PROLOG

123 9 8
                                    

Jakarta, Januari 2010

"Ok guys, short briefing. Bank ini punya 3 lantai. Lantai satu administrasi, lantai dua ruang kantor, lantai tiga ruang brankas. Tim A stay  di lantai satu, kumpulkan semua orang di ruag lobby, lepaskan tembakan udara, buat mereka semua ketakutan dan dapetin kuncinya lalu tim B ambil uangnya, kembali ke mobil, and then go as fast as possible to gateaway point. Disana kita bakal langsung di jemput sama helikopter dan langsung terbang ke Hawaii, faham?"

"Siap bos!"

Mobil pickup yang berisi 8 kompolotan perampok itupun melaju kencang menuju Bank Pusat Kota. Resiko yang begitu besar menanti mereka di depan mata, namun keuntungan yang sama besar juga berada di posisi yang sama.

Sekarang pukul sepuluh malam, jalanan kota lenggang, penduduk kota sudah beristirahat di rumah masing-masing. Para petugas kemanan pun tak akan se sigap ketika bertugas di siang hari, sedangkan mereka sudah berhibernasi selama 3 hari terakhir, badan mereka fit, sangat siap melakukan perampokan.

Kecepatan penuh 120 km/jam.

Namun, di lain tempat. Seorang lelaki muda tanpa jejak identitas memiliki tujuan yang sama, mengambil isi uang sebanyak-banyaknya dari bank tersebut, bukan dengan cara merampok bagai orang bar-bar, namun dengan cara diam-diam dan penuh perhitungan.

Dia bekerja di balik layar, tersembunyi, bergelut dengan angka-angka. Bertarung dengan sistem kemanan. Setelah berbulan-bulan dia menyusun ini itu, benang merah telah ditemukan. Cukup retas banknya , transfer seluruh uangnya, lalu pergi sejauh mungkin. Selesai.

Masing masing sudah punya rencana yang begitu matang, persiapan yang serius. Namun, Tuhan bisa saja berkehendak lain.

Mobil van milik para komplotan tersebut behenti di sebuah gang kecil yang berhadapan langsung dengan bank target mereka. Tiga orang yang duduk di bagian belakang mobil dengan sigap berloncatan keluar dan berjalan memasuki bank tersebut ,menyamar sebagai seorang nasabah.

 "Ingat, kalian bertiga masuk kedalam, satu orang mengambil antrian, dua lainnya naik ke lantai tiga, mengendap-endap menuju ruang kemanan, amankan petugas disana, sabotase seluruh CCTV, lampu, dan sistem keamanan." Ujar si pemimpin kepada tiga orang komplotannya.

"Siap!"

"Lalu, satu orang yang tadi di lantai bawah, tandai satu target empuk yang mudah terjangkau, bisa anak-anak, lansia, perempuan, atau orang orang lemah. Saat lampu utama sudah dimatikan dan sistem keamanan sudah disabotase, jadikan target sebagai pemancing, tarik semua security masuk ke dalam bank tanpa diketahui orang luar bagaimanapun caranya. Dan saat mereka semua sudah masuk kedalam, kita akan menyusul, mengunci seluruh akses pintu masuk."

"Serahkan pada kami bos"

"Kalian semua siap?!" Tanya si pemimpin kepada lima anak buahnya yang masih di dalam mobil.

"Siap !! Crek!"Jawab mereka serentak sembari mengokang senjata AK-47 bersamaan. 

Bersamaan dengan itu, dua orang yang tadi menyamar sebagai nasabah sudah berada di lantai tiga, mengendap ngendap menuju ruang pusat kemanan.


CHEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang