"Disini aja" kata seorang laki-laki berjaket hitam sambil menunjuk sebuah restoran.
"Ya sudah" laki-laki berhoodie putih mengangguk.
"Mau makan apa?" Tanya Tian, laki-laki berhoodie putih itu ketika mereka sudah duduk di salah satu bangku dipojok.
"Gua steak aja" jawab Rian, laki-laki berjaket hitam yang merupakan saudara Tian, sambil bersandar ke kursi dan memegang handphonenya.
"Minumnya?" Tanya Tian lagi.
"Es teh tawar" jawab Rian tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone.
"Steak 1, spaghetti 1, es teh tawar 2" pesan Tian kepada pelayan yang sedari tadi menunggu di samping mereka.
Setelah selesai menuliskan pesanan mereka, pelayan itu berjalan pergi ke kasir.
"Eh gua nemu aplikasi mirip Instagram gitu tapi fiturnya lebih banyak, mau download gak? Gua tadi download karena penasaran aja terus ada lewat iklannya juga" kata Tian, membuka pembicaraan.
"Gak ah, gua gak tertarik sama aplikasi kayak gitu, Instagram aja udah gua hapus" tolak Rian.
Ting
Suara dari handphone Tian, laki-laki berhoodie putih itu, membuat Rian, laki-laki berjaket hitam itu menoleh ke arahnya.
"Siapa?" Tanya Rian penasaran.
"Pesan dari aplikasi yang baru gua download" jawab Tian singkat sambil menunjukkan handphonenya.
"Ooh, coba baca" Tian menurutinya.
"Selamat anda terpilih mendapatkan uang sebesar 50 juta, datanglah ke alamat yang diberikan" ucapnya "gak penting, paling penipuan" ujar Rian. Tangannya bergerak mengambil handphone Tian dan hendak menghapus pesan itu.
"Tunggu!" Cegah Tian. Rian mengangkat alisnya "kenapa?"
"Coba gua liat" pinta Tian, Rian mengembalikan handphone itu.
"Oh aplikasi ini, temen gua kemaren juga download dan dapat pesan ini" Kata Tian setelah mengamati logo aplikasi itu.
"Terus dia pergi gak?" Tanya Rian penasaran. Tian mengangguk.
"Dia dapet uangnya?" Tanya Rian lagi.
Lagi-lagi Tian mengangguk tapi kali ini lebih antusias, "iya dia dapet, dia cerita ke gua. Awalnya dia juga kira ini penipuan tapi ternyata beneran dapet"
"Ooh kalau gitu nanti temenin gua pergi ke sana ya" pinta Rian yang mulai antusias dengan pesan tersebut.
Tian mengangguk mengiakan permintaan Rian untuk ditemani.
***
Srek..srek..srek
"Ini alamatnya dimana sih? Masa gua sampe masuk ke hutan gini, banyak semak-semak lagi." gerutu Kevin sembari menyingkirkan apapun yang menghadang jalannya.
Akhirnya ia sampai pada alamat yang dituju, dan terdapatlah bangunan megah yang terlihat sangat mewah. Sesaat Kevin terdiam melihat bangunan itu, sangat tinggi dan besar dibanding dirinya yang bagaikan semut disamping bangunan itu. Di depan bangunan itu, sebuah pagar yang membatasi bangunan itu dengan hutan.
"Alamatnya disini sih, mana ya penipunya? Tangan gua dah lama gak terkam orang nih." Sahut Kevin sembari menyatukan kedua telapak tangannya.
Kevin datang sendirian ke alamat yang kemarin telah ditujukan lewat aplikasi X itu. Apakah dia takut? Tidak. Kevin sangat antusias, sudah lama ia tidak menangkap penjahat atau penipu seperti ini.
Ketika Kevin ingin melangkah mendekati bangunan itu tiba-tiba terdengar suara di belakangnya.
"Duh.. Pelan-pelan Ver, kaki gua sakit lu injek terus pake kaki gajah lu itu." seru Leo tak terima kakinya diinjak oleh Vero yang ketiga kalinya.
"Ya sori, gak sengaja gua. Abisnya ini jalannya ditutupin semak-semak semua. Ini alamatnya juga bener kagak sih? Masa sampe ke hutan gini." gerutu Vero yang mulai kesal dengan semak-semak yang ada di depannya itu.
"Siapa suruh lu ajak kita kesini, kan lu yang mau." jawab Shasa ikut bicara.
Mereka terus melewati semak-semak itu hingga akhirnya menemukan bangunan besar yang telah ditemukan oleh Kevin lebih dahulu.
"Kalian siapa?" tanya Kevin bingung dan kaget melihat kehadiran rombongan orang-orang yang tak ia kenal.
"Manusia." jawab Ali santai.
Vivi memukul kepala Ali cukup keras.
"Aw.. Vi santuy geh."
"Serius dikit ngapa dah." ketus Vivi.
"Kita kesini karena dapet hadiah dan disuru kealamat ini, jadi kita ikutin alamat yang dituju." jelas Xander yang memang paling waras dibanding teman-temannya yang lain.
"Tumben amat lu boros ngomong, biasanya geh irit bet." sahut Bella sedikit kagum. Xander menaikkan kedua bahunya acuh.
"Jadi kalian kesini juga karena pe..."
Ucapan kevin terhenti ketika ada sesuatu yang datang balik semak-semak.
"Lah? lu siapa?" tanya Vero sembari menunjuk orang itu yang baru datang.
"Gue Savira, ini kenapa rame-rame. Lu pada mau arisan?" sahut Savira asal.
"Wait... Kulit gue kebakar!! Aaa!! Gue harus ambil skincare." Savira menurunkan semua barangnya dan meletakkannya di atas rumput.
Savira merogoh tas-tasnya mencari skincare itu berada, sampai-sampai di sekitar Savira berceceran barang-barang yang tadinya berada di dalam tasnya.
"Dih.. ni cewek rempong amat si, gue yang kulitnya item aja biasa aja." bisik Aurel ke Vero.
"Ya, kulit lu emang udah item dari lahir rel, gak akan bisa diubah lagi." jawab Vero dengan ringan.
Aurel mengangguk, tak dapat dipungkiri kata-kata temannya itu memang benar.
"Heh!! Gue denger ya apa yang lu bi..."
Lagi-lagi perkataan mereka terpotong yang disebabkan kedatangan 3 orang lainnya.
"Em.. Hai." Sapa Cindy.
"Jangan ramah dulu sama orang yang gak dikenal." sahut Rian mengingatkan Cindy.
Tian langsung menghampiri orang-orang tersebut lalu menjabat tangan mereka satu persatu.
Mereka bingung harus melakukan apa, jadi mereka menerima jabatan tangan Tian dengan kikuk.
"Ini gue mau cari penipu, Apa mau demo? Kenapa jadi banyak gini. Kalian semua pasti mendapat pesan itu kan." curiga Kevin sejak tadi.
Serempak mereka mengangguk.
"Oke, gue gak paham sama situasi sekarang. Tapi gue jadi makin penasaran dengan maksud pesan itu." ucap Rian.
"Jadi, ngapain kita diem aja disini, ayo masuk!" semangat Vero yang langsung melangkah memasuki pagar bangunan besar itu.
Semuapun mengikuti langkah Vero dari belakang.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Application
Mystery / ThrillerMereka semua berkumpul di satu tempat karena aplikasi. Aplikasi yang membawa mereka ke dalam bahaya. Berawal dari keinginan menjadi kekelaman yang dapat menghancurkan mereka. Mereka harus bersama sama melewati bahaya tersebut hingga akhir. Mampu kah...