Sirkus
Seungsung
Preambul.
.
Desir angin menemani hening antara sepasang kekasih yang berdiri di pinggir jembatan antar distrik. Mereka hanya terdiam dan saling menatap wajah satu sama lain tanpa niat memulai pembicaraan. Hanniel menelepon Arras tadi siang, berkata ada hal penting yang ia ingin bicarakan. Namun nyatanya sampai saat ini pemuda berusia 28 tahun dengan pakaian hangat crewneck sama sekali tidak memulai apapun bahkan untuk sekadar menyapa.
"Han, kamu mau sampai kapan diam begitu?" Arras bertanya.
"Kita udahan ya, Ras?"
Getar suara Hanniel amat terasa sedangkan Arras berdiri mematung tidak mengerti apa yang terjadi. Mata bulat indah milik Hanniel berkedip cepat berusaha menghentikan air mata yang tak kuasa turun bersama hatinya yang sakit. Arras memandang ke arah lain lalu mengatur napas, ia berpikir atas semua perlakuannya pada Hanniel kecintaannya, mengingat satu persatu kejadian yang bisa menjadi penyebab ucapan itu terlontar.
Arras menunduk sedikit, "Tapi kenapa? Ada apa, Sayang? Jangan begini..." bisikannya sama sekali tidak merubah keadaan, ia tak kuat angkat bicara. Hanniel enggan menjawab malah ia tundukkan semakin dalam kepalanya seraya menggeleng.
"Kamu tahu sirkus, Ras?" Hanniel mengambil jeda, "Hubungan kita tuh kayak sirkus. Kamu seneng orang-orang ngetawain kita? Kamu masih mau bertahan di hubungan yang kita harus kelihatan baik-baik aja? Kamu masih—" ia mengambil napas, "—masih bisa sibuk dengan kehidupanmu sedangkan aku setiap hari khawatir soal kita? Iya, Ras?!" seruannya di akhir sebagai tanda luapan emosi terdalam.
Ia tak kuat menahan apapun lagi dan Arras harus paham soal itu.
"Aku bahkan nggak ngerti apa yang kamu omongin, Han. Sirkus apa maksudmu? Aku sama kamu pacaran delapan tahun lamanya dan kamu bilang hubungan kita kayak sirkus? Apa yang salah sama kamu, Sayangku? Kalau aku ada salah, bilang! Jangan—"
"Kita salah, Arras! Kita Cuma pura-pura bahagia depan orang lain! Kita Cuma pacaran karena ego yang nggak bias lepasin satu sama lain! Kita..." tangisan menjadi spasi diantara kata-kata yang mewakili emosinya, sekali lagi, "Kita sibuk buat diri sendiri, kita—nggak! Aku bahkan udah nggak ingat kapan terakhir kamu cium aku, Ras..."
Arras mencelos.
"Semuanya palsu sekarang. Aku sama kamu punya kesibukan sendiri, aku selalu coba hubungin kamu yang sibuk sama dunia kamu, aku selalu usaha biar kamu luangin waktu untuk kita, aku selalu tanya apa kesulitan kamu tapi apa? Jawabanmu nggak apa-apa terus, aku bingung sendirian, Ras. Aku berusaha sendirian."
"Maafin aku, Han. Aku lupa hubungin kamu, aku nggak—"
Hanniel mengusap perlahan lelehan air matanya, memberi Arras kalimat terburuk yang pernah ia dengar dalam hidupnya.
"Aku capek, Ras. Aku capek berjuang sendirian dan jadi badut sirkus yang selalu harus bahagia di depan tapi nangis di belakang. Aku capek—"
Arras mengedip dua kali dengan dua tangan bergetar dimana awalnya ia ingin menggenggam lelakinya, cintanya, miliknya namun tak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari Hanniel.
"—kita udahan ya?"
Dan Hanniel berbalik meninggalkan Arras merasakan kesedihan kehilangan bagian dirinya.
Untuk sekali saja seumur hidupnya ia berpikir bahwa dirinya mirip seperti Sang Joker.
Ditertawakan takdir dan menertawakan kenyataan karena sebuah pertunjukkan bernama sirkus.
Bersambung...
.
.
.
Seungmin sebagai Segarras Dharmawan
Jisung sebagai Hanniel Niscala Daniendra
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirkus || seungsung [ON HOLD]
FanficSedikit cerita mengenai sulitnya berubah, melupakan, dan mencoba kembali. Seungmin x Jisung as local character. Please be wise. This story contain bxb and if you don't like it please press back.