PROLOG

12.4K 524 2
                                    

Bukan tentang si badboy atau coolboy yang berjuang mendapatkan cintanya atau tentang perjodohan muda yang sengaja di buat atas perjanjian dimasa lampau, tapi cerita ini tentang Sekala.

Hidup dengan segala kebutuhan tersier yang tercukupi dengan segala fasilitas hidup yang begitu mewah tidak membuat Sekala tumbuh menjadi sesosok manusia brengsek dan sombong serta angkuh 'keras kepala' , Sekala ya Sekala! Si pria serba hidup hemat walau nyatanya semua yg dimilikinya memiliki harga yg begitu fantasi, tapi percayalah... Sekala itu sangat hemat! Apalagi soal jajan.

Sekala itu benci dengan sesuatu yg berbau boros termasuk belanja atau shopping karna menurutnya hidup hemat itu sangat indah dari pada hidup boros walau nyatanya seboros apapun Sekala tidak akan membuat dompetnya tipis.

Teman temannya selalu bertanya 'kenapa sih Lo itu hidup hemat hemat bangett?!' Sekala hanya tersenyum lalu menjawab 'simulasi miskin' dan mendengar jawaban singkat itu yang selalu keluar dari mulut Sekala membuat teman temannya dibuat prustasi sendiri karna nyatanya sangat begitu mustahil seorang Sekala jatuh miskin, toh Keluarga nya saja sudah kaya sejak nenek moyang nya ada.

Dan kini ntah sudah berapa lama Sekala terduduk di sebuah bangunan rumah pohon tanpa rasa bosan sedikitpun, pedahal sejak siang Sekala hanya terduduk menatap langit dengan sesekali memejamkan matanya ketika merasa hembusan angin halus menerpa wajahnya. Sekala menghembuskan nafasnya perlahan dengan mata yang masih terpenjam.

Pikirannya masih berkecamuk dengan seluruh masalah dalam hidupnya, ahh rasanya.. aneh sekali untuk menyebutnya sebagai masalah dan sepertinya lebih cocok dengan kata 'masalalu'. Jadi.. Sekala masih memikirkan tentang masa lalunya.

Ingin rasanya rotasi waktu berjalan mundur untuk dirinya sebentar.. saja. Hanya sebentar, dan dengan waktu singkat itu Sekala akan memperbaiki semuanya agar dirinya merasa baik hingga masa depan nanti. Tapi rasanya.. itu sangat mustahil, tuhan menakdirkan waktu terus berjalan tanpa ada seorangpun yang bisa kembali pada waktu yang sudah berlalu.

Merasa hembusan angin berhenti menerpa wajahnya, Sekala membuka mata dan lagi lagi kedua manik itu kembali menatap langit yang mulai berwarna jingga dengan lirih di dalam hati 'tuhan.. harus dengan cara apa lagi agar aku bisa hidup tenang?'

Sekala kembali memejamkan matanya beberapa saat dan setelahnya pemuda itu bangkit dari duduknya, berniat untuk turun dari rumah pohon itu dan pulang ke rumahnya karna langit sudah menunjukan pertanda bahwa tak lama lagi bulan akan mengantikan posisi mentari.

Satu langkah Sekala berjalan menuju tangga, kepalanya menoleh ke arah dalam rumah pohon itu. Dinding kayu bercat kuning muda dengan berbagai hiasan foto kecilnya bersama seorang gadis kecil membuat dirinya tersenyum lirih sebelum akhirnya kembali berjalan menuruni rumah pohon itu dengan hati hati.

Sekala Prioritas∆

"Assalamu'alaikum, Bundaaa" Sekala baru saja memasuki rumah dan langsung meneriaki bunda-nya, Risha Eckaus.

Merasa tidak ada sahutan dari seseorang yang ia panggil, Sekala berjalan mencari keberadaannya.

"Cari aja bunda, ayah ga di anggap" bukannya menemukan sang bunda, Sekala justru bertemu dengan ayahnya lebih dulu, Anthony samuelson.

Sekala tersenyum lalu menghampiri Anthony yang tengah asik dengan koran di hadapannya.

"Tumben pulang cepet" Sekala meraih tangan Anthony untuk ia cium dan setelahnya Sekala duduk di samping Anthony menyandarkan kepalanya dibahu sang ayah dan dengan senang hati Anthony mengecup singkat kepala Sekala.

"Kerjaan nya udah beres jadi ayah bisa pulang cepet, kamu gimana sekolahnya tadi?" Sudah kebiasaan untuk Sekala dan Anthony untuk saling menanyakan satu sama lain sebagai ungkapan perhatian.

"B aja, ga ada yang menarik" mendengan jawaban Sekala, Anthony hanya menganggukan kepalanya menanggapi jawaban anak itu.

"Ehhh anak bunda udah pulang" Risha datang dengan membawa segelas kopi di tangannya.

Sekala hanya tersenyum melihat kedatangan Risha yang langsung memberikan kopi pada Anthony yang menerimanya dengan senang hati lalu berlanjut mengecup singkat kening Sekala.

Risha mengambil tempat di samping Sekala untuk ia duduki "ada cerita apa hari ini?"

Sekala tersenyum tipis melihat sebuah foto yang terpajang jelas di hadapannya, matanya tertuju pada sebuah gadis kecil yang duduk di pangkuan Risha dalam foto itu "kapan Sekala bisa nebus janji Sekala Bun?" Alih alih menjawab pertanyaan Risha, Sekala justru menimpanya dengan pertanyaan yang selalu keluar dari mulutnya membuat Risha dan Anthony sama sama bertatapan sebelum akhirnya memeluk Sekala bersamaan.

Anthony melepaskan pelukannya dan beralih mengelus kepala Sekala lembut sedangkan Risha masih setia memeluk hangat Sekala.

"Kenapa kepala Sekala pusing Bun?" Lagi dan lagi Risha mendengar itu membuatnya menarik kepala Sekala agar bersandar di bahunya.

"Jangan di pikirin sayang, ayo tidur aja sama bunda ya?" Risha setia mengelus kepala Sekala sedangkan Anthony hanya diam melihat interaksi anak dan ibu itu.

"Sekala cape Bun" setelah mengatakan itu kedua manik Sekala tertutup bersamaan dengan tubuhnya yang menimpa Risha, Sekala pingsan dalam pelukan Risha.

"Ayah bawa Sekala ke kamar" setelah mengucapkan itu tanpa sengaja Risha meneteskan air mata yang tanpa permisi keluar begitu saja.

Selalu begini, jika tidak jatuh pingsan Sekala pasti merasakan pening di kepalanya hingga laki laki itu berteriak kesakitan saking peningnya.

Sebenarnya penyakit Sekala tak begitu serius, tapi.. tak ada obatnya selain waktu yang membawakan obatnya pada sekala.

Tapi sampai kapan lagi Sekala harus menunggu waktu untuk membawakannya obat? Sekala lelah, tolong lah.. Sekala hanya ingin hidup bahagia tanpa merasakan sakit dalam hidupnya.

Sekali lagi.. temani Sekala untuk menemukan kebahagiaannya.. mau?

∆Sekala Prioritas∆
.
.
.

Halo ges!! Gue balik lagi uhuyy
Tapiii maaf ya kalo ga susai ekspetasi:)
Dan.. Makasi selalu ada wkwkw

Seeyou next chapter!
Love u

SEKALA PRIORITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang