𝐏𝐞𝐫𝐢𝐡𝐚𝐥 𝐊𝐢𝐭𝐚 ֗ ִ ۫ ˑ ᳝ ࣪
-Skenario parade hujan.
Start
Jeon Wonwoo lekas berteduh. Kiranya air dari langit ini akan bereaksi dengan lebam-lebam di sekujur tubuh. Mengejek di setiap inci bekas membiru puluhan pukulan pemuda berjumlah tujuh. Kalah telak."Sial, remuk semua tulang gue."
Rinai, kau juga tidak tahu? Pemuda itu meski sangat ingin mengeluh, tidak terima diberi kenyataan semacam ini oleh penguasa semesta. Ia tetap mengulas senyum sembari mengusap peluh. Karena bagi nona sore sehangat mentari paginya, pria tak cukup kuat jika belum menahan air di pelupuk mata.
Air mata jangan jatuh, gue mau menyombongkan diri, haha.
Jika nanti Wonwoo ditanya sebabnya kenapa. Ia sendiri yang akan kebingungan mencari alasan kemana-mana. Lagi pujaannya itu cukup cerdik berlogika. Yang ada malah kejadian babak belur tadi terbongkar sia-sia.
"Enggak jadi pamer deh."
Itu semua 'kan hanya naskah indah buatan kepala benjol pria bernama depan Jeon, bukan paragraf mutlak dari koleksi takdir yang tidak mungkin ia ukir.
Di antara tarian payung warna-warni milik penduduk kota, sebuah gagang payung diremas kuat oleh jemari sesosok perempuan muda. Sorot atensi tertuju pada latar toko tempat anak sekolah berpakaian selaras dengannya mengadah dan memejamkan netra.
"Lah, Wonwoo kok kaya keliatan abis berantem?"
Niat hati menghampiri, seruan dering ponsel terus mengingatkan gadis itu pada tujuan awal berkelana sampai ke sini. Menemui pemilik status, sang kekasih terketus.
"Iya, aku udah di depan."
Hujan hari ini tidak perpihak pada kita, Nu. Semoga lain kali aku bisa mengompres lukamu.
236 words
Hai, aku kembali dengan suasana baru. Sebelumnya maaf sekali cerita aku ganti untuk jadi lebih baik.
Bagaimana menurutmu?
Jauh sekali dilubuk hati. Dukungan kalian sangat berarti. Maka jangan lupa untuk meninggalkan kesan:)
Semoga hari kalian menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
perihal kita yang ternyata hanya angan saja || revisi
Teen FictionMenilik sejeda senggang di bawah naungan teduh awan berona malang. Jika kedua insan itu sudah tahu, seharusnya segera menepi dari perahu. Perahu beralas cinta yang terombang sedetik saja sudah menyurutkan asa. "Hujanku, kenapa berlari? Payungmu keti...