Entah apa yang merasuki benak Vivi saat ini. Pasalnya Vivi baru saja mengantar Mira ke rumah Ara. Padahal semalam ia sangat menolak ketika Mira meminta izin untuk ke rumah sahabatnya itu. Vivi tatap punggung pacarnya itu yang perlahan menghilang di pagar hitam nan tinggi. Vivi mendengus kesal, ia kalah lagi hari ini. Kalah melawan egonya sendiri, egonya yang selalu ingin melihat Mira bahagia walau ia yang tersakiti. Padahal orang bilang cinta itu buta, tapi entah kenapa bagi Vivi cinta malah membuatnya bodoh.
Sudah hampir setengah jam berlalu ketika Mira dan Ara memulai latihannya. Namun tidak seperti biasanya, Ara terlihat tak bergitu bersemangat latihan. Beberapa kali Mira mengomelinya, namun tetap saja Ara mengulangi kesalahan yang sama.
"Lo kenapa sih, Ra? Serius dong?!" bentak Mira ketika Ara melakukan kesalahan untuk yang kesekian kalinya.
"Ma-maaf kak," ucapnya pelan.
Mira menghela nafas kasar, mencoba meredamkan amarahnya, "yaudah kita ulang lagi dari awal."
Mira sudah kembali bersiap di posisinya, bahkan musik sudah diputar ulang. Namun, Ara masih bergeming. Ia hanya diam ditempatnya dan sama sekali tak menggubris apa yang Mira katakan tadi.
"Ra!" panggil Mira, tapi lagi-lagi si pemilik nama tampak diam sambil menunduk.
"Ara!" kali ini suara Mira terdengar lebih keras, wajahnya pun cukup serius.
"Ma-maaf ka," Ara pun berjalan pelan menuju ke arah Mira.
"Buru, kita mulai lagi dari awal," baru saja Mira hendak menyetel ulang musiknya, Ara menahan tangan Mira.
"kak, boleh ga kita udahan aja latihannya?" pinta Ara yang terlihat ketakutan.
"Ga usah ngadi-ngadi deh, Ra. Kan lo sendiri yang kemarin minta latihan. Sekarang baru setengah jam udah minta udahan," ucap Mira kesal.
"I-iya sih kak. Cuma aku tetiba aja ga mood,"
"Kenapa emangnya?"
"Semalem aku abis berantem sama Fiony,"
"Astaga, Ra. Jadi cuma gegara itu lo ga mood latihan?"
Ara pun mengangguk. Mira benar-benar kecewa melihat adik kelasnya ini. Ia mengusap wajahnya kasar.
"Ra, denger ya. Gue nolak ajakan Vivi buat jalan hari ini cuma karena gue ga enak udah ngeiyain buat latihan sama lo. Tapi nyatanya lo sendiri latihannya kayak gini. Sumpah, Ra gue kecewa ama lo,"
"Sumpah kak, maaf banget. Tapi serius gue ga mood hari ini,"
"Ya kalo gitu kenapa lo ga ngabarin aja tadi sebelum gue nyampe? Kalo gini caranya gue jadi ngerasa sia-sia,"
"Soalnya gue mau cerita kak sama lo, lo mau kan dengerin gue curhat?"
"Sorry, Ra. Buat kali ini ngga dulu deh. Asal lo tau aja, gegara ini gue jadi berantem ama Vivi. Jadi kalo udah gada urusan apa-apa lagi, gue mending balik,"
Mira pun memutuskan untuk pulang. Ara memang sempat menahannya, tapi Mira tetap pada pendiriannya. Bisa dibilang, baru kali ini Mira semarah ini pada Ara. Hanya karena ingin menepati janji pada Ara, Mira dan Vivi jadi bertengkar. Tapi si pembuat janji malah mengehentikan acara latihan dengan seenaknya, wajar Mira amat marah.
Mira berjalan dari rumah Ara menuju halte yang letaknya sekitar 300 meter dari rumah Ara. Selama perjalanan, Mira menjadi sedikit berpikir tentang hubungannya dengan Vivi akhir-akhir ini. Entah kenapa rasa marah pada Ara sedikit membukakan matanya bahwa selama ini Mira memang tak berlaku adil pada Vivi. Padahal Vivi adalah kekasihnya, wajar jika dia 'sedikit' meminta perhatian lebih.
YOU ARE READING
Tortuous
Fanfiction"Kita cuma temen kok, Vi. Ga usah lah pake acara cemburu gitu." "Kita juga awalnya temen, Mir. Sampai akhirnya kita kayak gini." "Yaudah sekarang maunya kamu gimana? Aku cape kalo terus-terusan kamu salahin." "Aku juga cape, Mir. Harus selalu ingeti...