2. Rindu sahabat

1.6K 131 0
                                    

Lelaki berbadan tinggi dengan balutan kemeja berwarna cerah dipadukan dengan jas berwarna gelap baru saja datang ke cafe shop dekat kantornya. Lelaki itu duduk dan memesan kepada kepala pelayan sebuah minuman coklat hangat dan milshake rasa anggur untuk satu orang temanya.

"Hai bung, apa kau menunggu ku lama?!" Pria dengan tinggi 173cm itu tersenyum asimetris dan duduk di depan lelaki berwajah datar yang menunggu nya.

"Tidak Jim, aku juga baru datang. Dan aku sudah pesankan kau minuman." Jawab lelaki itu dengan nada yang terbilang sangat datar.

"Oh syukurlah, dan terimakasih." Lelaki berjas hitam dengan kemeja cerah itu hanya tersenyum menunjukkan box smile nya lalu segera merubah rautnya kembali datar.

"Sudah lama tidak bersama bung, kau banyak berubah ya," kekeh lelaki yang ia panggil Jim.

8 tahun itu tidak singkat bagi lelaki berparas datar di depanya. Ada banyak kenangan yang ia lewati selama tahun itu. Suka, duka, sedih, sakit, semua lelaki itu rasakan.

Lantas, jika semua varian rasa telah ia coba kenapa rasa bahagia belum?

"Benar, dan kau juga banyak berubah." Jimin antusias mendengar ucapan Taehyung.

"Kau kaya---" Taehyung tergelak sedangkan Jimin mencibik kesal. Padahal Jimin menanti satu kalimat terucap yakni 'kau bertambah tinggi' itu yang diharapkan Jimin. Tapi, yasudahlah dianggap kaya pun Jimin juga bangga dengan dirinya.

"Kukira kita akan lost contact seterusnya. untung saja perusahaan kim crop yang ternyata itu milikmu yang akan bekerjasama dengan perusahaan ku park company. Jadi tidak susah susah aku mencari keberadaan mu 'kan?" Ucap Jimin bangga saat nama perusahaan nya ia sebutkan. Taehyung hanya mengangguk. Memang, selama ini Taehyung kehilangan kontak Jimin di ponselnya selama bertahun-tahun. Bahkan Taehyung juga lupa bagaimana wajah Jimin. Dulu Jimin itu chubby dengan mata yang sipit badan yang kekar. Dan sekarang pemuda itu memiliki wajah yang sama tampanya dengan Taehyung, tapi lebih tampan Taehyung yang pasti, badanya juga masih bagus. Jika Taehyung tidak gengsi mungkin dari tadi taehyung akan bilang 'Jimin kau semakin tampan dan sedikit bertumbuh tinggi'. Garis bawahi hanya sedikit.

Dan untungnya perusahaan mereka terlibat kerjasama yang tak terduga. Inilah tempat pertemuan pertama bagi mereka berdua setelah terpisah.

"Hei kudengar kau sudah menikah ya?" Tanya jimin pada taehyung. Lelaki berparas datar itu hanya mengangguk mengiyakan jawaban jimin tanpa bersuara. lelaki itu masih ingin menikmati coklat hangatnya yang baru tersaji bersama milshake yang baru diantarkan untuk jimin juga.

"Siapa namanya. Maaf aku tidak bisa datang ke resepsi kalian. Kau tahu kan aku masih berada di Jepang karena orang tuaku."

"Hm tidak apa aku mengerti dan namanya jisoo." Jimin mengernyit 'jisoo' itu nama asing yang baru jimin dengar. Ahh mungkin jimin terlalu lama menginap di jepang jadi dia tidak tahu siapa itu 'Jisoo' atau memang tidak tahu jika taehyung dekat dengan jisoo.

"Nama yang bagus, lalu di mana kalian berdua tinggal?" Taehyung meletakkan cangkirnya dan menatap lawan bicaranya.

"Aku tinggal di Daegu sedangkan istriku sudah kembali ke sang pencipta." Jimin mengerutkan dahinya. Apa itu tandanya istri taehyung meninggal?

"Jisoo meninggal?" Taehyung hanya menjawab deheman. Jimin gelagapan. Mata taehyung juga terlihat menahan amarah saat jimin bertanya tentang istrinya.

"Baiklah maafkan aku karena aku tidak tahu. Bagaimana dia bisa meninggal?" Tanya jimin lagi. Seperti ucapanya jimin tadi taehyung itu banyak berubah selama 8 tahun sekarang, tidak ada taehyung yang periang seperti dulu yang ada hanya wajah datar dan jarang tersenyum. Dan jimin berhak kepo karena bagaimanapun taehyung sudah seperti saudara kembar baginya.

Taehyung menghela nafas berat sebelum cerita. Ini baru pertama kalinya taehyung cerita tentang kejadian yang menimpa istrinya itu 8 tahun lalu.

"Awalnya itu karena kecerobohan dia jim. Dia terpeleset dan terjatuh dari atas tangga. Waktu dibawa kerumah sakit jisoo sedang mengandung anakku tapi naasnya jisoo keguguran dan janin yang ada dalam perutnya terpaksa harus dikeluarkan. 2 jam jisoo baru tersadar dari tidurnya bahkan jisoo seperti orang gila yang kehilangan akalnya. Ia marah karena janin itu tiba-tiba hilang dari perutnya. semua orang diam karena mereka tidak tega melihat jisoo yang seperti kerasukan setan yang mengamuk. Tapi itu semakin membuat diriku sakit hati melihat nya menangis. Aku jujur saja jika dia keguguran. Dan kau tahu apa yang membuat ku lebih terkejut."

Taehyung menjeda kalimat untuk menguatkan diri agar tidak menangis dihadapan jimin.

"Dia punya riwayat penyakit jantung jim. Saat aku memberi tahunya. Gadis itu tiba-tiba merasakan sakit dibagian dadanya. Dokter datang setelah aku memanggilnya tapi sayangnya nyawa jisoo tidak terselamatkan karena jantung nya. Aku merasa bodoh menjadi seorang suami jim. Ssharusnya aku tidak menceritakan itu pada jisoo." Jimin menatap taehyung iba. Ternyata temanya ini sudah melewati cobaan yang menyakitkan. Tapi jika melawan takdir bagaimana bisa. Pemuda dengan wajah datar itu sudah takdirnya seperti itu.

"Tidak usah menyesal. Itu takdir mu. Bagaimana pun kau menyesal takdir mu akan tetap begitu. Kau cukup bersabar dan jalani kehidupan mu seperti biasanya." Nasehat jimin sembari menepuk pundak kokoh taehyung dengan tangan nya. Taehyung hanya pasrah. Benar kata jimin ini memang takdirnya dan taehyung harus bersabar demi melawan cobaan takdir itu.

"Ehh iya aku hampir lupa sahabat mu kim je."

"jeje, ah bukan"

"jendeuki."

"Ni-"

"Jennie." Sarkas taehyung cepat dengan membenarkan nama yang selalu jimin sebutkan dengan salah. Dampak terlalu lama di Jepang membuat jimin lupa satu persatu nama orang terdekat taehyung.

"Ah iya benar, apa kau masih berhubungan baik dengannya?" Taehyung kembali lesu. Dirinya merindukan gadis bermata kucing itu. Sudah 8 tahun juga lamanya taehyung tidak bertemu bahkan mereka kabarnya lost contact hingga sekarang.

"Masih bagiku tapi tidak tahu denganya."

"kau sendiri memangnya bagaimana huh?" Tanya jimin dengan menyeruput milkshake nya sedikit demi sedikit untuk menunggu jawaban taehyung.

"Aku masih menganggap nya sahabat ku dan aku merindukan sahabat bar-bar ku itu." Jennie memang bar-bar menurut taehyung. tidak hanya sikapnya yang sedikit tomboy, tetapi cara bicara gadis itu juga dibilang cukup tidak santai jika mengatai dirinya.

"Apa kalian saling lost contact?" Jimin bertanya lagi. Taehyung sudah terbiasa dengan kekepoan jimin.

"Iya, Jennie telah lama pindah dari korea ke New Zealand." Jimin membolakan matanya. Jimin tidak menyangka saja jika jennie berada di luar negri.

"Tidak kau cari?" Taehyung menggeleng.

"Aku tidak tahu dimana alamatnya aku hanya tau nama negara nya."Jimin hanya mangut-mangut sudah cukup sesi tanya nya. Saatnya jimin untuk mencoba membantu taehyung.

"Aku akan bantu cari, kebetulan teman ku juga berada di New Zealand dia juga pandai melacak." Taehyung senang dan matanya berbinar, benarkah wahh rasanya pertemuan dengan jimin tidak sia-sia bagi taehyung.

"Baiklah terimakasih jim." Taehyung lekas tersenyum kearah jimin dan jimin hanya mengangguk dan minum milkshake dengan mengalihkan pandanganya ke taehyung.

°°°

JANGAN LUPA VOTE!

Something Happened [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang