If You Were Mine : 3

58 8 2
                                    

Hari-hari berikutnya masih kulalui dengan penuh harapan pada Widi agar membuka pintu hatinya untukku. Secercah harapan muncul ketika suatu hari nomorku tidak diblokir lagi olehnya. Tulisan online di bawah namanya memberiku hasrat untuk segera mengirimkan pesan padanya.

Ezra : Widi...

Pesan itu terkirim.

Satu centang abu-abu.

Dua centang abu-abu.

Dua centang biru.

Yes. Widi membacanya.

Lalu ada tulisan mengetik... di bawah namanya.

Ya Allah! Dia akan membalas pesanku!

Tulisan mengetik... di bawah nama Widi menghilang. Jantungku berdetak kencang menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan penuh harap aku menunggu sebuah pesan datang dari Widi. Aku bahkan melupakan waktu telah berjalan sangat lama untuk menunggu sebuah pesan darinya.

Setiap hari aku membuka bilik chat Widi di WhatsApp berharap dia membalas pesanku. Kadang aku melihat tulisan mengetik... di bawah namanya muncul lagi, dan harapanku muncul lagi, lalu saat aku menunggu balasan yang tak pernah datang, aku kecewa lagi. Begitu saja siklusnya.

Berharap dan akhirnya kecewa.

Semua berlangsung selama satu bulan. Aku bertanya-tanya apa yang membuat Widi begitu sulit untuk sekadar menjawab pesanku. Apa yang terjadi padamu, Widi?

*****

Pada bulan kedua penantianku, aku mendapatkan pesan dari Widi.

Widi : Ezra,

Aku merasa bahagia saat mendapatkan pesan darinya. Aku langsung membalasnya, aku tak ingin dia menunggu.

Ezra : Ya, Widi. Ada apa?

Widi : Aku ingin bicara padamu tentang perasanku.

Deg! Aku terkejut dengan ucapan Widi. Belum sempat aku membalas, Widi sudah mengirimkan pesan lagi.

Widi : Ezra, aku enggak mau berbohong lagi. Aku ingin menjelajahi beberapa hal. Yang pertama adalah...

Apa yang sebenarnya ingin di katakan? Kulihat ia mengetik lagi.

Widi : Aku masih mencintaimu.

Aku terkejut membaca pesannya. Oh, Tuhan! Aku senang sekali mendengar pengakuannya!

Ezra : Aku masih mencintaimu juga, Sayang.

Widi : Terima kasih. Dan yang kedua adalah...

Jantungku semakin berdetak kencang menanti lanjutan pesan darinya.

Widi : Aku tahu apa yang kamu lakukan pada Kenny.

Rasanya seperti disambar petir saat selesai membaca pesan ini. Aku terdiam cukup lama dan tak berani mengetik apa-apa.

Satu-satunya orang yang tahu hal ini hanyalah Jonathan. Aibku. Widi tahu aibku.

Astaga, Jon! Kenapa kau mengatakan ini padanya?

Widi : Awalnya aku tahu semua ini dari Jon. Namun aku tak percaya. Bertahun-tahun aku masih yakin kalau kamu tidak berbuat hal keji itu pada Kenny.

Tapi semua berubah, Sayang.
Kenny yang saat itu patah hati karena kamu selingkuh dengan kekasihnya menceritakan semua kejadiannya padaku.

Tanganku langsung dingin. Aku tak berani menyangkal semua yang Widi tulis. Semua itu benar. Aku meninggalkan Kenny untuk bersama Nanda.

Widi : Jika kamu berpikir aku tak bisa bersamamu hanya karena rasa bersalahku pada Jon, kamu salah. Aku tahu lebih banyak dari yang kamu kira, Zra.

Dulu aku pikir dengan memaafkan diri sendiri, aku bisa kembali lagi padamu. Tapi ternyata enggak. Perbuatan keji kamu pada Kenny mengganjal itu semua.

Perasaan bersalahku pada Jon malah semakin menjadi. Aku telah berkhianat padanya karena masih menyimpan namamu di titik terdalam hatiku.

Aku menangis membaca pesan Widi. Aku tak tahu kalau dia selama ini masih menyimpan namaku di hatinya.

Widi : Pernah enggak kamu sadari kalau Jon dan Kenny terluka karena kita?

Jon, aku ingat sekali karena kehadiranku, hubunganmu dengan Widi menjadi rusak.

Kenny, seandainya saat itu aku tak merusak hubungan Jon dan Widi, mungkin ia akan lebih bahagia sekarang.

Ezra : Aku tahu mereka terluka karena kita.

Widi : Itulah alasannya kita enggak bisa bersama, Zra. Kita adalah bencana berjalan. Aku enggak mau ada korban baru jika kita nekad bersama.

Terima kasih, Ezra, karena kamu masih mencintaiku hingga detik ini. Aku tahu kamu enggak akan menyia-nyiakan aku lagi. Tapi semua sudah terlambat.

Maafkan aku, Zra. Aku harus melupakan segalanya tentang kamu.

Ezra : Bisakah aku mendapatkan kesempatan sekali lagi?

Widi : Enggak bisa, Zra.

Ezra : Jadi kamu akan pergi meninggalkan aku?

Widi : Ya. Maafkan aku, Zra. Yang terbaik untuk kita adalah saling melupakan.

Bagaimana bisa aku melupakanmu jika kamu adalah satu-satunya untukku?

Widi : Aku pamit, Zra. Semoga kamu bahagia terus, ya. Selamat tinggal.

Kutatap layar bilik chat Widi. Foto profil Widi mendadak menghilang sedetik kemudian.

Ya. Dia telah memilih untuk meninggalkan aku.

Hatiku kini telah hancur. Kenangan masa lalu berputar kembali dalam ingatanku. Kepalaku sakit, Tuhan!

Aku tak tahan lagi menghadapi kehancuran ini.

*

If You Were Mine 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang