1. Bertemu Mark

42 5 1
                                    

"Chan anjing! Bisa ga sih lo sekali aja permudah pekerjaan gue sebagai anggota osis?" Matahari baru saja terbit dengan cerah dan ceria, tapi Renjun sudah menghentak-hentakkan kaki dengan wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chan anjing! Bisa ga sih lo sekali aja permudah pekerjaan gue sebagai anggota osis?" Matahari baru saja terbit dengan cerah dan ceria, tapi Renjun sudah menghentak-hentakkan kaki dengan wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus.

Haechan mendecak. "Ahelah! Kenapa sih lo ribet banget. Gue tuh ngantuk, butuh tidur bukan butuh berdiri di tengah lapangan buat upacara!" Haechan menutup wajahnya menggunakan bantal sofa.

"Anjing!"

"Bacot!"

Jeno menggebrak meja. Hari ini ia ada ulangan harian biologi, namun konsentrasinya terganggu saat Haechan dan Renjun saling melempar makian. "Berisik banget bangsat." Desis Jeno tajam.

Haechan kemudian bangkit dari tidurnya. Ia menatap Jeno sambil geleng-geleng kepala. "ckckckck! Kalo mau belajar tuh di perpus. Ini tempat buat ngumpul sama tidur, bukan begitu, Na Jaemin?" Haechan mengacungkan telunjuknya menunjuk wajah Jaemin.

Jaemin yang sedang membuka kemeja nya itu mengangguk. "Betul!"

Hari ini upacara ditemani cahaya terik matahari membuat Jaemin tidak bisa lagi menahan panasnya dunia ini akibat global warming dan memilih untuk membuka kemejanya kemudian berdiri di bawah AC yang ada di ruangan pribadi milik geng Jaemin dan kawan-kawan.

"Astaghfirullahaladzim! Aurat, Jaemin!" Haechan menggelengkan kepala saat melihat perut atletis milik Jaemin yang tentu saja tidak dimiliki olehnya.

"Bilang aja iri." Jaemin mendengus kesal sedangkan Haechan mendecak malas.

"Cih! Apa bagusnya perut kayak martabak begitu?"

Renjun melirik Haechan sinis. "Najis! Buncit aja bangga!" Balas Renjun ngegas.

Haechan menoleh ke arah Renjun. "Dih! Dari pada lo, krempeng!"

"Woy lo semua harus tau!" Tiba-tiba suara seorang perempuan mengintrupsi pergelutan panas antara Haechan dan Renjun.

Retina Lita menangkap Jaemin yang tengah bertelanjang dada kemudian perempuan itu tersentak dan membalikkan badannya dengan reflek. "Jaemin! Apa-apaan sih lo kok buka baju?!"

Jaemin menatap punggung ita dengan kernyitan di dahinya. "Salah lo tiba-tiba main buka pintu aja." Jaemin bersuara namun ia tidak ada niatan untuk memakai bajunya kembali.

"Jaem, pake baju nya anjrit! Jamet banget sih lo." Tegur Haechan membuat Jaemin nyengir kemudian memakai bajunya kembali.

"Si Jaemin udah pake baju tuh. Neng Lita yang cantik mau ngomong apa?" Tanya Haechan lembut membuat Renjun reflek membekap mulutnya sendiri karena rasanya ingin muntah.

Lita membalik badannya dan masuk ke dalam ruangan pribadi milik Jaemin dan kawan-kawan tersebut. "Ada anak baru, cowok, bule, pindahan dari Kanada" Ucap Lita menggebu-gebu membuat Haechan menaikkan alisnya sebelah.

"Terus?" hanya itu respon yang diberikan Haechan, sedangkan yang lainnya sibuk menunggu informasi dari Lita yang sepertinya seru.

"Ganteng anjrit! Gue mau minta nomornya ah!" Ucap Lita dengan senyuman lebar terukir di wajahnya yang super cantik.

Tuhkan benar! Pasti seru nih!

Renjun, Jeno dan Jaemin sama-sama menahan tawa saat melihat raut wajah Haechan yang terlihat sangat emosi saat ini.

"Gantengan gue pasti!" Ucap Haechan tak mau kalah.

Lita memandang Haechan dari atas kepala sampai ujung kaki. "Dih! Mana ada lo ganteng? Gak malu lo ngomong begitu di depan Jeno?" Cibir Lalita yang disahuti Jeno dengan senyuman dan mata bulan sabitnya yang sangat lucu.

"Kok lo jadi memuji Jeno sih, Lita sayang?" Haechan menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil. Ceritanya lagi ngambek.

Namun Lita justru memandang Haechan dengan pandangan ngeri. "Chan, jangan kayak gitu. Ga cocok, gue malah takut."

"Asu!"

Renjun terpingkal-pingkal melihat Haechan yang selalu kalah telak jika sedang berhadapan dengan cintanya yaitu Lalita.

"Btw, Lit. Hari ini lo cakep banget sumpah." Jaemin tiba-tiba mengatakan hal seperti itu kepada Lalita.

Sangat random, tapi bagi Lalita itu sangat manis. Semanis wajah Jaemin!

"Emang, gue tau kok." Ucap Lalita senang.

"YaAllah kenapa makin banyak populasi Jamet di dunia ini?" Ucap Haechan miris.

Lalita tak menghiraukan ucapan Haechan, perempuan itu hendak balik lagi ke kelas, namun saat baru saja satu langkah kakinya keluar dari ruangan, tiba-tiba seorang laki-laki yang tadi dibicarakannya itu muncul di hadapan Lalita.

"Hai, mau numpang tanya. Kelas 12 IPS 2 di mana ya?"

Lalita membeku saat melihat Mark dari jarak dekat seperti ini. Mark terlihat sangat dewasa dan keren, tidak seperti antek-anteknya Haechan.

Haechan langsung beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri Lalita yang tengah mematung.

"Belok kanan, terus lurus, ada jembatan belok kiri terus lurus." Ucap Haechan.

Mark menoleh ke arah seorang laki-laki yang berada di sebelah Lalita. "Itu kelas 12 IPS 2?"

"Bukan! Itu lampu merah. Nanti dari lampu merah lurus aja, abis itu ada persimpangan lo tinggal belok kanan, terus lurus, ada bunderan belok kiri." Lanjut Haechan membuat Mark bingung, sedangkan Lalita masih membeku.

"I-itu jalan ke kelas 12 IPS 2?" Tanya Mark tidak yakin.

Haechan menggeleng. "Bukan. Itu jalan ke rumah gue!"

Mark menatap Haechan bingung, anak ini kenapa sih?

Lalita yang sudah mendapatkan kembali kesadarannya itu langsung menyikut perut Haechan dengan kencang.

"Aduh! Sakit beb!" Ucap Haechan dramatis.

"Eh, sorry, temen gue agak sinting. Lo nanti lurus aja kak, sebelah perpus ada lorong, lo belok situ nanti ada ruang osis, nah di depan ruang osis itu kelas 12 IPS 2." Ucap Lalita dengan lembut. Perempuan itu juga dengan sengaja berbicara dengan senyum manis yang sengaja ia tampilkan membuat Mark terpukau sesaat.

"Cantik." Gumam Mark.

"Hah? Kenapa kak?" Lalita bukannya tidak mendengar, tetapi ia hanya terkejut denga yang barusan Mark ucapkan.

"Enggak! Ma-makasih ya!" Ucap Mark kemudian berjalan menjauh.

Haechan menatap Mark tajam. "Pergi aja ke akhirat lo! baru dateng udah ganjen. Cih!"

 Cih!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Friendzone | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang