Hai! Aku Terkuat Disini

8 4 0
                                    

Sowon berlari kebingungan tanpa arah menelusuri lorong - lorong kota yang basah. lampu lampu jalan yang terangnya hanya remang menemani setiap langkahnya yang tergesa. lorong - lorong itu di jepit apartemen - apartemen tua terbengkalai, tempat itu tampak seperti Seoul tapi telah ditinggalkan. Nafas sowon mulai tak beraturan, kepanikan dan ketakutan membuatnya tak bisa berpikir jernih. hinga akhirnya kakinya menyerah, tepat di tempat ia datang. Sebuah perempatan tanpa mobil di bawah langit gelap malam dan lampu lalu lintas yang masih menyala. Ia muntah, kelelahan setelah berlari, dan menangis putus asa, mencoba mencari pertolongan dari segala penjuru, dan akhirnya menyadari ponsel yang tadi di tangannya juga ikut menghilang. Ia tersungkur pasrah di aspal yang basah. Bajunya berganti menjadi sebuah dres putih, warna rambutnya bahkan berubah menjadi pirang, dan ada tiara di kepalanya. Ia berubah seperti nama yang ia masukan kedalam game sebelumnya, Goddess Sowon.

Dari atas balkon salah satu apartemen tua disana, ada sepasang mata mengawasi dengan baju hitam dan senjata yang tampak seperti pistol, mengawasi seorang gadis berlarian seperti orang gila menyusuri lorong. Ia menyaksikan kegilaan itu seperti pertunjukan, sambil memakan sebungkus coklat yang entah dari mana ia dapat. Ketika pertunjukan itu selesai, ia menghilang dari balkon, sambil tersenyum simpul

Sowon masih menangis di tengah jalan, berteriak minta tolong, tapi hanya gema suaranya saja yang ia dengar. Ia mencoba mengembalikan ke warasannya. menampar wajahnya, berharap ini semua mimpi. tetapi sakit, yang berarti ini semua kenyataan. Setelah kesadarannya mulai pulih, dan dapat berpikir rasional, Sowon mulai bangkit lagi, berjalan sekali lagi menelusuri sudut sudut tempat yang asing itu. Ia membuka pintu salah satu apartemen tua yang catnya sudah mulai luntur itu. tidak terkunci. Ia mulai menelusurinya, berharap ada sebuah petunjuk.

Bipppp!! Biiipppp!! Biipppp!!! suara sirine aneh menggema dari semua tempat, memasukan Sowon dalam kepanikan lagi. Ia bertanya tanya apakah itu? dari mana asal suaranya ? Ia keluar apartemen dengan bergegas. dan melihat di ujung jalan ada gadis lainnya. berambut panjang, pirang sepertinya, memakai pakaian hitam aneh, dan membawa pistol mainan. berdiri memaku dan melihat ke satu arah. Sowon begitu senang menemukan tidak hanya dia yang terjebak disana. dengan tenaganya yang tersisa Ia bergegas menghampirinya.

"MAJU KALIAANN MONSTER SIALAAANN!!!!" Teriakannya mengagetkan Sowon yang hampir sampai ketempatnya.

Ia menjadi ragu.

apa maksudnya dengan monster pikirnya.

Sekilas menjadi takut, tetapi rasa penasaran mendorong sowon untuk tetap berjalan menghampirinya. Tetapi gadis itu menoleh ke arahnya, mengarahkan pistol mainannya kearah Sowon,

Apa maksudnya ? mengapa ia mengarahkan senjata itu kepadanya ? Sowon bertanya tanya.

Belum sempat ia menyapa gadis itu, sebuah tembakan energi berwarna biru melesat ke arahnya, lebih tepatnya ke belakang Sowon. Ledakan energi itu membuatnya merunduk.

"Hei!!! Apa yang kau lakukan ? APA KAU GILAAA!!" Sowon memakinya, gadis itu tak menjawab, ia berlari kearah Sowon.

Sowon merasakan bahaya, ia bisa saja menjadi incara gadis itu yang salah mengira ia monster. Sowon bergerak mundur. mencoba menjelaskan kalau ia bukan monster, tapi gadis itu terus berlari ke arahnya dan terus mendekat.

Boommm!!! ledakan energi keluar dari pistolnya lagi, dan benar - benar mengarah ke arah Sowon.

Semakin dekat ia semakin melihat wajah gadis itu menyeringai menyeramkan, tapi matanya tak memandang ke arah sowon. Tetap ke belakang tempatnya berdiri mematung sekarang. Sowon menoleh ke belakang. Pemandangannya sangat gila, ada tumpukan monster besar berlendir hijau mati tepat di belakang pungggunnya, badan mereka berlubang, mungkin karna ledakan energi dari si gadis tadi.

"Hei mbak, kalau gak mau bertarung, cepat menepi" Gadis itu tahu - tahu sudah ada disampingnya. Membuat tumpukan mayat monster itu sebagai pijakan kuda kudanya. dan membidik semua monster yang menuju ke arahnya.

Monster itu datang dari mana saja, mereka berkaki empat dengan cakar sebesar pisau dapur dan taring sebesar pedang. mereka merayap - rayap dari dinding - dinding apartemen. Berlari cepat dan mengeluarkan suara - suara derik dari cakar dan aspal yang beradu. Tetapi gadis ini sangat cepat dan bidikannya juga tepat. Bahkan kekuatannya bukan main - main, ia memukul jatuh beberapa monster yang lolos dari bidikannya. Tendangannya juga super keras, monster besar itu bisa terpental hanya dari tendangannya saja. Melihat pemandangan itu, Sowon hanya bisa terperangah, mematung terduduk tak berdaya.

"Hei! apa kau akan terus duduk disana dan jadi tidak berguna ?" Gadis itu menoleh sambil tangannya tetap sibuk menembak kemanapun

"Cepat cari tombol merah di tiang lampu lalu lintas manapun yang kau temukan, dan tekan. Cepat! aku tak bisa menahan mereka lebih lama lagi" Lanjutnya memberi intruksi pada Sowon.

Mendengar itu, Sowon bergegas berlari dengan panik mencari lampu lalu lintas disekitarnya. sambil tetap siaga jikalau ada monster yang menghadangnya. tapi tidak ada, dan di ujung jalan ada sebuah lampu lalu lintas. semakin mendekat tombol merah yang dibicarakan gadis itu semakin terlihat, letaknya di tempat tombol penyebrangan orang. Tanpa ragu Sowon menekannya, dan sirine aneh itupun tak berbunyi lagi. Ia berlari kembali ketempat gadis itu berjuang, mayat monster itu juga ikut menghilang, dan gadis itu hanya terduduk kelelahan di tengah jalanan beraspal. Meletakkan pistol mainan berbahanya itu disampingnya, mengeluarkan sebungkus coklat dari kantongnya, dan memakan itu dengan lahap.

"Nngg.. Boleh aku tahu..." Sowon menanyakannya dengan ragu

"Aku yerin, yang terkuat disini" ia langsung menyambar pertanyaan sowon

"Aku tau kau punya banyak pertanyaan tentang tempat ini, tapi mari menjauh dari distrik ini" Yerin bangkit dan berjalan kembali ke arah tempat tadi ia datang.

Sowon mengikutinya dengan penasaran, setidaknya ia tidak sendirian lagi.

378 CARNIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang