BAB I

121 25 5
                                    

Sinar matahari masuk kedalam kamar dengan nuansa putih gradiasi biru tersebut dari balik gorden. Diatas kasur terdapat seorang pemuda yang masih asik bergelung didalam dunia mimpinya dan mengabaikan suara alarm dan ketukan dari luar kamarnya.

"SAJAK BANGUN! SAJAK SENANTA! BANGUN ATAU GUA DOBRAK NIH PINTU"

Sunghoon si putra tidur sedikit menggerang kesal, dengan langkah malas dia membuka pintu dan menemukan sang sahabatㅡJay yang menatapnya malas.

"Bangun bego! lihat udah jam berapa" Sunghoon menatap malas jam yang terpasang di dinding kamarnya.

"Ah elah masih jam 6.23, kita kan masuk jam 7.30" Jay menepuk dahinya.

"INI HARI SENIN SAJAK SENANTA!" Sunghoon menutup telinganya, dia menendang kaki sahabatnya dan berhasil membuat Jay meringis dan tidak lupa mengumpati Sunghoon.

"Senin..." Sunghoon masih blank dan Jay yang melihatnya sudah tidak perduli. Dia memilih turun kelantai bawah untuk memakan sarapan buatan ibu Sunghoon yang sangat enak menurutnya.

"KOK LU GAK BANGUNIN GUA DARI TADI!" dan teriakan Sunghoon menjadi penutup pagi yang tenang itu.

"Punya temen kok bego" dengus Jay.

■□■□■□■□■

Sunghoon dan Jay berdecak saat mendapati pagar sudah ditutup. Jay menatap sunghoon sinis sedangkan yang ditatap hanya menunjukan cengirannya.

"Lu sih kebo! sekarang gimana?" Sunghoon diam merenung, dia mengingat-ingat jalan yang dapat membawanya masuk bersama Jay.

"Inget gua! ayo ikutin pangeran" Jay mendengus tapi tetap mengikuti langkah Sunghoon yang membawa mereka kebelakang sekolah.

Ketika sampai Sunghoon tersenyum tidak jelas dan membuat Jay tidak tahan untuk tidak memukul belakang kepala Sunghoon.

"Lu kesurupan apa gimana? senyum-senyum kayak orang gila!" Sunghoon mengusap belakang kepalanya.

"Gak gitu elah! liat yang ada didepan kita, pintu masuk sekolah" dan Sunghoon kembali tertawa tidak jelas, Jay melihatnya langsung merinding sendiri.

Jay menatap kedepan dan hanya mendapati sebuah pintu coklat yang warnanya sudah memudar, dia menatap pintu lalu Sunghoon secara bergantian.

Sunghoon yang paham bahwa Jay tidak paham hanya menggeleng kecil dengan tangan yang dilipat didada.

Kemudian Sunghoon mengetuk pintu tersebut dan munculah ibu kantin sekolah mereka. Jay masih diam mencerna semuanya sampai kemudian dia menepuk dahinya saat sadar kalau ibu kantin mereka ada yang tinggal disekolah.

"Loh kok kalian disini? gak upacara toh mas?" Sunghoon dengan cepat langsung pura-pura mules dan Jay hanya menatap Sunghoon datar. pagi-pagi udah buat dosa.

"Boleh numpang kamar mandi gak bu? tadi kami cari didepan ibu gak ada terus kamar mandi sekolah airnya kering"

Ibu kantin itu menatap keduanya curiga, "Saya dari tadi didepan kok mas".

Jay kembali menepuk dahinya sedangkan Sunghoon diam-diam meruntuki kebodohannya.

"Dahlah jujur aja" Jay menyenggol bahu Sunghoon dan dibalas helaan nafas panjang dari pemuda tinggi tersebut.

"Gaya bener hela nafas panjang-panjang, kayak banyak aja beban hidup lu" Sunghoon menendang tulang kering Jay.

Jay sontak berjongkok lalu memeluk kakinya yang sakit akibat tendangan Sunghoon. Dasar sahabat laknat.

Sedangkan ibu kantin yang sedari tadi melihat pertengkaran itu hanya menggeleng kecil.

"Udah udah, ibu tau kalian telat toh? pasti mau minta tolong masuk lewat sini kan? oh ora iso, nanti malah ibu yang kena marah guru" lalu pintu langsung di tutup oleh ibu kantin.

Jay tidak dapat menyembunyikan tawanya, dia tertawa terbahak-bahak sambil memeluk perutnya.

"Udah lah kita masuk lewat gerbang aja, paling cuma disuruh lari muterin lapangan 50 kali" ucap Jay enteng.

Sunghoon menatap malas Jay "Anak basket mah beda, lari muterin lapangan yang luasnya kayak bundaran HI sama kayak muterin lapangan anak tk" Sunghoon lalu berjalan mendahului jay.

"Gerbang sebelah sana! lu mau kemana?!"

"Bolos!!"

Jay hanya mengelus dadanya melihat tingkah Sunghoon, dia memilih pergi kegerbang depan daripada membolos. Hari ini ada ulangan matematika dan jika dia remedial maka pacarnya akan membunuhnya.

Tapi sial bagi Sunghoon, saat dia melewati tembok samping ada guru yang berpatroli dan lebih sialnya lagi Sunghoon ketahuan akan membolos. Ingatkan dirinya untuk mencoret semua hari senin dikalendernya.

Lalu disinilah Sunghoon sekarang, berada  dibarisan paling depan atau lebih tepatnya dia berbaris didepan siswa sekolahnya bersama murid-murid lain yang ketahuan bolos, telat dan juga tidak memakai atribut lengkap.

Dia mendengus sebal tapi tambah sebal saat netranya menangkap Jay berbaris dibarisan kelasnya. Pemuda blasteran indonesia-amerika itu menatap Sunghoon mengejek.

Sunghoon kemudian ingat jika kekasih Jay adalah anggota osis, pasti dia memohon kepada kekasihnya itu.

"Amanat pembina upacara"

Lapangan yang tadinya hening mulai riuh ketika melihat wajah asing yang disuruh maju oleh guru mereka untuk memberi amanat.

"Siapa tuh?"
"Anak baru kah?"
"Manis eyy wajahnya"

Lalu suara deheman kuat dari mikrofon dan tatapan tajam dari wakil kepala sekolah membuat suasana kembali kondusif.

Sunghoon yang memang memiliki rasa penasaran tinggi menyenggol teman satu eskulnya dan bertanya tentang siapa sosok asing disana.

"Oh dia itu anak aklerasi pindahan dari Jepang, masih 14 tahun tapi dia bakal jadi teman sekelas lu"

Mulut sunghoon terbuka menunjukan ketidak percayaannya, lalu dia menatap orang itu.

"Itu bocah makan buku kali yah" temannya hanya mengangkat bahunya "Oh iya nama dia Asaka, estetok banget kayak nama lu".

Sunghoon hanya mengangguk saja, lalu dia memperhatikan siswa tersebut.

"Kayak gak asing"

to be continued....

asa note's :

otak asa blank plis, udah dapet garis besar cerita tinggal dikembangin eh malah hanyut setelah nonton diajak nonton film horror sama temen :)

kalian apa kabar? hehe :D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁UTTERFLY ៸៸ 𝐒UNGNOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang