2.

5 0 0
                                    

Selamat membaca!


Seminggu lagi pengumuman SBMPTN,  Zihan sangat berharap agar ia bisa di terima di Universitas yang ia inginkan, tentunya dengan jurusan yang ia sukai.

Syukurnya setelah pembicaraan malam itu, Akbar sudah tidak pernah menyinggung perihal pernikahan. Mungkin paham karena anaknya belum siap. Dan hal itu menguntungkan bagi Zihan, ia tidak perlu memikirkan lagi. hehe..

.
.

*Zemangad*

Mala
Gaiss malam minggu pada bisa ke rumah gue ga?

Andika
Ngapain?

Arganta
2

Mala
Mau ada acara BBQ sekalian perpisahan :)

Zihan
Perpisahan apa la?

Andika
Lah jadi?

Mala
Hmm

Dateng ya semua, entar gue jelasin


.

Zihan mengerutkan kening membaca grup Zemangad. Kepanjangan dari Zee, Mala, Andika dan Arganta. Sahabat-sahabat Zihan semenjak ia SMA.

Zihan bingung dengan ucapan Mala, perpisahan apa maksudnya?

**

"Kan udah Zee bilang, ga usah nganter Zee Bang." Zihan berenggut kesal saat mendapati Izzat tengah menyengir di depan rumahnya.

Pasalnya ia benar-benar tidak enak dengan Izzat. Zihan tahu bahwa saat ini di rumah Izzat sedang ada acara.

"Gapapa, udah nih pake" kekeh Izzat, memberikan helm pada Zihan.

"Tapi kan ga enak bang sama bunda."

"Gua udah izin, bunda izinin kok.. malah bilang jagain anak bunda ya." Jelas Izzat.

Keluarga Izzat memang sudah mengenal Zihan. Bahkan untuk memanggil ibunya Izzat meminta dipanggil Bunda saja. Katanya, biar lebih akrab.

" Ayah gimana keadaannya Zee?" Tanya Izzat saat sudah menjalankan motornya.

"Alhamdulillah, udah mendingan bang, seharian Zee suruh istirahat."

Ayah Zihan memang sedang kurang enak badan, seharian ini hanya di rumah. Hal itu juga yang membuat Zihat tidak ada yang menganter. Izzat yang mengetahui, menawarkan diri untuk hal itu.

"Nanti pulang jam berapa?" Tanya Izzat setelah menerima helm dari sang empu.

"Mungkin lewat jam 11. Disuruh nginep, tapi Zee ga tega ninggalin Ayah." Jelas Zihan.

"Iya, gausah nginep. Entar lo gue jemput." Putus Izzat.

"Eh gausah bang. Zee nanti bareng Arga."

"Jangan, sama gue aja." Kekeh Izzat.

"Bang, plis. Zee kesian sama bang Izzat bolak balik begini, kan jauh".

"Yaudah liat entar."
Ini yang ga disuka Zihan dengan Izzat. Liat entarnya dia itu ga setuju sama omongannya.

..

"Mala, Kamu hutang cerita sama aku lho la." Tegas Zihan yang saat ini sedang berada di taman belakang rumah Mala.

"Hehe, iya ya sini." Mala menceritakan kata perpisahan yang dimaksudnya di grup Zemangad waktu itu. Yang membuat Zihan memukul pelan lengan Mala pelan.

"Ih Mala, aku kira kamu kenapa. Aku pikir kamu mau kuliah di luar negeri tau." Mala menyengir, dirinya benar-benar membuat Zihan kesal.

"Hahaha, ngakak banget. Zee lu mah kocak." Andika tertawa keras. Karena ia tau bahwa Zihan benar-benar khawatir saat Mala bilang kata perpisahan. Zihan menelpon Andika berulang kali karena terlihat Andika mengetahui hal itu. Eh tau-taunya si Mala hanya ingin berlibur 2 Minggu ke Turki.


"Ini lagi Dika pake sok-sokan ga angkat telpon aku." Renggut Zihan.

"Lah disuruh Mala gue, katanya diem-diem baek." Jelas Andika, masih dengan tawanya. Andika ini memang orangnya receh dan senang ngerjain orang. Makanya pas liat wajah Zihan yang khawatir gitu padahal ga ada yang perlu dikhawatirin bikin ngakak, gitu katanya.

Benar-benar ya. Geleng Zihan


🌿🌿🌿

Hehe,
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.

To be continue🥀







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sah dadakan! (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang