Story Number One

1.7K 136 36
                                    

"Mommy Cissy!!!!"

Hermione berteriak keras sekali ditengah-tengah lapangan Hogwarts, dia jengkel. Tentu saja. Bagaimana tidak, buku yang ia peluk erat tiba-tiba memberat kemudian berubah menjadi tumpukan sampah dan siapa lagi kalau bukan ferret albino pelakunya.

Bocah laki-laki itu tertawa terbahak-bahak dibalik salah satu pilar koridor terbuka dengan ketiga sahabatnya, Zabini, Goyle dan Crabbe. Tertawa puas melihat jeritan histeris Hermione didepan mereka. Jika saja Narcissa ada disini sekarang, sebenarnya Hermione akan langsung mengadukannya, atau mungkin pada Lucius Malfoy dengan segera. Soalnya, putra tunggal mereka kembali berulah dan itu membakar batas kesabarannya.

"Dengar ya Malfoy! Kalau kau begitu lagi aku tak akan mau menikah dengan mu!" Gadis cilik itu menghampiri Draco kemudian memukul lengan bocah pirang itu gemas dengan ekspresi kesalnya yang malah terkesan lucu, wajah nya bersungut-sungut dan kedua tangan nya mengepal di sisi tubuhnya, dia murka dan rambutnya jadi tambah mengembang dari biasanya.

"Oh ya? Lalu siapa yang akan menikahi Mudblood sepertimu kalau bukan aku?" Tantang Draco sambil mencibir. Rambut klimis nya selalu rapih seperti biasa, syal Slytherin bertengger dengan nyaman di lehernya, dia menjulurkan lidah mengejek dan itu kembali membuat Hermione emosi.

"Aku akan minta Harry menikahi ku! Dia pasti mau, wleee!" Hermione balas menjulurkan lidahnya dan berbalik, menampar wajah terkejut Draco dengan kibasan rambut ikal nya dan kembali menyambar tumpukan buku di atas salju yang tadi berubah menjadi sampah Dan sekarang kembali kebentuk semula.

"Menikahlah dengan Potter! Dasar Mudblood!" Teriak Draco, meskipun begitu dia tetap saja marah, mengepalkan kedua tangannya yang di lapisi sarung tangan bulu dengan mengernyitkan cuping hidung nya, dia siap-siap mengutuk Harry kalau sampai itu terjadi.

XxX

"Mommy!" Draco membanting pintu hitam setinggi dua meter itu sambil bersungut-sungut, mencari sosok sang ibu di segala penjuru ruangan dan akhirnya menemukan bahwa wanita cantik itu sedang membereskan buku di ruang baca, ruangan yang dulu dijadikannya tempat belajar dengan pengasuh sebelum ia diterima di Hogwarts.

"Kenapa Drake?" Wanita itu menghampiri putra tersayangnya dan mengelus kepala nya pelan.

"Katakan pada Granger kalau dia harus menikahi ku kalau masih mau tinggal disini." Ucapnya berapi-api sambil menunjuk kebawah, tepat pada lantai yang ia pijak. Ia serius sekali. Narcissa mengernyit. Menatap Professor Snape yang datang bersamaan dengan Draco, berdiri dibelakang menggendikkan bahunya tak paham.

"Kan memang begitu, dia pasti akan menikahi mu. Memang nya kenapa?" Tanyanya heran.

"Dia bilang dia tak mau menikahi ku dan akan menikah dengan Potter! Itu tidak boleh!" Draco menyilang kan kedua tangannya membentuk huruf X dengan wajah serius sekali seakan-akan dia baru saja mengumandangkan ultimatum terakhir yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun.

"Kau pasti nakal lagi." Narcissa menghela napas, dia paham sifat putra nya yang selalu haus perhatian. Sepertinya Draco sedang mencari perhatian Hermione lagi tapi dengan cara yang salah.

sepeti biasa. Gumamnya dalam hati.

"Tidak! Aku tidak melakukan apa-apa!" Elak Draco, melipat kedua tangannya didepan dada seolah-olah dia yang paling benar dan Hermione yang salah.

"Pasti kau bohong, ayo katakan kali ini apa yang kau lakukan?"

Bocah sebelas tahun itu mendengus, memajukan bibirnya beberapa senti dengan alis hampir menyatu, akhirnya dia mengalah.

"Aku mengubah buku pelajarannya menjadi sampah." Aku nya, pada akhirnya dia mengaku juga.

"Tuh kan, bagaimana Hermione tidak marah. Kau membuatnya jengkel. Jangan lakukan itu lagi." Narcissa keluar ruangan dan Draco membuntutinya menuju dapur.

Love Or Hate (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang