INAP°°2

4 0 0
                                    

Tiga puluh menit diterpa keheningan akhirmya Dion membuka suara terlebih dahulu.

Jangan pikir aku yang akan membuka suaraku sebelum ia meninta maaf. Sorry this is not my fashion

"Keyra udah meninggal"
Kalimat itu lantas mengalihkan atensi ku

Seketika udara di sekitar ku menjadi dingin, nafas ku tercekat seakan pasukan oksigen sudah menipis

Dian lalu menepikan mobilnya dipinggir jalan dan mengubah arah duduk nya menjadi menghadap ku.

Tangan dinginnya memegang pundak ku dan ia berkata

"Dia udah meninggal tiga tahun yang lalu Gi"

"Kakak sepupu lo?" tanya ku yang diangguki Dion

"Namanya nacila Keyra tifanya, tragedi perpustakaan berdarah"

Ya. Aku penah mendengar kabar itu. Tapi yang aku tau korban dari tragedi pembunuhan diperpustakaan itu bernama Cila anak hukum semester lima.

"Dia udah milih lo Gi" katanya lagi. Sembari mengusap kepala ku

"Milih gue? Siapa?" aku sangat bingung apa lagi saat wajah Dion menatap ku dengan tatapan sedih

"Kak Cila. Setelah dia meninggal dia gak ikhlas atas kematiannya. Dan gue mohon lo jangan turuti permintaan dia."

"Permintaan?"

"Iya. Kak Cila gak inget apa yang buat dia meninggal. Dan dia penasaran apa yang terjadi sebelum dia meninggal"

"Kenapa gue gak boleh bantu dia yon? Lo ga kasian liat kak Cila ga tenang kaya gitu. Andai lo liat wajah dia tadi yon" tanya ku kepada Dion yang dihadiahi tatapan serius dan tegas

"Ini bahaya Gi. Kak Cila itu dibunuh. Gue gak mau lo terlibat dan jadi korban" tegasnya

Aku hanya bisa diam. Mencoba menghargai perhatian Dion padaku

"Malam ini lo nginep dirumah gue"

"Bukanya...." belum juga aku menyelesaikan kalimat ku Dion sudah menyela

"Ga ada penolakan. Ini demi keselamatan lo"

Aku mengalah dengan menganggukkan kepala. Lagi pula Dion tak mungkin berbuat macam macam walau pun hanya kami berdua yang ada dirumah











Rumah Dion

"Lo malam ini tidur di kamar gue aja" ujarnya

"Trus lo tidur dimana?"

"Ya dikamar gue lah" wai. Berarti satu kamar?!

"Maksud lo?!" aku shock banget denger mau satu kamar sama lelaki ingat lelaki 

"Satu kamar berdua. Dirumah gue cuma ada empat kamar. Kamar ortu sama kamar adek gue dikunci dan gue ga tau kinci nya dimana. Satu lagi kamar pembantu. Lo mau tidur dikamar pembantu?" tanya Dion

"Ya ga papa. Gue juga biasa kok hidup sederhana, inget gue ini jagoan bukan nya anak manja" kata ku dan dihadiahi satu jitakan keras dikepala.

"Lo pikir gue bakalan ngizinin lo tidur dikamar pembantu? Nggak ya. Lagian kamar pembatu itu jauh, nanti kalo ada apa apa gimana? Kan gue yang repot"

"Dasar lo. Mau cari kesempatan dalam kesempitan ya" tuding ku danendapat toyoran dari Dion

"Ga napsu gue sama elo. Badan lurus kek gitu" ujar nya lalu melewatiku begitu saja

"Enak aja kalo ngomong" lalu aku berlari hendak menendang kaki nya. Namun nahas. Bukan kaki dion yang terkena tendangan ku, melainkan kaki meja yang terbuat dari kayu yang berada di ruang keluarga.

"Awssss." rintihku tertahan

"Lo kenapa Gi?" tanya Dion panik

"Kaki gue sssstt"

"Astaga. Makanya lo itu jangan pecicilan napa"

"Gara gara lo nih" damprat ku kepada Dion

"Iya deh iya. Bisa jalan gak?" tanya nya yang ku jawab dengan anggukan

"Yaudah langsung ke kamar gue aja" titah Dion

"Dimana?"

"Diatas. Gue tunjukkin" lalu Dion mendahului ku

Dengan tertatih aku mengikuti langkah kaki Dion yang panajang

Ketika sampain di depan tangga Dion berhenti dan menoleh kearah ku

"Cepetan sini gue gendong"

"Lah kok?" tanya ku linglung

"Gue cuma ga mau lo jatoh terus meninggal dan jadi arwah gentayangan"

"Pak yu" setelah mendengar kata itu keluar dari mulutku Dion langsung meraih tubuh ku dan menggendong ala bridal stayle.

Dia mulai menaiki tangga satu persatu. Dengan mengomel

"Duh berat banget sih lo"

"Jangan gerak gerak dong" padahal aku cuma diem

"Aduh sakit pinggang gue"

"Turunin aja kalee" tukas ku lalu ia menggeleng

"Cukup lo ngebebanin hidup gue aja Gi. Jangan spai lo ngebebanin keluarga gue dengan gentanyangan di sini"

Setelah sampai di depan kamar Dion berusaha membuka pintu dengan tangan yang menahan beban ku

"Turunin gue dulu yon"

"Gak"

Setelah beberapa saat, usaha nya memutar kunci kamar, akhirnya kamar pun terbuka  Dion lanjut meletakkan ku diatas kasur over size miliknya

"Gede banget kamar lo" ucap ku terkagum kagum

"Sebenernya ini kamar utama. Tapi gue bujuk bonyok buat bisa tukeran kamar" Dion tertawa

"Ishh dasar"

"Ehh kaki lo mana? Coba gue liat"

Dion berjongk di dekat kaki ku lalu mulai melihat lihat

"Kayak nya bakalan bengkak deh. Gue ambilin obat sama kompresan bentar. Lo jangan kemana mana" setelah berkata demikian dion pun keluar dari kamar meninggal kan aku sendiri

Tak lama kemudian ada suara derap kaki yang masuk ke dalam kamar. Pertama kali kukira itu adalah Dion, tapi alangkah terkejutnya aku saat menemukan sosok cantik yang beberapa jam lalu berbicara dengan ku

"Hai" sapa nya ceria

"Kak Cila?" nafas ku kembali tercekat mendengar suaranya

"Kamu udah tau ya. Huh.. Ga apa apa deh gampang juga jadinga aku ngomong"

Melihat wajah ketakutanku kak Cila duduk disampingku lalu memegang tangan ku dengan tangan pucat nya

"Jangan takut Gia"





Hai hai haii
Wadududuh
Lama banget ya author up nya
Maap yah
But. Ga ada yang baca
So ga papa dong author slow up
Lupyu😘
Papay

INAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang