[ 4. Kloningan ]

9.6K 823 368
                                    

[ 4. Kloningan ]

WARNING!
BAHASA NON BAKU DAN BAKU!

WARNING!BAHASA NON BAKU DAN BAKU!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

Selasa, 20 April

Matahari begitu terik sampai membuat para siswa mengantre demi mendapatkan minuman dingin. Jam sudah menunjukan pukul dua belas bertanda istirahat sedang berlangsung. Suara langkah kaki para siswa terdengar menggema seiring obrolan-obrolan halus terdengar. Bel istirahat telah berbunyi tiga puluh menit yang lalu, seorang remaja bernetra biru laut yang tertidur sejak awal bel istirahat berbunyi akhirnya bangun.

Ia melirik ke jam dinding sekilas sebelum beranjak menuju kantin. Tangan pemuda itu tidak henti-hentinya mengetik sesuatu di ponsel. Rambut dengan surai putih menutupi sedikit matanya, mampu membuat semua gadis terpesona.

Ice berhenti di depan kantin. Iris biru laut itu tampak mengamati setiap sudut kantin. Banyak sekali siswa-siswi yang masih memperebutkan sesuap nasi ataupun setetes air dingin. Padahal, ia sengaja tidur tiga puluh menit lebih dahulu agar saat bangun, Ia tidak perlu mengantre lagi. Ternyata, dugaannya salah, kantin akan tetap ramai selama istirahat berlangsung.

Matanya tak sengaja menangkap tiga pemuda bertopi dino yang sedang duduk di salah satu bangku kantin. Dengan menyembunyikan kedua tangannya di saku celana, Ice melangkah menuju tiga pemuda yang diketahui adalah saudara-saudaranya.

"Hai."

Gempa tersentak mendengar suara Ice yang terlalu tiba-tiba itu. Lantas, menggeser sedikit posisi duduknya. "Hai juga. Tumben ke kantin."

"Lagi pengen," jawab Ice singkat sembari memposisikan diri untuk duduk.

Ice pergi ke kantin adalah hal yang langka. Bila perlu, harus dipotret. Karena, pemuda itu selalu membuat waktu istirahat menjadi waktu tidur siang. Jujur, Gempa khawatir. Takut kalau Ice kelaparan dan membuatnya tidak fokus saat belajar. Hingga membuat Gempa selalu berinisiatif meletakkan makan siang Ice di bangkunya.

"Kau mau roti?" sebenarnya, roti itu mau ia letakkan di bangku Ice seperti biasa. Tapi, syukur, lah, si empu datang dengan sendirinya.

"Terima kasih."

Lantas, semua sibuk dengan makan siangnya masing-masing.

Ice memakan rotinya sembari bermain ponsel. Tak lama, ia mengingat pesan yang dikirim oleh si Pelaku saat pagi tadi. "Apa kalian mendapatkan pesan yang sama?"

"Dari Kak Hali, ya?" celetuk Gempa. Diangguki oleh Thorn.

"Aku bertanya-tanya kenapa orang itu bisa mengirim pesan padahal ponsel Kak Hali sudah terpasang pola rumit. Maksudku, jika dia mereset ponselnya, harusnya, nomor kita juga terhapus 'kan?" tanya Solar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Murder Mystery-PBH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang