Tanpa dosa Heeseung lempeng jalan keluar dari kamar mandi dengan rambut basah tanpa di handuk. Dia ikut naik di atas kasur menarik selimut ingin tidur.
Jiya yang dari tadi mengawasi dibuat risih. Tentu karena heeseung tidur dengan rambut basah. Nanti bantal nya jadi apek.
"Oppa mau ngapain? " Pertanyaan yang jelas jawabanya di depan mata.
"Tidur" Heeseung menjawab dengan mata terpejam.
Jiya kesal, mana nada bicara Heeseung santai tanpa beban.
"Rambut mu basah kau mau tidur? "
"Nanti juga kering, jiya"
"Nggak! Keringkan dulu sana, nanti bantal nya jadi apek! "
"Gmw"
Jiya memincing, dia beranjak duduk.
"Keringkan dulu! ""Aku mau tidur"
"Sebentar saja ya ampun! "
"Aku capek, ini sudah malam. Lebih baik tidur, sini~!" Sempat-sempat nya heeseung merentangkan kedua tangannya.
Cuddle? g.
Bukanya menerima, Jiya menarik tangan heeseung, membuat Heeseung terduduk secara paksa.
"Heh.. Apasih" Komplain Heeseung yang nyawanya masih rebahan.
" Keringkan dulu rambut mu! " Jiya kesal tapi masih bisa di tahan.
"Ya ampun jiya, nanti juga kering sendiri" Balas Heeseung, dia mau menjatuhkan diri ke kasur. Tapi di tahan Jiya
"Sekarang! "
"Gmw"
"Oppa! "
"Apa? "
Jiya menghela nafas
"Aku yang keringkan! " Ucapnya. Dia berjalan untuk mengambil handuk kering."Untuk apa di keringkan, kalau nanti juga bisa kering sendiri. "
" Lalu untuk apa bernafas kalau nantinya juga mati? " Sahut Jiya asal, Heeseung mutlak diam.
Memilih menurut, heeseung duduk di tepi ranjang. Jiya berdiri di depannya sambil mengasak rambut heeseung dengan handuk.
Kalau seperti ini Heeseung jadi tambah ngantuk, kepalanya kayak di pijit. Lama kelamaan mata heeseung memejam, kepalanya perlahan menunduk dan jatuhnya menyandar di perut Jiya.
"Oppa tidur? "
"Belum" Jawab Heeseung pelan. Nyaris tak terdengar.
"Oppa pakai shampo apa sih? " Tanya Jiya lagi, soalnya rambut Heeseung wangi nya beda.
"Shampo mu"
Jiya mengernyit, perasaan wangi shampo miliknya tidak seperti ini.
Shampo Jiya beraroma apel hijau, tapi kenapa rambut heeseung wangi nya seperti----" Kenapa wanginya kayak facial wash ku? "
*****
Heeseung mengerjapkan matanya, menatap sekitar, mengabsen tiap sudut termasuk sisi kosong di sebelahnya. Jiya tidak ada. Berarti dia sudah bangun terlebih dahulu. Heeseung duduk mengumpulkan nyawa.
BRAK!
Heeseung nyaris kaget, Jiya keluar dari kamar mandi dengan muka lempeng, ah lebih tepatnya kesal. Menatap tajam Heeseung yang masih anteng di tengah kasur.
"Pagi" Sapa Heeseung kelewat polos.
Jiya mendengus, dia ikut duduk "facial wash ku habis" Ucap Jiya malas.
Heeseung menatap bingung, terus Kenapa kalau habis? Tinggal beli kan? Ini Jiya malah flat dan kesal plus tidak membalas sapaan nya.
"Beli lagi"
Jiya menoleh cepat. "Itu karena oppa pakai facial wash ku buat shampo! "
"Kapan? Gak tuh! "
"Semalam! "
Heeseung mengotak-atik memori. Masa sih? Seingatnya dia pakai shampo Jiya yang apel hijau. Apa salah ambil?
"Enggak kok, aku pakai shampo mu yang baunya apel. Bukan facial wash mu" Jelas Heeseung.
"Oppa salah ambil! " Sanggah Jiya, dia mengendus rambut Heeseung, sontak Heeseung menahan napas. Kirain mau kiss.
"Tuh kan.. Ini wangi nya bukan shampo ku! Tapi facial wash ku! "
Heeseung mengindahkan bahu nya. Sepertinya benar kalau Heeseung salah ambil shampo. "Nanti beli lagi, jiya"
"Harus! " Kata nya. "Dan oppa yang membayar"
Heeseung menghela nafas, padahal apapun itu, entah makanan, buku, baju, bahan masakan, sabun, semua pakai uang Heeseung. Jiya mana modal. Tapi kan sudah kewajiban Heeseung untuk menafkahi.
"Nggak! Kali ini kau yang harus bayar! "
Pelit!
" Gmw! Lagian kan' Oppa yang menghabiskan oppa yang harus bayar---"
" Bayar pakai morning kiss! " Sela heeseung tersenyum 'itu'
Jiya malas, kalau seperti ini yakin dia akan menjadi pihak yang di rugikan, dengan cepat jiya langsung beranjak pergi sebelum Heeseung menarik tanganya untuk duduk kembali.
"Heh--"
" Aku gak mau kiss orang yang baru bangun tidur! " Ucap Jiya cepat.
"Meskipun bangun tidur aku tetap tampan! " Sanggah heeseung
Jiya menatap heeseung yang lusuh, rambutnya saja seperti tersambar petir dan bajunya yang berantakan.
"Oppa kayak gembel " Jiya mengatakan pelan
"Heh mulut mu sembarangan! " Damprat heeseung yang masih jelas mendengar hinaan Jiya. Jujur sedikit tertusuk. Tapi gapapa.
Jiya mengerjap. "Aah.. Maksud ku--"
"Apa hah apa? " Todong Heeseung, dia menarik Jiya yang mau kabur. Menahan pinggang Jiya.
Siap untuk menikam, meminta kiss paksa mestinya.
"Apasih lepasin!! Emang bener oppa kayak gembel kok. Lusuh! " Sempat-sempat nya menghina lagi. Heeseung semakin gencar.
"Jiya aku hukum lips mu loh.. "
"Gak mau! Sana mandi! "
"Setelah ini"
"Tunggu eh.. Hmpphh!! "
Mampus!
****