23

773 69 0
                                    

Mereka makan dengan khidmat, tanpa mengeluarkan suara apapun.

"Kenyang?" tanya Perth saat melihat Mark telah menghabiskan sepiring nasi gorengnya.

Mark tersenyum dan mengangguk pelan.

"Phi Mark mau kemana lagi?"

"Pulang aja Perth, aku capek," jawab Mark sambil menunduk takut. Takut jika Perth akan kecewa.

Perth tersenyum. "Baiklah. Tapi, aku tidak akan membiarkan Phi Mark istirahat," kata Perth sambil  tersenyum jahil.

Mark meneguk ludahnya takut. "Perth?"

"Iya sayang?" Perth mengangkat kedua alisnya menggoda Mark.

Mark menghembuskan nafasnya lelah. "Yaudahlah," jawab Mark putus asa.

Perth tertawa, namun tidak sampai terbahak-bahak. "Aduh Phi ... Maksudku bukan itu."

Mark melepaskan tangannya yang masih digenggam Perth dan mencubit tangan Perth yang masih ada di meja. "Ngeselin."

Mark kemudian berdiri dan berjalan menuju kasir, meminta tagihan.

"Ini Khun tagihannya." Mark mengambil dan melihat nominal tagihannya.

Ia syok. Bagaimana mungkin hanya 3 jenis menu makanan dan 2 minuman bisa semahal ini.

"Berapa Phi?" tanya Perth disamping Mark.

Mark menatap Perth meminta penjelasan. 'mengapa semahal ini?' tanya Mark melalui tatapannya.

Perth yang paham maksud Mark cuma tersenyum dan mengambil tagihan di tangan Mark, kemudian berbisik.

"Aku yang traktir. Karena aku yang ngajak Phi Mark buat keluar. Kalau Phi mau bayarin, kapan-kapan aja. Oke?" kata Perth tepat ditelinga Mark.

Tentu saja Perth tau, Mark juga seorang laki-laki seperti dirinya. Yang merasa harga dirinya sedikit terlukai jika di bayarin kekasihnya.

Mark tersenyum melihat Perth yang tidak mau melukai harga dirinya.

"Oke," jawab Mark.

Kemudian Perth membayarkan tagihannya dan mengajak Mark untuk keluar dari restoran. Namun, belum sempat keluar, netranya menangkap sesuatu.

 Namun, belum sempat keluar, netranya menangkap sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukankah itu March?" tanya Perth pada dirinya sendiri.

"Apa Perth?" tanya Mark yang tidak mendengar dengan jelas apa yang tadi dikatakan Perth.

"Tunggu sebentar, Phi."

Perth mengambil ponselnya dan menelfon Pam.

"Lu dimana?" tanya Perth.

" ... "

"Lu masih pacaran sama March kan?"

" ... "

Mendengar jawaban Pam, Perth murka. Tentu saja. Melihat adik tirinya di hianati seperti ini.

Tanpa memutus panggilan dari Pam, Perth mendatangi March dan meninggalkan Mark yang menatapnya kebingungan.

Perth tanpa aba-aba menarik kerah March dan memukul wajahnya. Hingga March tersungkur dibawah.

"Anjir sialan. Lu siapa bangsat." Teriak March yang tidak terima dirinya dipukul tiba-tiba.

Mark mendekat kearah Perth dan mengelus punggungnya menenangkan. "Ada apa?" tanya Mark tepat menatap manik mata Perth.

"Nanti aku akan kasih tau," jawab Perth memutus tatapannya.

Wanita yang tadi duduk membantu March berdiri dan mendekat kearah Perth.

"Apa masalahmu, hah?" tanya gadis itu dengan tatapan menusuk.

"Dia siapamu?" tanya Perth pada wanita itu.

"Dia pacarku."

"Kapan?"

"Tadi pagi. Emang kenapa? Lu siapa? Lu suka sama gua?" jawab gadis itu mantap.

Mark yang mendengar itu menjadi salah paham. "Gua kecewa sama lu Perth," ucap Mark berjalan menjauh.

"Phii ... " teriak Perth. Dia tidak bisa mengejar Mark sekarang, dia harus menyelesaikan masalah ini dulu.

"Cuihh ... " Perth meludah kebawah, namun tentu saja tidak benar-benar meludah. Hanya bermaksud meremehkan.

"Gua gak suka teh hijau. Pelakor" jawab Perth santai.

/Plakk/

Gadis itu menampar wajah Perth dengan geram.

March memeluk gadis itu mencoba menenangkan, dan menatap tajam mata Perth. "Sebenarnya, apa masalahmu Khun?" tanya March dengan tatapan sengit.

Perth mengambil ponselnya, telfonnya dengan Pam belum terputus. Terdengar suara Pam yang khawatir.

Perth mengalihkan panggilan telefon itu menjadi panggilan video, dan menunjukkannya kearah March.

March terkejut melihat kekasihnya dilayar telefon, sedangkan dia saat ini masih memeluk gadis disampingnya.

Pam kaget. Tentu saja. Melihat kekasihnya tengah memeluk sahabatnya. Ternyata firasatnya selama ini benar adanya. Sebenarnya dia ingin berpikiran positif. Namun, dia tidak bisa. March telah membohonginya dengan alasan meeting penting. Ternyata meeting dengan sahabatnya sangat penting.

Pam menangis dan mematikan panggilannya.

Perth memasukkan ponselnya dan menatap March dengan bengis. "Jangan lagi lu ngedeketin adik kesayangan gua," kata Perth lalu meninggalkan mereka yang kini telah menjadi bahan gunjingan orang-orang di restoran.

-----

Perth menjalankan mobilnya menuju apartemen Mark, setelah ia menenangkan Pam dan melihat adiknya itu memutuskan laki-laki brengsek yang beberapa menit yang lalu masih menjadi pacarnya.

Sebelumnya juga ia telah pergi mencari di rumah Plan, ternyata Mark tidak ada di sana.

Perth kini telah berada di depan pintu apartemen Mark.

Perth terus menerus memencet bel dan menelfon Mark berulangkali. Namun, tidak ada jawaban.

Perth yang frustasi kemudian mencoba membuka pintu apartemen Mark. Dia berfikir, kode apa yang bisa dipakai Mark untuk pintu apartemennya.

Lama berfikir, kemudian ia mencoba memasukkan 200301, dan pintunya pun terbuka.

"Kenapa baru kepikiran," rutuknya pada dirinya sendiri.

Perth menutup pintu masuknya dan berjalan ke kamar Mark yang tidak dikunci. Ia melihat selimut yang menggembung diatas kasur.

Ia berjalan perlahan. Sepertinya Mark tidak menyadari kehadirannya. Setelah cukup dekat, ia mendengar suara tangisan. Ternyata Phi Mark kesayangannya tengah menangis, dan itu membuat hatinya sakit.

-----

Selasa, 02 Maret 2021.

MINE {PerthMark}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang