Dia berjuang, dengan tetesan air hujan agar bunga tumbuh dan menarik seperti bunga lainnya. Seperti hidup ini seharusnya kita tidak mudah putus asa jika takdir belum berpihak kepada kita.
_kikikn
Tiga hari berlalu setelah tragedi atas kepergian Bang Gian, jujur hati kecilku biacara aku masih belum ikhlas tapi aku juga tidak mau memberatkan Bang Gian. Setelah proses penaburan bunga aku disuruh ikut ke kediaman Bang Gian. Bunda menyuruhku duduk di ruang tamu, aku dan Bunda Bang Gian sudah sangat akrab karena setiap minggu aku selalu kerumah Bang Gian untuk acara kumpul keluarga, beliau sering sekali mengajakku memasak bersama, membahas soal fashion, ikut kajian bersama dia sudah menggangap aku sebagai anak sendiri. Umi pernah bilang jika dia ingin memiki anak perempuan tapi setelah melahirkan Raihan anak terakir Umi kandungannya diangkat. Bang Gian punya saudara kembar namanya Kak Gibran, punya kakak angkat namanya Kak Miko dan adek namanya Raihan. Kak Miko sudah menikah dengan Kak Yola. Kak Gibran masih nerusin program s3nya dia ikut kelas akrelasi dan Raihan baru masuk semester 1 kuliah dia ambil jurusan kedokteran. Ayah Bang Gibran dia juga sudah menyayangiku seperti anaknya sendiri. Dia sering banget ngajakon main catur saat kumpul keluarga.
Bunda langsung memelukku sambil menangis, aku tak kuasa melihat Bunda seperti ini. Kutengok semua anggota keluarga masih sangat berduka atas kepergian Bang Gian, akupun juga tapi aku mencoba baik-baik saja agar Bunda tidak kasihan kepadaku. Aku masih ingat saat pertama kali Bang Gian membawaku kesini, Bunda yang sangat antusias akan kehadiranku langsung akrab denganku, tak perduli dengan latar belakang keluargaku. Pantas saja Bang Gibran selalu menberikan aku kasih syang dirumah dia sudah banyak sekali mendapatkannya. Tapi waktu itu tatapan tidak suka dari Kak Yola sebab dia dari keluarga terpandang sedangkan aku hanya anak panti. Sedangkan Kak Miko dan Kak Gibran Cuma diem aja.
Bunda berkata kepadaku " Nak, yang sabar ya, memang kematian itu tidak ada yang tahu, kamu harus iklasin Gian ya, biar dia tenang disana". Bunda berkata sambil menangis jujur aku belum bisa iklasin Bang Gian. Tapi aku tak ingin membuat Bunda lebih sedih lagi. Aku hanya bisa menggangukkan kepala. Setelah itu Ayah bicara kepadaku saat itu kursi ruang tamu sudah penuh oleh anggota keluarga.
"Nak, Ayah sama Bunda udah sepakat untuk menikahkanmu dengan Gibran 4 hari lagi sesuai dengan tanggal nikahmu, Ayah sama Buda engga mau ada bantahan itu wasiat Gian sebelum berangkat kemarin, Ayah engga mau Gian sedih disana karena wasiat yang diberikan belum terlaksana". Setelah Ayah bicara aku menangis dipelukan umi lalu aku menjawab.
" Apakah tidak ada cara lain Yah, Bang Gian baru pergi dan keluarga masih sedih aku engga mau Yah nikah dulu. Aku masih mencintai Bang Gian, jujur aku belum ikhlas Yah ats kepergian mendadaknya". Sambil kulihat wajah copian dari Bang Gian yaitu Kak Gibran yang diam saja. Aku tau dia itu tidak pernah membantah ucapan kedua orang tuanya, dia adalah anak yang paling nurut dari yang lainnya karena dia di dahulu menghabiskan remajanya di pesantren bagi dia orang tua adalah hal yang utama yang harus dia bahagiakan dulu Bunda sering cerita tentang Kak Gibran kepadaku.
" Nak, Bunda mohon menikahlah dengan Gibran". Ucap bunda sambil berharap kepadaku.
" Tapi Bun..." Sebelum aku selesai mengucapkan perkataan sudah dipotong oleh Kak Gibran
" Menikahlah denganku, aku janji akan menjagamu dan aku tidak ingin melihat Bunda terus-terusan bersedih seperti ini". Aku hanya diam entah dorongan dari mana aku menganggukan kepalaku.POV GIBRAN
Aku ngerasa kehilangan, saat adik kembar yang wajahnya mirip denganku pergi secepat ini. Jujur aku ngerasa aneh watu malam sebelum dia berangkat ngecek kerjaan yang sedang kena masalah karena Kakak pertamaku yang terlalu mempercayakan orang disana jadi uang hasil keuntungan dibawa temannya itu. Malam itu gian datang ke kamarku katanya ingin tidur denganku alasanya dia mau nikah nanti sulit buat tidur bareng lagi.
"Kak, aku ikut tidur sini ya, oh iya aku mau bilang nanti kalo aku lama di ngerjain kerja dan belum balik, Kakak nikahin Nasa ya, gak tau nih perasaanku gak enak"
Aku hanya melihatnya sekilas sambil berdeheman, lalu bilang " Ngomong apa sih, dah tidur jangan lupa berdoa". Aku langsung mengerjakan koreksi tugas dari mahasiswaku yang masih belum selesai.
Siangnya aku engga bisa ngikut ngantar dia ke Bandara. Sorenya aku dapat telpon dari Bunda disuruh pulang cepet. Sampai rumah aku begiku kaget karena seluruh amggota keluarga sudah berkumpul dan menangis. Aku langsung menghampiri Bunda yang sedang ditenangkan oleh Ayah. Lalu aku melihat notif hp ada berita bahwa pesawat jatuh. Tunggu aku baru inget kalau pesawat ini adalah pesawat yang di naiki Gian. Aku langsung diam saja hatiku sedih kehilangan kembaranku, bagaimanapun aku dan dia sudah sejak kecil bareng. Setelah lulus SD sampai SMA aku dan Gian pisah karena aku melanjutkan studi di Pesantren dan mengurus aklerasiku.
" Menikahlah denganku, aku janji akan menjagamu dan aku tidak ingin melihat Bunda terus-terusan bersedih seperti ini". Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut ku, aku tak kuasa saat melihat Bunda menangis seperti ini. Kulihat Nasa kaget tapi dia mengangukakan kepalanya. Dalam hati aku bersyukur dia setuju atas lamaran mendadakku.POV END
Jangan Lupa Baca Al-Qur'an
Kiki_kn
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion ke-2
Short StoryJatuh pertama kali adalah jatuh yang paling membekas, kecewa pertama kali adalah sakit yang kau tinggal, ditinggal pertama kali adalah hal yang sangat menyakitkan_ Kiyana Afsha Seperti yang ada di alam, akan sangat indah jika kamu memperhatikan sega...