"Wey!"
Teriakan kencang itu membuat Angga sangat terkejut, membuat dirinya hampir terjatuh dari tangga, namun ia tetap berusaha untuk tetap tenang dan terus turun tanpa menggubris sosok yang meneriakinya tadi.
Setelah merasa dekat dengan dasar gorong-gorong Angga meloncat dari tangga, membuat sedikit percikan karena banjir semata kaki yang menggenangi gorong-gorong tersebut.
Setelah menaikkan bagian bawah celananya, ia memberanikan diri untuk balik badan, melihat sosok yang meneriakinya tadi.
Orang dihadapannya adalah seorang lelaki berbadan kekar, rambutnya berwarna hitam pekat dan acak-acakan, kulitnya berwana sawo matang, alisnya tebal dan hidungnya sedikit mancung, "blasteran Asia-Amerika." Ujar Angga dalam hati.
"Ngapain lu disini?!" Tanya lelaki itu.
Yang ditanya hanya diam tak bersuara, ia bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin sekali dia memberitahu lelaki asing didepannya bahwa keperluannya di gorong-gorong bau dan menjijikan ini adalah untuk bersembunyi dari para polisi karena dia telah resmi menjadi buronan seluruh kota beberapa jam lalu.
Angga memutuskan untuk terus berjalan menuju lorong didepannya, tak menggubris lelaki dihadapannya.
Dia berpikir mungkin lelaki itu sedang mabuk saja dan bukan benar benar ingin tau apa urusannya di tempat yang kumuh ini.
Secara mengejutkan lelaki tadi langsung menggenggam pundak Angga, membalikkan badannya dan mencengkram erat kerah baju Angga.
"Jawab dong pertanyaan gua! Ngapain lu disini?!" Tanya lelaki itu dengan penuh amarah.
Angga berusaha untuk mengatur nafasnya, ia begitu terkejut diperlakukan begitu kasar secara tiba-tiba oleh lelaki didepannya
Melihat tatapan yang begitu tajam dan penuh hasrat membunuh Angga akhirnya memutuskan untuk berusaha menjawab "Ada... ini eum – barang saya jatuh ke dalem sini, ke bawah, tadi lagi jalan...." Jawab Angga terbata-bata, berbohong.
Lelaki itu melepas cengkeramannya, ia mendorong Angga begitu kencang hingga membuat dirinya hampir terjatuh.
Tanpa perasaan bersalah ia langsung membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Angga menuju lorong yang berbeda, entah siapa dia, mau apa dia dan hendak kemana dia.
Angga langsung berjalan cepat ke arah yang berlawanan, sedikit berakting seperti orang yang kebingungan agar lelaki tadi percaya akan apa yang ia katakan, tapi percuma, lelaki tadi sudah menghilang di kelokan gorong-gorong.
"Fyuuh... siapa sih tu orang, kaga kenal, kaga apa... main marah-marah aja." Sambat Angga berbisik pada diri sendiri.
Angga sedikit panik, suara bisikannya ternyata menggema, jika lelaki itu mendengar ia bisa saja dihajar habis-habisan. Tapi, selang beberapa detik batang hidung lelaki itu belum muncul juga, "yeah, semoga dia gak denger." Ujar Angga berusaha menenangkan dirinya.
Angga terus melanjutkan jalannya, mencari sebuah tempat atau spot di dalam gorong-gorong itu yang kiranya bisa ia gunakan untuk bermalam.
Jalan Angga sedikit terhambat, sepatunya yang basah kuyup karena banjir di gorong-gorong itu ditambah lagi dengan berat badannya yang mencapai delapan puluh kilo membuat jalannya menjadi begitu lambat.
Tak lama, Angga menemukan sebuah penyangga besi yang tertempel di dinding gorong-gorong. Ia tersenyum lega, akhirnya ada tempat yang sedikit layak untuk ia pakai bermalam.
Angga langsung naik ke atas penyangga besi itu dengan sebuah tangga kecil yang terdapat di sampingnya.
Setelah melepas sepatunya yang basah kuyup dan membersihkan "kasur" nya dari debu, si peretas handal itu langsung menghempaskan badannya ke atas besi, disusul dengan senam ulat yang menghasilkan suara-suara patahan tulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHEAT
ActionDua Orang Mantan Narapidana Akan Bersatu Melakukan Sebuah Permainan Bisnis, Lika Liku Mereka Untuk Menjadi Orang Terkaya Di Kota Penuh Dengan Berbagai Macam Tragedi. Apakah Mereka Akan Berhasil Atau Justru Gagal Dan Berakhir Dengan Menyedihkan?