{1}

5 2 2
                                    

•••

"Kak!! Kakak! Lihat, aku juara satu menggambar di kelas ku!!"

Seorang gadis kecil terus mengguncangkan bahu kakak-nya , berusaha agar  kakak-nya mau berbalik dan mendengarkan ceritanya. namun sayang, sang kakak terlihat tidak peduli dan mengabaikan adik kecilnya yang berusaha menarik perhatian-nya.

"Kakak lihat sebentar ke sini dong... " Rengek gadis kecil itu sambil terus berusaha memperlihatkan gambar-nya itu pada kakak-nya.

"Kakak lagi sibuk. jangan ganggu, lebih baik kamu pergi dari kamar kakak dan bermain sendiri di kamarmu" Usir sang kakak tanpa melirik adiknya sedikitpun dan mengibaskan tangan-nya seakan adiknya seperti debu.

"Kakak Jahat! Kakak nggak pernah peduli sama adik!" Bentak gadis kecil itu sambil menangis dan berlari ke kamarnya.

"ADIK NGGAK MAU PUNYA KAKAK KAYAK KAKAK ARIN LAGI! KAKAK ARIN JAHAT!"

"Adikk!"

Arin terbangun dari tidur. entah kenapa mimpi itu selalu menghantui tidurnya, hampir setiap hari Arin terbangun di tengah malam dengan mimpi yang sama. Akhirnya, Arin memutuskan untuk pergi ke dapur dan mengambil segelas air putih untuk menenangkan pikiran-nya. sesaat, ketika Arin ingin ke dapur, ia tidak sengaja melihat pintu kamar dengan sebuah kertas gambar yang di tempelkan disana. Arin menghela nafas pelan, ia lalu membuka pintu itu.

Dibalik pintu, terdapat sebuah kamar. dindingnya berwarna merah muda, dengan ranjang mungil serta rak berisi mainan boneka yang tertata rapih. Arin duduk di ranjang sambil memandang sebuah kanvas yang tersender di atas rak, memperlihatkan lukisan sederhana. Kemudian, Arin mengambil sebuah figura bergambar gadis kecil berumur 10 tahun dengan senyum manisnya sambil memeluk Arin.

"Maafin kakak Arin.. " Lirih Arin sambil mengelus wajah gadis kecil di figura itu.

"Adik masih marah ya sama kakak? Maaf kakak nggak bisa jagain adik dari orang jahat itu.. " Tangis Arin pecah. ia meremas ujung baju tidurnya dan memukul ranjang untuk melampiaskan rasa kesalnya.

Satu tahun sudah berjalan ia lalui tanpa kehadiran adiknya. rumah semakin sepi setelah tiada-nya ayah serta ibu dan ditambah lagi adiknya yang menyusul kedua orang tua-nya ke pelukan Alam Semesta. kini, rumah yang dihuni oleh Arin seorang saja. tetapi, setiap pagi akan ada asisten rumah tangga yang akan menyiapkan makan pagi, siang dan malam serta membersihkan rumah Arin lalu pulang di malam hari ketika Arin sudah tidur. sehingga, Arin tidak perlu pusing untuk mengurus rumahnya.

Tetapi, tidak boleh ada siapapun yang boleh masuk ke dalam kamar adiknya bahkan termasuk asisten rumah tangga-nya. Arin sendiri yang akan membersihkan kamar dan menata barang sang adik. setiap Arin gelisah, sedih atau terbangun di tengah malam seperti sekarang, Arin akan menenangkan dirinya di kamar adiknya serta berbicara pada foto adiknya, seakan adiknya mendengarkan resahnya.

"Adik yang sabar ya, kakak sedang berusaha mencari orang jahat itu. kakak akan membalas orang jahat itu agar adik tenang" Ucap Arin lalu berbaring di ranjang sambil menatap figura adiknya yang ia taruh di sampingnya.

"Kakak sayang sama adik. Selamat malam, adik" Lirih Arin lalu menyelimuti dirinya dan tidur di ranjang milik adiknya. ia selalu tenang dan seakan ditemani sang adik jika tidur di ranjang itu.

Pagi hari menjelang. Arin terbangun karena sebuah cahaya dari sela-selai tirai jendela. menandakan matahari sudah menampakan sinarnya dan mengingatkan Arin untuk pergi ke sekolah pagi ini. Arin melirik jam digital di atas laci yang menunjukan pukul 6 pagi. ia lalu beranjak dari kasur dan melangkah menuju kamar mandi serta bersiap-siap pergi ke sekolah.

DEMON SPIRITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang