Chapter 1

38 12 0
                                    

"Gimana hari ini sayang?" terdengar suara berat Angkasa sembari duduk di samping anak perempuan kesayangannya.

"Hari ini aku seneeeng banget Yah" Ucap Keyla dengan mata yang berbinar sembari memeluk ayah nya dari samping.

Langit Nala Ningrat, kakak laki-laki Kayla dan Keyla ikut duduk mengobrol bersama Ayah dan Keyla di ruang keluarga.

Senyuman tipis mengambang ketika mendengar lelucon dari keluarga nya.

Kayla menggosok satu persatu piring di tangan nya, dada Kayla terasa sedikit sesak namun disisi lain ada rasa bahagia melihat keluarga nya yang berkumpul dengan canda tawa yang membungkus mereka.

Karena kurang fokus, satu piring pecah menimbulkan suara nyaring yang mengagetkan Langit, Keyla, juga Angkasa.

Derap kaki Angkasa mendekati Kayla yang merunduk memunguti pecahan kaca dari piring yang pecah.

"Bisa kerja ngga!? Nyuci piring aja ngga becus! Ngga tau diri!" Cacian mulai keluar dari mulut Angkasa, Lagi-lagi dada Kayla terasa sesak mendengar nya.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi putih Kayla, membuat sang empu nya meringis kesakitan.

"Maaf Yah" Ucap Kayla pelan, tangan nya masih sibuk membersihkan pecahan kaca dari piring yang pecah.

"Shh aww" Kayla meringis kesakitan ketika pecahan kecil menusuk Telapak tangan nya, darah segar mulai mengucur.

"Kenapa kita ngga nyari pembantu aja sih Yah?lagian rumah kita kan gede" Tanya Langit sembari mencomot keripik kentang dari tangan Keyla.

"Ck! Buang-buang duit aja, ada Kayla buat apa? Ga guna banget" Celetuk Angkasa, tawa mereka seketika pecah.

Mendengar itu hati Kayla terasa tersayat, apa Kayla salah dengar? Namun kata dokter hanya jantung nya yang bermasalah, bukan telinga.

Pecahan kaca tadi makin masuk ke dalam telapak tangan Kayla, darah pun semakin banyak keluar, pecahan itu berukuran sedang, tidak besar, tidak juga kecil.

Setelah selesai membersihkan pecahan piring yang berserakan, Kayla pergi ke kamar nya, ahh tidak Kayla tidak mempunyai kamar, tidak seperti Keyla,kembaran nya.

Keyla mempunyai segala nya, kasih sayang Ayah dan Langit selalu tertuju pada Keyla.

Kayla tidur di kamar pembantu, sebenarnya rumah itu mempunyai 8 kamar, dua kamar pembantu, dua kamar tamu dan empat kamar utama.

Meskipun tersisa satu kamar kosong, Angkasa lebih memilih menjadikan kamar itu sebagai gudang, lebih baik dari pada harus menjadikan tempat kamar tidur anak tak tau diri seperti Kayla.

Namun, Kayla masih bisa bersyukur, ia masih di beri tempat beristirahat oleh Angkasa.

"Aww" Lagi-lagi Kayla meringis kesakitan, pecahan piring itu susah ia keluarkan dari dalam telapak tangan nya.

Darah juga terus mengucur deras keluar dari celah telapak tangan nya yang robek.

Kayla berlari menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar nya, mencuci tangan nya yang sudah mulai terlihat keriput karena sering terkena air.

*****
Sejak pukul 3 pagi tadi, Kayla sudah bangun dari tidur nyenyak nya, sholat tahajjud lalu di lanjutkan dengan sholat subuh.

Sesuai dengan keinginan Angkasa, Kayla langsung Memasak makanan untuk sarapan, menyiram bunga di halaman belakang, lalu di lanjutkan dengan ritual mandi pagi nya, dan membersihkan rumah.

Sesekali telapak tangan yang berbalut perban itu terasa nyeri akibat kejadian tadi malam, goresan di tangan nya semakin melebar.

Terdesak di antara beberapa penumpang di dalam angkot sudah sering Kayla alami.

"Kiri Bang" Ucap Kayla, Angkot itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah Kayla.

Kayla berjalan perlahan memasuki sekolah nya, beberapa tas ransel terlempar ke arah nya, dengan cekatan Kayla menangkap tas ransel itu.

Kayla sudah tau ulah siapa itu, siapa lagi kalau bukan kembaran nya, Keyla dan beberapa teman nya.

"Bawain" Titah Keyla sembari memelintir helai rambut keriting Curly nya.

Kelas Kayla dan Keyla berbeda, jarak kelas mereka lumayan jauh, namun mau tak mau Kayla harus menurut atau jika tidak Keyla akan melapor pada Angkasa.

"Babu baru Key?"

"Naek jabatan jadi babu Kay?"

"Bawain punya gue juga dong Kay"

Pertanyaan mencemooh terus terlontar dari mulut siswa sepanjang perjalanan mereka menuju kelas Keyla, yang pasti nya dengan Kayla yang setia mengikuti dari belakang sembari membawa tumpukan tas ransel di tangan nya.

Setelah selesai membawa tas ransel milik Keyla dan teman-temannya, Kayla pergi ke kelas nya.

Di tengah perjalanan menuju kelas nya, Kayla kembali di sambut dengan lemparan tas ransel biru dongker dengan stiker Petir di tengah nya.

"Bawain" Titah pemilik ransel itu sembari berjalan mendahului Kayla di belakang nya.

Alvaro Verosca Devano, anak dari investor terbesar untuk sekolah SMA Nusa Dua yang juga merupakan ketua geng Thunders.

Teman-teman Alvaro di buat bengong oleh sikap ketua nya itu, serentak mereka pun ikut melempar tas mereka ke arah Kayla, lalu kembali mengikuti Alvaro dari belakang.

"Yang boleh nyuruh dia cuma gue, bawa tas kalian sendiri!" Alvaro berhenti sebentar mengucapkan itu, ke Empat teman nya serentak mengambil kembali tas mereka di tangan Kayla.

Kayla menghela napas pelan, ia ikut tersentak dengan ucapan Alvaro tadi.

Hanya dia yang boleh menyuruh nya? Masalah Kayla di rumah saja belum tuntas, di tambah dengan masalah baru di sekolah? Kapan ini berakhir!?.

TBC

Baru Chapter pertama wk.
Sory masih berantakan, maklum masih belajar.

Makasih buat yang udah baca.
Vote sama komen nya jangan lupa hihi.
Thanks✨

Detak dan Detik [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang