11.

574 86 6
                                    

[HI! Apa kabar?? Semoga masih ada pembacanya ya! Maaf baru kembali]

Chimon menatap sekelilingnya, merah.
Hanya ada merah yang dia lihat.
Hanya warna merah di matanya.
Sebuah ruang hampa.

dia menatap bingung keseluruh arah dan mulai berjalan maju perlahan.
DUK
Sebuah buku terjatuh di hadapannya, buku yang dia temukan di perpustakaan yang kemudian terbuka cepat menunjuk sebuah halaman dimana namanya tertulis, dia terbelalak kemudian bergerak cepat mengedarkan pandangannya lagi keseluruh penjuru arah.
Mayat
Dia berada di antara mayat mayat itu.
.

.

.
Chimon membuka matanya cepat, lebih seperti terkejut dengan sentakkan kasar pada tubuhnya. Dia segera mengedarkan pandangannya ke arah para sohib-pawat dan harit- sohib yang rela membantunya disaat gila juga tidak masuk akal seperti sekarang.
"Bangsat! Mimpi itu lagi" chimon mengusak rambut hitamnya kesal, dia mengampil ponselnya untuk melihat jam.
"Hah! jam 3 pagi anjir." Pria itu mengerang kesal sambil mencabut cas-an ponselnya.

KRUKK

Perutnya terasa melilit seketika. Ya memang setelah gagal ingin bertanya langsung pada buku kutukan itu, mereka langsung berangkat ke kosan off malam-malam. Kebetulan kan kamar jumpol dengan harit sebelahan, jadi mereka gak tidur seperti ikan asin di jemur. Chimon menendang harit yang terlihat lelap dalam tidurnya, itu anak keliatan capek, chimon jadi enggan mau ngebangunin dia- padahal udah nendang....
"Ah anjing harit, bangunin kaga ya? Ah terobos ajalah anyink mules"
Langsung berdiri dan lari keluar kamar, chimon menuju kamar mandi disana.

Chimon berjalan menuju kamar harit, dia tampak lega, terlihat jelas dari lengkungan pada bibirnya yang tertarik ke atas.
"Lega juga abis boker" pria itu bergumam sendiri dengan kakinya terus melangkah.
Melangkah.
Melangkah.
Dia mengernyit diam menatap sekelilingnya.
"Kaga sampe sampe anjir?" Padahal jarak kamar mandi dari kosan harit hanya beberapa pintu kamar. Sebuah lorong yang tampak panjang langsung membuat chimon tersadar.
"BAJINGANN!"
Dan suara tawa terdengar.

Anak kecil yang tertawa di belakangnya. Sosok kecil berambut pendek, anak lelaki yang berusia 6 tahun tampak mentertawakannya.
"Kakak selanjutnya ya?"
Chimon gak ada basa-basi, dia langsung lari. Walau dia sadar dan tahu bahwa pintu harit tampak menjauh.
"Kok takut? Katanya mau nanya kak?"
Suara itu berbeda lagi, kali ini suara seorang anak remaja. Seorang wanita. Berada tepat di hadapan chimon yang jelas membuat chimon berhenti berlari, tubuhnya kaku.
Wanita dengan baju seragam sekolahnya, rok abu-abu membuktikan wanita itu masih berusia di bawahnya. Rambutnya bergelombang cantik juga rapih. Tidak ada darah. Tidak ada kesan seram.
"Kak... Hati-hati sama mereka."
Hanya itu pesannya, lalu wanita tadi langsung menghilang cepat.

Keheningan menyapa, pria itu hanya diam kaku mencerna semuanya.

"Mon? Lu ngapain?" Itu pawat, dia baru bangun tidur keliatannya. Saat chimon mengangkat kepalanya, matahari sudah terbit dan segera menatap pawat.
"Bangsat"
wajah Pawat mengkerut
"Apaan sih anjing, gua baru bangun dikatain"
Pawat melangkah melewati chimon dan berkata
"Mandi anjing, kita ada kelas jam 9 ini"
"Ohm"
"Naon?"
Tubuh pawat berhenti menunggu chimon melanjutkan kalimatnya, pria itu menarik nafas panjang juga berat. Jantungnya berdetak kecang.
"Pawat"
Panggilnya lagi menuai decak sebal dari yang di panggil, pawat menoleh ke arah sahabatnya. Chimon masih tidak percaya dengan matahari yang sudah terbit.
"Jam berapa?"
Akhirnya dia bersuara, suara itu serak dengan tarikan nafas tersendat.
"Mon lu asma?" Suara itu khawatir namun tetap terdengar kesal, baru bangun tidur dikatain bangsat.
"Jawab anjing!"
"Sabar buset! Jam setengah 9 anjing"
Chimon menelan ludahnya kasar.
"Gua disini dari jam 3 pagi"
Masih membelakangi temannya, chimon berbicara. Nada itu terdengar ragu, dia menarik nafasnya dalam-dalam.
"Hah? Gila kali lu, jam 7 aja tadi bang off ke kamar nyipet pulpen harit sama bindernya. Lu juga di kamar tidur kaya orang mati. Bang off kedabak kedubuk-"
"Itu bukan gua"
Dan keheningan menyapa mereka
"Gua-"
Harit keluar dari kamarnya merenggangkan tangannya dengan menguap lebar.
"Hi boys. Laper gua sarapan kuy. Eh mon lu napa dah ngibrit keluar kamar? Boker lu?"
Harit nyengir nyengir tapi melihat wajah chimon yang pucat dan wajah temannya, ohm, yang serius membuat dia mengernyit bingung.
"Ada apa nih boy? Lu berdua putus?"
"Apa maksud lu kalau yang di kamar tadi bukan lu mon?"
Pawat langsung menyela harit yang hendak menggoda mereka. Chimon nenarik nafas sekali lagi.
"Karena gua disini dan berusaha masuk kamar harit dari jam 3 pagi"
Wajah harit berubah drastis, horror dan terror disana terlihat.
"Mon, yang tidur disamping gua siapa?"
"Mana gua tau anjing, gua aja kaget tiba-tiba udah jam segini." Chimon dan harit bertatapan, harit jelas langsung ketakutan dengan chimon yang masih menetralkan jantung juga mempertahannya kewarasannya.
"Lu ketemu siapa mon?" Itu pawat, temennya yang sudah sadar 100% dari kantuk.
"Dua. Remaja sama anak kecil"
"Anak sd?"
"Lu tau?" Kini kepala chimon menoleh cepat ke arah sih pawat yang udah melotot kaget.
"Karena gua mimpiin dia. Mon."
"Wah bangsat! Udah kaga beres anjing!!"
Harit kabur ke kamarnya langsung ngotak-ngatik hp. Kedua temannya tentu saja menyusul.
"Lu ngapain anjing harit?!" Itu pawat yang ngegas, harit panik banget anjir keliatannya.
"Nyari ustad. Lu bertiga kudu di ruqiah!"
"Rit, gua nonis" chimon mengusap wajahnya frustrasi.
"Kok otak lu ilang sih rit?" Kesal chimon dan langsung ngambil ponselnya yang ada di kantungnya.
"Emangnya kalau beda server ga bisa ya?"
"Au anjing, bikin pikiran aja lu ah" kan sewot chimon, pawat ngedengus lalu pergi menyelesaikan urusannya yang ketunda.
"Lu mau nasi uduk ga?" Harit udah ngalihin topik, dia noel lengan chimon.
"Lontong sayur gua dah"
"Ayo temenin keluar"
"Rit anjing, ini masih pagi"

The Book (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang