Part 7. peringatan!

15 6 0
                                    

Navy berjalan di koridor sekolah dengan raut wajah bahagia. Tentulah bahagia, siapa sih yang cintanya terbalas malah nangis kejer? Ga ada deh kelihatannya.

Arle pun sama, duduk manis di bangkunya sambil senyum-senyum gak jelas.

Bimo datang dan menepuk pundak Arle dengan kencang. "Dorr! Hayoo, lagi mikirin apa senyum-senyum gak jelas gitu."

Arle mendengus sebal. "Apasih. Kepo aja lu, Bimoli."

"Yee ... gimana gua ga kepo, lu senyum-senyum kayak ketempelan jin tomang tau gak. Nyeremin. Ya nggak, Ger?" ucap Bimo sambil menyenggol bahu Roger disebelahnya.

"Iya tuh, bener kata Bimoli," jawab Roger seadanya sambil asik memainkan ponselnya.

/Pletak/

Bimo menggeplak kepala Roger dengan keras.

"Sial eh. Lu ngajak gelut, Bim?" teriak Roger sambil mengusap kepalanya yang sakit.

"Ya makanya, kalau ada orang ngajak ngomong itu jangan malah fokus ke hape. Ga sopan kata Mbak Rini," jawab Bimo sambil mengutip perkataan Mbak Rini, tukang seblak incarannya.

"Dih, emang kapan Mbak Rini ngomong gitu?" tanya Arle memprovokasi.

Bimo terlihat tengah berfikir. "Emm ... waktu gua lagi berduaan sama Mbak Rini intinya lah, gua lupa kapan," jawab Bimo sambil meringis.

"Yaelah, target aja terus tuh. Sosor sampai dapet," sahut Roger sambil berlalu menuju pintu.

"Bodo wlee." Bimo memeletkan lidahnya. "Mau kemana weh? Ger? Oi!" teriak Bimo, karena Roger sudah agak menjauh.

"Setoran!" teriak Roger.

"Dasar emang, masih pagi udah nabung aja," lirih Bimo. Sedangkan Arle hanya terkekeh gemas.

Disisi lain, rupanya Navy sedang dihadang oleh Gank KULA. Pantas saja lama sekali sampai dikelas.

"Permisi ... Navy cantik mau lewat,"

Gank KULA secara serempak membuat wajah seolah-olah ingin muntah.

"Heh dekil ... lu cantik dari mana? Badan tepos gitu," ucap Yessi dengan nada meremehkan.

"Putih sih, lu suntik susu kan? Makanya bisa putih kek gitu. Heran gua," lanjut Diana.

"Well, biasa aja sih. Masih juga cantikan gua," sahut Cika sambil memainkan rambut Navy.

Mereka sedang berada di koridor dan suasana sedang ramai-ramainya. Karena jam menunjukkan pukul 06.50, 10 menit sebelum jam pertama dimulai.

Navy menepis tangan Cika dengan kasar. "Emang kenapa kalau gua ga cantik? Emang kenapa kalau gua tepos? Masalahnya dengan kalian itu apa? Hah?!" teriak Navy tidak terima.

Bukan, bukan karena diejek jelek. Tapi lebih karena disebut tepos. Oh ayolah, siapa sih yang rela. Entahlah, mungkin sebagian besar orang terima saja. Tapi tidak dengan Navy. Enak saja. Lagian lu juga Ga ada bedanya sama gua. Batin Navy mengkritik.

Yessi mengeluarkan smirk andalannya. "Masalahnya itu cuma satu, lu kegatelan sama cowok gua," ucap Yessi sambil menjambak rambut Navy dari belakang.

"Aw, lepasin. Ah, sakit!" Navy mencoba melepaskan tangan Yessi dari rambutnya yang malang.

"Gua bilangin ya. Farlengga Bastian, atau biasanya orang lain manggil dia Arle. Itu cowok gua," ucap Yessi tepat ditelinga Navy.

Navy memutar kepalanya menghadap kebelakang dan menggigit tangan Yessi dengan keras.

"Aww ... sialan!" umpat Yessi sambil mengibaskan tangannya yang berdarah.

"Gilak, itu gigi apa taring," ucap Diana takjub.

Navy hanya memandang sengit ketiga cewek cabe-cabean di hadapannya, sambil  membenarkan rambutnya yang berantakan.

Yessi yang geram hendak menjambak rambut Navy untuk yang kedua kalinya, tapi kali ini Navy lebih sigap. Dia mematahkan perpotongan tangan Yessi, hingga Yessi mengaduh kesakitan. Keseleo gak tuh.

Cika yang kesal pun menampar pipi Navy dengan keras, hingga membuat pipi mulusnya kemerahan.

"Ah ...!" teriak Navy sambil mengelus pipinya.

Sakit. Tentu saja. Ayah bundanya saja tidak pernah menamparnya. Navy geram dan balas menampar Cika. Bahkan Navy juga menjambak rambutnya, hingga Cika mengaduh kesakitan.

Diana yang melihatnya meju satu langkah, namun Navy malah semakin keras menjambak rambut Cika.

"Denger ya, kalian semua. Mau kalian labrak gua kek, bully gua kek, teror gua kek, atau whatever lah. Gua gak bakalan mundur buat dapetin hati Si Ganteng Arle," ucap Navy tegas dan mantap, sambil tangannya masih setia menjambak rambut Cika.

Cika memukul-mukul tangan Navy yang menjambak rambutnya dari depan. Dia ingin menjambak balik rambut Navy, tapi Navy sangat pandai membaca situasi.

Yessi tertawa meremehkan. "Jadi lu ngeremehin gua?"

"Whatever you wanna do, Bitch," ucap Navy santai.

"Sialan!" umpat Yessi geram.

"Gua gak akan diam saja lihat lu dengan gampangnya masuk dikehidupan Arle, sementara gua harus berjuang mati-matian buat bikin Arle sekedar mandang ke arah gua," lanjut Yessi dengan matanya yang menyiratkan kemarahan.

"Well, gua tunggu tanggal mainnya," jawab Navy sambil melepaskan jambakannya pada rambut Cika.

"Ups, Sorry," ucap Navy santai, saat melihat rambut pirang Cika yang rontok karena ulahnya.

Cika terduduk lemas. Pasalnya, jambakan yang dia terima dari Navy sangat kuat. Dia pun meronta dengan sekuat tenaga, tapi tidak ada hasilnya. Sekarang tenaganya benar-benar sudah terkuras.

/Saatnya jam pertama dimulai/

"Ah, sepertinya sudah mau mulai pelajaran. Navy cantik pergi dulu ya," pamitnya sambil melenggang dengan nada centilnya.

Gank KULA benar-benar habis, jika saja ada saksi mata yang melihat kekalahan mereka. Karena sebelumnya, Gank KULA tidak pernah gagal dalam aksi melabraknya.

"Tunggu pembalasanku," lirih Yessi.

***

Navy memasuki ruang kelasnya dengan terburu. Suasana masih rame, para murid masih asik bercanda ria.

"Ah, gua kira udah ada gurunya," ucap Navy sambil mengatur nafasnya

"Baru dateng?" tanya Lisa yang duduk di depannya tanpa menoleh.

"Woy Vy, pipi lu kenapa? Habis digampar siapa? Ngomong sama gua sekarang," ucap Shelly menggebu saat melihat wajah Navy yang memerah.

"Ah enggak, gapapa. Udah beres kok," jawab Navy santai.

Lisa mengernyitkan alisnya. "Siapa? Gank KULA?" tebak Lisa.

"Hmm," jawab Navy singkat.

"Emang ya itu jelmaan tante-tante girang, minta diapain sih sebenarnya? Geram gua lama-lama." Shelly bersungut-sungut.

Lisa terkekeh, "Heh, omongan lu itu."

"Apa? Emang bener kok. Lihat tuh dandanannya. Rok mininya, kayak rok adek gua yang umur 5 tahun tau gak."

"Hahaha ... gua tadinya juga mau bilang gitu, itu rok jaman kapan sih masih dipake aja," lanjut Navy.

"Kan bener. Udah pendek, dikasih belahan lagi. Yaampun, ga habis pikir gua sama pikiran mereka."

Lisa hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tertawa ringan.

"Heh kalian, udah deh. Gausah gibahin mereka, emang kalian mau gitu? Dosa mereka yang seabrek ditumpahin ke kalian?" tanya Lisa dengan masih terkekeh.

"Eh. Ya gamau lah. Amit-amit jabang bayi deh. Jangan sampai. Gua aja ga yakin bisa nebus dosa gua selama ini," jawab Navy merinding.

"Lah. Apa lagi gua, tiap hari ngetemin cogan mulu," timpal Shelly.

"Ya makanya ...."

Percakapan mereka terpotong, karena Pak Ardi, guru Sejarah mereka baru saja masuk ke ruang kelas.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ujung Penantian(Good Bye 2020)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang