Bab 1

6 3 0
                                    

"Seandainya.. " lirih Wijaya.

***

Hari senin adalah hari dimana yang sangat menjengkelkan bagi setiap siswa tak lain hal nya pun dengan Bella. Upacara. Ya! Upacara, harus mau berjemur panas-panasan selama satu jam.

"Woyy, ayooo, upacara. Pada asik aja, ga denger suara bell sekolah ya kalian!" teriak Gofar.

"Cihh, bawel banget tu ketua kelas" celoteh Bella sembari berjalan keluar kelas menuju lapangan.

Semua murid pun sudah berbaris rapih untuk melaksanakan upacara yang penuh khidmat. Selalu dan selalu, barisan terbelakang adalah barisan favorite Bella. Keringat terus mngucur keluar dari celah-celah rambut Bella.

"Aihhh, sialan!! Lama bangettt" keluh Bella yang sedari tadi tidak mau diam bergerak.

"Bell lo bisa diem ga sih! Udah kayak cacing kepanasan!" sahut Laras.

"Gue tu ya kalo diem malah sakit perut, pusing. Tapi anehnya ga bisa pingsan. Padahal gue pengen banget ngerasain pingsan" lirih Bella.

"Jangan dah jangann. Nanti ga ada yang mau angkat lo, berat" ledek Tana.

"Cih"

"Kalau mau ngobrol di depan!" ucap pak Yusuf selaku guru BK.

Matahari pun semakin terik. Barisan anak IPA tak ada satupun yang tertutup bayangan pohon. Beda hal nya dengan barisan anak IPS 4, pohon rindang menaungi mereka.

"Huh akhirnya selesai juga" ucap Laras sembari kipas-kipas dengan buku.

"Bell, mau sekalian titip beli minum gak?" tanya Wijaya basa basi.

"Boleh deh"

Wijaya pergi bersama genk-nya menuju kantin. Di perjalanan, Wijaya melihat Fanny bersama Dita sedang menuju ruang ganti wanita.

"Mau minum?" tanya Wijaya.

"Boleh" jawab Fanny.

"Bentar ya, kamu ganti baju aja dulu"

Wijaya bergegas ke kantin dan membeli jus mangga tiga botol. Lalu menghampiri Fanny yang sudah menunggu di depan ruang ganti wanita.

"Nih" Wijaya menyodorkan jus mangga ke arah Fanny.

Fanny yang melihat Wijaya membeli tiga botol merasa heran, buat siapa lagi satu botol itu.

"Olahraga yang semangatt!!! Aku pergi ke kelas dulu ya. Takut guru udah masuk" Wijaya pergi meninggalkan Fanny yang masih memiliki beribu pertanyaan untuk siapa lagi botol minum itu. Lali di tepisnya jauh-jauh perasaan jelek itu. Dan pergi menuju lapangan basket.

Sesampai nya di kelas, Wijaya mencari Bella yang tak ada di kursi nya, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu dan yass Bella nongol dari bawah meja mengambil pulpen satu-satu nya yang jatuh.

"Nih Bell. Habisin." ucap Wijaya sembari duduk di sebelah Bella.

"Berapa?" tanya Bella yang langsung menegak jus itu tanpa bilang terima kasih.

"Ga usah, kayak sama sapa aja"

"Oke" jawab Bella sambil mengedikkan bahu nya.

***

Kringgg.kringggg

Pelajaran pun telah berakhir. Semua murid bersorak gembira dan berjalan keluar kelas.

Seperti biasa,Wijaya selalu diam-diam berjalan kearah Bella hingga sejajar dengan Bella. Meperhatikan raut wajah Bella yang sangat lelah dan itu di sadari nya, tapi kepala Bella sangat berat untuk menengok kearah Wijaya karena jantung Bella yang berpacu cepatnya seperti balapan kuda. Tanpa di sadari keringat jatuh dari celah rambut Bella hingga pelipis.

CINTA DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang