Part 5

1 0 0
                                    

❝ Happy Reading ❞
-
-

Chika langsung gugup dan tidak tahu harus berkata apa setelah Aland berucap seperti itu.

"Ya-ya gimana ya, orang gua gak tahu. Gua cuma tahu nebak aja dia orang jahat dan berniat gak baik sama kalian berdua. Dan gua cuma gak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di antara kalian," jelas Chika akhirnya.

Aland mencoba mengerti dan memahami ujaran Chika. Tetapi di dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal.

Intinya aku harus hati-hati sama siapapun yang ada disekitar aku dan Naya. Walaupun orang dekat sekaligus, perlu di teliti lagi. Siapa tahu, orang dekat bisa juga jadi musuh sendiri. Batin Aland.

"Udahlah Aland sekarang lu balik ke kelas, bentar lagi bel masuk akan berbunyi. Dan kita harus tetap berhati-hati dan berjaga-jaga. Siapa tahu ada musuh di antara kita yang deket," ujar Chika.

Aland melirik sambil mengangguk dan tersenyum.

"Oke deh, kamu baik-baik ya sayangku," ujar Aland dan itu sukses membuat Naya mendelikkan matanya tajam.

Pasalnya Aland berucap keras hingga seluruh teman-teman di dalam kelasnya itu memperhatikan dirinya dan sekitarnya dirinya jadi pusat perhatian.

"Aland!" geram Naya.

Aland bukannya meminta maaf ia malah terkekeh dan langsung pergi menuju kelasnya berada.

****

Malam dingin membuat perut Naya keroncong. Dirumah tidak ada apa-apa yang setidaknya bisa mengganjal perut sampai besok pagi. Dia memutuskan untuk pergi ke warung langganan, di belakang rumah.

Ketika hendak pulang, tanpa sengaja Naya melihat punggung familiar menggunakan jaket hitam dengan lambang AW.

Bahkan punggung yang sedikit bungkuk ketika jalan itu juga memiliki ciri khas langkah pincang sedikit yang tak dapat disadari siapapun kecuali Naya.

Naya mengikuti sosok serba hitam, dan membawanya pada segerombolan orang berpakaian rapi, bermobil mewah sedang menghadiri acara pernikahan anak gubernur.

Dilihat lah Pria yang sedari tadi ia ikuti berhasil membekap pria separu baya berjas putih tulang dan menyeretnya ke tempat sepi.

Naya sempat terkejut, bagaimana bisa pria itu santai mencuri orang dari kerumunan tanpa rasa khawatir ada yang melihat tindakannya tersebut?

Lebih terkejutnya lagi, ketika warna merah mulai menghiasi jas putih itu.

"Uang siapa yang kau gunakan dalam pernikahan tersebut,"

"Kau salah orang,"

"Tidak,"

Naya dapat mendengar dengan jelas suara itu. Benar, dia tidak salah orang. Firasat nya semakin benar kala mengigat pengakuan Aland kemarin.

"Aku memang yang mengurus pernikahan ini. Tapi yang kau maksud adalah dia,"

Dari sisi lain, muncullah kakek tua dengan 4 bodyguard.

"Masa mudamu masih panjang, Nak. Berhentilah jadi psikopat andalan mereka, dengan imbalan yang setimpal. Kamu bisa datang kapanpun kamu mau, pintu ku akan selalu terbuka lebar,"

"Tidak. Lebih baik aku mati. Dari pada harus membela tikus berdasi seperti kalian," elak Aland.

"Baiklah kalau itu yang kau pilih. Ini jalanmu, aku harap kau tak menyesal. Pengawal, hajar dia!"

Mendengar itu, hampir saja Naya berteriak. Dia tidak bisa berteriak. Matanya berkaca-kaca, melihat Aland dikeroyok 4 orang bertubuh besar sekaligus.

Dia tak habis pikir, mungkin pengakuan kemarin adalah firasat Aland yang tak kan kembali disisi nya. Bagaimana bisa dia baru menyadari.

Naya yang kuat, malam ini berbeda. Dia rapuh, apalagi belum makan dari siang yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Langsung saja dia membuka bungkusan nasi, dan memakannya 3 kali suapan. Yah, Naya butuh penyemangat dari makanan. Selain Aland.

Karena Aland juga yang telah mengajarkannya untuk memiliki semangat sendiri. Berkali-kali tubuh Aland terhempas. Dan Naya masih melihatnya.

Bahkan sesudah makan pun, Naya tidak bisa bergerak sama sekali. Tubuhnya semakin kaku, bayangan akan kepergian Aland belum bisa dia terima.

"Al-and ... ku mo-hon jangan pergi,"

Mereka yang saling mencintai satu sama lain tanpa pandang fisik, memiliki keajaiban tersendiri untuk menjalani hubungan.

Seperti biasa, itu hanya trik Aland untuk membuat mereka lengah. Setelah 4 bodyguard itu mulai kelelahan menghajar Aland habis-habisan kini giliran Aland menghabisi mereka dengan sekali pukul an Raja psikopat.

Meski sebagian tubuhnya hampir lebam dan memar itu tidak dapat menghilangkan pukulan rahasianya itu.

"Sebaiknya, kalian yang mati,"

Aland pun kembali berjalan pulang, membiarkan ke enam mayat tergeletak tak berharga.

"Naya!" Naya tak menyahuti

"Nay, bagaimana bisa kamu disini,"

Naya masih diam, menatap Aland dengan mata sembab, "Nay, aku–"

Plaak

"Bisa gak sih kamu gak usah sok cool, nantang-nantanh biarin mereka menghajarmu. Kamu itu jago silat, kenapa diam aja hah. Kamu mau bikin aku jadi layla majnun? Hiks ... hiks...,"
Aland hanya diam.

Tangannya sedikit gemetar menghilangkan noda nasi diujung bibirnya.

"Ku pikir aku salah liat. Ada gelandangan makan dipinggir jalan, sambil liat acara live psikopat. Eh ternyata pacar ku toh,"

"Aland ... aku serius atuh,"

"Aku juga serius Nay. Maaf telah membuatmu khawatir. Itu hanya sebuah trik. Kalo dari awal aku ngehajar mereka, mudah ditebak jadi endingnya seperti apa. Dan kamu juga tau kan,"

"Horor juga, trik nya hiks,"

"Ya udah gih, ayo pulang,"

"Aku mau makan disini dulu,"

"Mau disuapin?"

"Hm ...,"

"Ngomong aja kali. Kek gak pernah dimanjain aja,"

"Iya, Pangeran psikopat,"

To be continued ....

Love Behind the WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang