Seksi

2.3K 283 102
                                    

Charles Baruna tertawa seperti orang hilang akal. "Hahaha... Matilah bayimu. Kau tidak bisa lagi menuntutku nanti. Hahaha... Manjur sekali obat peluntur itu. Hahaha..."

Katrin menegakkan tubuh dan menatap suaminya tak percaya. "Berarti benar kabar burung itu...."

"Hahaha..."

"Papa!" pekik Lisa tak kalah kagetnya.

Al sebenarnya belum puas ingin mematahkan beberapa tulang di tubuh pria itu, tapi melihat darah yang semakin deras mengalir dari sela kaki Gaby, ia memilih mengangkat wanita itu dan membawanya pergi.

"Pak Polisi, tolong bilang Jakob untuk menuntaskan urusanku dengan iblis ini," pinta Al sebelum ia menghilang bersama Gaby yang merintih kesakitan.

Lisa mengibaskan pegangan Ivan. "Apa maksud Kakakku tadi, hah?"

"Eh, mana aku tahu. Kau dengar sendiri ia memerintah Jakob, bukan aku. Tugasku sekarang hanya menjaga supaya Charles Baruna tidak melarikan diri karena dia juga menjadi incaran polisi karena terlibat kasus penyuapan kepada pejabat negara," jawab Ivan santai.

Melihat ada kesempatan, Charles Baruna segera bangkit dan mendorong istrinya sampai terjengkang. Ia berlari sekuatnya menuju garasi.

"Eh, sial! Gara-gara kau mengajak ribut terus!" umpat Ivan sambil menyisihkan Lisa. "Jakob, cepatlah. Baruna lari ke samping!" Ivan berlari mengejar.

====================

"Tuan Albert?" panggil seorang paramedis yang baru keluar dari unit gawat darurat.

"Ya?" Al yang hanya bisa menunggu dan melakukan hal yang sudah sangat lama ia tidak lakukan, memanjatkan doa, selama lebih dari satu jam di ruang tunggu, segera mendekat dengan segala kecemasan dan kegalauan yang membuatnya sesekali melupakan urusan dengan Charles Baruna.

"Maaf, bayinya tidak bisa terselamatkan. Obat yang masuk itu terlalu kuat dan dosisnya berlebihan. Istri Anda juga masih belum melewati masa krisisnya, masih koma."

Minum, aku butuh air segar, batin Al segera setelah ia mendengar semua penjelasan dokter. Ia merasa kerongkongannya sangat kering dan kepalanya pusing. Sebelum bergerak menuju ke mesin penjual minuman otomatis, ia mendekati pintu ruang IGD dan menatap Gaby yang dikelilingi alat-alat penyokong kehidupan sementara.

Hati Al terasa remuk. Itu Gabynya. Dan sekarang ia berada antara hidup dan mati. Oh, Gaby. Bertahanlah. Bangun! Aku menunggumu di sini! jerit Al dalam hati.

Setelah beberapa saat terdiam di depan pintu itu, Al beranjak pergi dengan perasaan lesu. Ia juga merasa putus asa karena tak bisa melakukan apa-apa. Ia menenggak sebotol air mineral dingin yang langsung menghabiskan separuh botol.

Semua kenangan indah yang selama ini dilaluinya bersama Gaby mendadak melintas dalam pikirannya. Dan pada akhirnya membuat dirinya semakin merasa tak berguna saat ini.

Bayi itu sudah pergi mendahului mereka. Adiknya, calon anaknya. Bayi itu... Charles Baruna setan kejam! Bagaimana mungkin ia punya ayah sebiadab itu? Dulu dirinya yang celaka karena dia, dan sekarang wanita yang ia sangat cintai. Sungguh tidak adil!

Ia menatap nanar ke depan. Ia bersumpah akan menuntut balas lebih parah jika Gaby tak juga bangun.

====================

Charles Baruna memacu mobilnya dengan kecepatan luar biasa. Ia tahu bahwa ia diikuti dan berusaha menghilangkan jejak. Di antara kekacauan dalam otaknya, ia masih bisa berpikir lurus untuk segera kabur ke bandara. Ia sadar, atau setengah sadar karena ia sering tertawa sendiri tanpa bisa terkontrol, bahwa dirinya akan menjadi buronan banyak pihak setelah ini.

Gaby and the BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang