1. Why Leaving Bang?

4 1 0
                                    

Saat angin membawanya pergi, saat luruhnya bunga disaat itulah kamu tidak bisa mengharap dia kembali. Seperti kisah kita.

_kikikn

Seperti biasa rutinitas pagiku adalah lari pagi keliling taman kota. Dikota ini aku banyak sekali menemukan pengalaman baru dalam hidup. Entah itu pengalaman baik dan pengalaman buruk sekalipun. Yang aku tau semua yang baik menurutku belum tentu baik menurut Allah, jadi aku selalu husnudzon akan segala hal yang ada dalam hidupku. Sebelumnya perkenalkan namaku Kinaya Afsha, aku biasa dipanggil Nasya. Aku tidak mengetahui siapa orangtuaku karena aku di besarkan dipanti asuhan bersama teman-temanku lainnya. Aku tinggal di panti dari bayi itulah kata ibu panti yang merawatku. Aku tinggal sendiri semenjak menginjak SMA kelas 2 Alhamduliah saat itu aku mendapat beasiswa dan sebagian uangnya ku gunakan untuk mengontrak rumah kecil untuk ku tinggali. Saat ini usiaku 23 tahun aku sudah lulus kuliah disalah satu universitas Negeri alhamduliah saat itu aku mendapat beasiswa. Aku bersyukur karena diperi otak yang cerdas dari Allah, tetapi kesempurnaan itu berbanding terbalik dengan aku yang tak punya keluarga kandung, tapi aku bersyukur selama ini aku selalu mendapat kasih sayang dari ibu panti yang sudah ku anggap ibu sendiri. Aku bekerja di tokoku sendiri. Saat kuliah dulu aku patungan dengan teman kuliahku namanya Satria Putra Elfarizi kita membuat sebuah rumah makan yang mendominasikan makanan khas nusantara sering juga restoran kami menjadi tempat penyewaan untuk acara ulang tahun, nikahan dan lainnya. Disamping itu aku juga punya butik sendiri, saat dulu juga uang beasiswa yang aku tabung serta aku bekerja part time di rumah makan disitu aku terinspirasi membuka restoran sendiri. Aku lulusan desainer jadi saat keuntungan restoran terkumpul dan aku bagi dengan satria, sumbangkan dengan panti dan sisanya aku buat untuk butik ku ini.
Saat aku duduk untuk istrirahat karena capek sudah 5 putaran lari di taman ada orang yang paling ku kenal menghampiriku dia duduk sambil menyerahkan botol minum bergambar kartun kotak kuning yang tersenyum dengan lebar mirip dengan dia yang selalu ramah kepada orang lain. Dia adalah calon suamiku karena satu minggu lagi kita akan menikah. Aku sudah mengenalnya sejak SMA dia adalah kakak kelasku waktu aku kelas 1 SMA dia sudah kelas 3 SMA. Sejak saat itu kisah kita dimulai saat dia menolongku saat aku pingsan waktu upacara karena aku sedang sakit dan saat itu aku berpuasa sunah sesuai anjuran agama yang aku yakini.
" Minum dulu dek, keringetmu kayak sungai ini hehw" dia menyerahkan botol lalu mengelap dahiku menggunakan tangannya tidak etis memang, entahlah dia suka sekali begitu.
" Makasih calon suami". Kataku sambil senyum lebar. Perlu diketahui dia adalah satu-satunya orang yang mau dekat denganku semenjak SMA, aku dari dulu selalu dikucilkan karena aku berbeda dengan mereka. Saat kuliah aku hanya dekat dengan Satria. Itulah aku, aku sulit percaya sama orang lain tapi kalau sudah percaya aku susah juga ngilangin kepercayaan itu.
"Nanti jam 9an aku mau ke Kalimantan dek, ada kendala disana doainnya biar cepet selesai masalahnya ya biar cepet halalin kamu". Dia berkata seperti itu sambil ngedipin matanya. Tuhkan aku makin terpesona saja. Hati ini udah jatuh banget akan pesona dia.

-----------------------------------------------------
Sekitar pukul 4 sore aku baru pulang dari restoran untuk sekedar mengecek disana tadi aku ketemu Satria karna urussan restoran lebiah aku serahkan ke dia. Anggep saja aku orangnya jahat, jujur aku masih sulit untuk ramah kepada orang baru jadi aku kesana cuma ngecek kendala sama nyapa karyawan yang kerja disana. Saat aku selesai sholat ashar aku mendengar hpku berbunyi ternyata satria menelepon.
" Assalamu'alaikum, Nas cepet nyalain tv lihat berita terbaru" . Belum sempat aku menjawab salamnya dia udah matiin telponnya. Emang dasar si Satria dia iku engga pernah basa basi kalo ngomong langsung aja ke intinya aja.
Langsung saja aku bergegas untuk menyalakan tv susai kata Satria, saat ini hatiku rasanya hancur, aku luruh kelantai karena tidak kuat menahan tubuhku, duniaku terasa hilang saat pembaca berita mengkonfirmasi mengenai jatuhnya pesawat tujuan Kalimantan. Ya benar itu adalah pesawat yang dinaiki bang Gian tadi aku saat ini hanya bisa menyebut asma Allah dan air dari mataku mengalir terus menerus, saat itu aku mendengar pintu kontrakanku dibuka dengan paksa. Aku lihat Satria berjalan kearahku dan dia langsung memelukku. Kuakui aku nyaman bersamanya karena dia sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri. Dia terus mengusap bahuku tanpa mengucap sepatah katapu. Hatiku terus bertanya kenapa disaat aku mulai bahagia ada saja penghalangnya, kenapa kamu pergi bang? Kepalaku terngiang-ngiang teringat perkataan bang Gian waktu dulu.
" Kamu mirip dandelion Dek"
" Semangat ya belajarnya, nanti kalo dapet juara 1 aku kasih sesuatu deh"
"Allah itu nyiptain alam dan isinya itu pasti ada alasannya lho dek, kayak Allah nyiptain adek, sebagai tulang rusuk abang"
"Selamat wisuda ya sayang, semoga ilmunya berkah"
" Kamu mau engga jadi istri dan ibu dari anak-anakku"
" Setelah nikah nanti aku pengen buat taman dandelion deh, buat kamu sama anak anak kita nanti"
Dan masih banyak lagi





Jangan lupa baca Al-Qur'an
Kiki_kn

Dandelion ke-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang