Happy reading.
•••
"Hell bangun!" Sentak Pipit.
"HALLICE BANGUN!" Teriak Pipit menggema.
Hellice masih sama. Dia tak bergerak sedikitpun dari ranjangnya.
Pipit menopang dagu, serta berfikir.
Ia tersenyum jail. Kemudian berjalan menuju kamar mandi dan membawa air di dalam gayung.
Byur.
Pipit menyiramkan air ke wajah Hellice.
"Anjing" Umpat Hellice lalu berdiri dari kasur. Karena nyawanya belum kumpul ia duduk di lantai sambil memejamkan matanya kembali.
Pipit yang sudah geram akhirnya menjewer telinga Hellice dengan kuat.
"Bangun Hellice! Udah pagi! Ayo buruan lo kan harus kerja di cafe"
"Lepas"
Pipit menarik tangan Hellice agar bangun.
"Berat banget buset" Gumam Pipit. Tapi percumah Hellice tak bergerak sedikitpun.
"Hellice ish ayo dong bangun!" Ucap Pipit frustasi.
Hellice hanya berdeham. Matanya masih terpejam.
"Hell!"
"5 menit"
Pipit duduk di depan Hellice yang masih setia menutup mata. Tak heran Hellice sangat susah di bangunkan, semalam Hellice pulang jam 5 pagi.
Pipit berdiri membiarkan Hellice tertidur di lantai, lalu berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan.
Dengan terpaksa, Hellice bangun dari tidurnya. kepalanya sungguh berat dan pusing.
"Ck." Hellice berdecak sebal. Kepalanya tidak bisa di ajak kompromi sekarang.
Ya begini lah jika Hellice tidur beberapa jam saja.
Hellice berjalan ke kamar mandi dengan memejamkan mata dan meraba-raba tembok.
Pipit sudah memasak makanan kesukaan Hellice.
Tempe dan sayur sop.
Pipit menghidangkan makanannya dengan senyum yang merekah.
Sengaja semalam ia tidur di rumah Hellice untuk membangunkan perempuan itu. Biasanya Hellice bekerja hanya sampai jam 1 malam ia tau pasti Hellice akan susah bangun di pagi hari.
Pipit menoleh saat Hellice masuk ke dapur.
"Sini"
Pipit memberikan teh hangat ke Hellice.
"Makasi" Ucapnya dengan malas.
Pipit tertawa.
"Maaf deh lagian lo juga di bangunin susah amat"
"Harus ya di siram?" Tanyanya dengan datar.
Hellice meletakkan kepalanya ke meja.
"Kenapa? Jangan ngeluh gitu ah ayo semangat"
"Pusing"
Pipit memberikan obat yang biasa Hellice minum.
"Nih" Ucapnya sambil melempar obat.
Hellice langsung meminum obat itu. Parasetamol obat penurun panas.
Drrrtttt.
Drrrttttt.
Drrrttt.
Pipit berdecak "Angkat kek. Brisik!"
Hellice mengangkat telfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellvin [REVISI]
Teen FictionJika sorot mata bisa membunuh, mungkin raga nya tak lagi utuh. Kala resah pada tiap langkah diawasi dan geraknya seolah terbatasi. Hellice Valerie pikir semuanya sebatas kebetulan, bak komedi putar. Dia masa bodo, namun sepertinya semesta balik mem...