Hai Namaku Nazura Mahmuda Anayaputry, teman-teman dan keluargaku sering memanggil ku Zura, usiaku saat ini 17 Tahun, aku dikenal sebagai anak yang ceria dan penuh semangat.
Aku anak ke-enam dari tujuh bersaudara.
Aku memiliki empat abang, satu kakak, dan satu adik perempuan. Dan kami bukanlah anak yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Kami terlahir dari keluarga yang sederhana, Ayah hanyalah pekerja serabutan dan Mamak bekerja sebagai Asisten rumah tangga.****
Aku bersekolah di salah satu sekolah Swasta di Medan tercinta ini, aku duduk di bangkus kelas XI SMA. Sebelum aku duduk dibangku SMA ini aku mengalamai berbagai macam masalah dan banyak rintang yang harus aku lalu agar bisa sampai ditahap ini.
Bisa sampai dan duduk di sekolah menengah atas ini rasa nya aku sangat bersyukur, karena tuhan masih mengizinkan ku untuk membuat orang tuaku bangga dan membuat keluargaku bahagia.
Mengingat ke-empat abang dan kakak ku tidak bisa menamatkan sekolah nya dan melanjutkan ke jenjang perguruan yang lebih tinggi, karena faktor ekonomi keluarga lah yang membuat saudara-saudara ku harus menghentikan jenjang pendidikan mereka.
Dari awal aku duduk di bangku sekolah dasar semuanya baik-baik saja, sampai akhirnya di kelas lima sekolah dasar aku harus menghentikan sekolah ku. Ya karena suatu promblem dan saat itu aku sering jadi bahan bully-an teman-teman sekelasku.
Aku juga tidak tau kenapa mereka membully dan membenciku, yang ada di pikiran ku saat itu adalah karena aku anak orang miskin dan tidak pintar seperti mereka. Mungkin itulah alasan mereka mem-bully dan menghinaku semau mereka.
****
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhenti sekolah disaat aku masih duduk di kelas lima sekolah dasar. Setelah satu tahun tidak sekolah ada banyak cacian dan hinaan yang ku dapat setiap hari nya, dari mulut tetanggaku yang terkadang membuat hatiku sangat sakit.
"Tengoklah si Zura itu gak sekolah-sekolah mau jadi apa dia?"
"Iya paling-paling jadi pembantu, mamak nya aja pembatu ya pasti anak nya juga bakalan jadi pembantu"
"Nikah lah apalagi"
Semua cacian dan hinaan itu selalu saja mereka lontarkan ketika mereka melihatku. Benci sudah pasti tapi mau bagaimana lagi sudah takdirnya. Cukup lama aku terpuruk dan merasa sakit karena cacian dan hinaan mereka
Sampai akhir nya di saat teman-teman sekelas ku masuk Smp dan aku merasa, bahwa ini saatnya aku untuk meneruskan pendidikanku.
Ternyata keinginan saja tidak cukup, aku masih butuh waktu, untuk memberanikan diri bicara tentang sekolah sama mamak, setelah aku merasa cukup punya keberanian maka akhirnya aku membicarakan masalah ini sama mamak. Karena bagaimanapun juga,
aku harus bangkit dari keterpurukan ini."Mak, daftarkan awak napa sekolah paket, Mak. Awak pengenlah sekolah lagi, kek kawan-kawan awak sekarang yang udah SMP loh Mak. Rasanya iri kali awak liat mereka, Mak dan awak uda capek kali dihina sama orang-orang."
Aku meminta mamak untuk mendaftarkan aku ke sekolah Nonformal, yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan atau yang dikenal dengan nama Paket A untuk yang setara dengan Sekolah Dsosoknya.Sampai suatu ketika, teman-teman sekelasku sudah masuk SMP dan aku merasa, bahwa ini saatnya aku untuk meneruskan pendidikan.
Ternyata keinginan saja tidak cukup, aku masih butuh waktu, untuk memberanikan diri bicara tentang sekolah sama mamak, setelah aku merasa cukup punya keberanian maka akhirnya aku membicarakan masalah ini sama mamak. Karena bagaimanapun juga,
aku harus bangkit dari keterpurukan ini."Mak, daftarkan awak napa sekolah paket, Mak. Awak pengenlah sekolah lagi, kek kawan-kawan awak sekarang yang udah SMP loh Mak. Rasanya iri kali awak liat mereka, Mak dan awak uda capek kali dihina sama orang-orang."
Aku meminta mamak untuk mendaftarkan aku ke sekolah Nonformal, yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan atau yang dikenal dengan nama Paket A untuk yang setara dengan Sekolah Dasar.
Awalnya mamak mengabaikan permintaanku, karena mamak takut nanti putus di tengah jalan lagi, mengingat kondisi keuangan juga. Mamak takut, setelah mengeluarkan biaya buat mengurus sekolah Nonformal itu, aku tidak akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Setelah berdiskusi cukup lama dengan keluarga, akhirnya mamak mau mendaftarkan aku ke sekolah itu dan aku juga sudah berjanji tidak akan mengecewakan mamak lagi. Sebuah pilihan dan kesempatan yang tidak akan pernah kulewatkan.
Dan dari pendidikan di Nonformal ini, aku bertemu sosok pahlawan tanpa tanda jasa atas hidupku. Aku memanggilnya dengan sebutan Ummi ... iya karena Ummi, aku berhasil melewati masa-masa keterpurukan dalam hidupku. Ummi adalah sosok motivator terbesar bagiku, yang selalu membimbing dan memberiku semangat agar aku tidak mudah menyerah dan selalu dekat dengan Sang Maha Pencipta. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dan mengenal sosoknya.
Setelah melewati proses yang lumayan lama, akhirnya aku bisa melanjutkan sekolahku, aku berhasil tamat SD melalui jalur Nonformal, dengan mengikuti program sekolah paket A.
🎈🎈🎈
Assalamua'alaikum teman-teman, ini cerita aku alami sendiri dan aku ingin memotivasi kalian agar lebih semangat lagi mengajer mimpi kalian dengan penuh semangat, aku harap kalian suka dengan cerita ini. Dan maaf juga kalau masih banyak typo
YOU ARE READING
Mengejar Mimpi
Short StoryTidak ada yang tidak mungkin/mustahil di dunia ini, selagi ada keinginan disitu pula ada jalan nya. percayalah Tuhan selalu ada untuk mu dan akan selalu membantu mu. Jangan pernah dengarkan perkataan orang lain, orang lain bisa saja menilai mu denga...