menunggu dengan sabar, walaupun mungkin penantiannya akan berakhir sia-sia.

Kesabaran Avixa ternyata membuahkan hasil. Beberapa hari kemudian, gadis itu melihat Afran tengah berjalan di koridor sekolah. Lelaki tersebut tampaknya tengah berjalan menuju kelas.

Avixa mengikuti dalam diam. Karena terlalu sibuk memikirkan Afran yang begitu aneh dan misterius, otak Avixa mulai terasa panas. Hingga pelajaran pertama di mulai, Avixa masih memusatkan pikiran pada Afran.

Lamunan Avixa baru saja terpecah ketika mendengar Afran yang meminta izin ke toilet. Avixa yang tidak ingin kembali kecolongan pun memilih untuk ikut izin ke toilet.

Mengendap-endap, Avixa terus mengikuti ke mana langkah Afran pergi. Dia tahu dengan jelas jika jalan ini bukanlah lorong untuk pergi ke toilet.

Dahi Avixa berkerut, membentuk persimpangan jalan yang entah akan pergi ke mana. _Gudang sekolah? Mengapa Afran pergi ke sana?_ Avixa bertanya-tanya dalam hati.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tell Me Your Secret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang