"Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya, Arsan Aditya Anggara. Sekian" kata ku dulu saat ibu guru memberi mandat ku untuk memperkenalkan diri.
"Sudah, nak?"
"Sudah, Buk. Gaperlu terlalu panjang lebar. Bagi yang ingin berteman ikuti saya ketika pulang." aku yang kala itu PD di hari pertama ku saat di Taman Kanak-Kanak.Aku memang orang yang tidak banyak bicara, aku terbiasa untuk tenang dan tidak banyak ikut campur dalam pembicaraan orang.
"Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Hamdi Zikrillah. Sekarang saya berumur 5 hampir 6 tahun dan lahir pada tanggal 10 Agustus 2003." ujar seorang anak disana. Aku tau, dia juga bukan tipe orang yang banyak bicara, dia hanya ingin terlihat sama.
Beberapa menit berlalu,
"Oke anak-anak, terimakasih atas perkenalannya. Semoga semua berteman baik." ujar Bu Rani , orang pertama yang kupanggil "Guru".*bel pulang berbunyi*
"Oke anak-anak, cukup untuk hari ini. Hati - hati dijalan pulang."
"Baik, Buk" sahut semua murid.Lantaran rumah ku tidak terlalu jauh dari sekolah ku, aku memilih untuk berjalan kaki meski sudah ditawari oleh Ibu tadi pagi,
"Ayo, Ibu antar San!"
"Eh gausah, Bu. Arsan bisa sendiri, ibu santai aja dirumah."
" Oh , yaudah" kata Ibu yang sangat santai pagi itu
"Apa Ibu cuma basa - basi aja ya ?" gumamku.Diperjalanan pulang, aku merasa ada yang mengikuti dan terus melirik ku. Ketika aku melihat kebelakang, dia Hamdi anak yang ingin terlihat asik itu.
"Oi?! kamu kenapa?"
"Engga kenapa napa, aku cuma jalan."
"Kamu mengikuti ku?"
"I-i-yaa.. aku ingin berteman"Hah anak ini kenapa? aneh, kenapa dia mengikuti ku untuk menjadi teman ku? Ohh itu. Aku teringat perkataan ku kala perkenalan tadi.
"Yasudah, kemari. Abdi"
"Aku?" jawabnya kebingungan
"Eh maksudku Robi"
Dia makin bingung dan menoleh kebelakang
"Ah siapapun namamu ayo kemari, jangan lambat aku ingin makan makanan favorit ku"
"Aku, Hamdi"
"Iya, ayo cepat!"Di sela - sela perjalanan,
"Ngomong - ngomong, makes kamu apa?" kata Hamdi
"HAH? MAKES? apa itu? sejenis apa?"
"Makanan kesukaan"
Aku semakin yakin anak ini aneh, dia tidak tau cara berteman baik.
"Jangan sok asik! bilang aja makanan kesukaan, enggak perlu disingkat. Ayam, segala jenis olahan ayam" jawab ku
"O-oh iyaa.. maaf hehe" ujar nya sambil menggaruk kepala nya. Rambutnya begitu kemilau, bak masa depan ku.
Sesampainya dirumah ku,
"Assalamualaikum, Bu."
"Waalaikumussalam, Anakkuuuuuu" ujar nya.
Jujur, ibu semakin lama semakin aneh. Aku engga suka.
"Ini siapa namanya?" tanya Ibu ke Hamdi
"Hamdi, Buk."
"Oooo, masukk masukk. Kita makan" kata Ibu.
"Ayo masuk, kita makan. Kalau kamu menolak. Aku enggan berteman." ketus ku.Setelah makan, aku mengantarkan Hamdi. Ternyata, rumah ku tidak jauh dari rumahnya. Kami bertetangga. Hari itu aku menghabiskan waktu hingga Adzan Ashar tiba. Banyak sekali anak yang seumuran kami disana, sanak saudaranya kebetulan berkunjung ke kediaman Hamdi siang itu.
Beberapa bulan berlalu, libur panjang akan tiba dan menandakan kami harus menentukan sekolah mana yang kami akan duduki.
"Mau sekolah dimana, Ham?" pertanyaan itu sering aku lontarkan. Dan, sering juga ia mengubah pilihan nya. Anak itu memang mudah goyang.Di Hari Pertama ku di Sekolah Dasar , aku menemukan Hamdi yang sedang dipangku oleh Mamanya.
"Anak itu lagi, tidak pernah berubah" gumam ku didalam hati.
Secara tidak sengaja, angin menghembuskan suratan untuk menemukan kami lagi. Disisi lain, aku senang—disisi lain, tidak.2. Diary Hamdi ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji di Ujung Rabu
Non-FictionKisah 3 nyawa menuju dewasa yang punya mimpi untuk tumbuh bersama. selamat membaca