Chapter 4

26 7 0
                                    

Aroma alkohol merebak memenuhi ruangan, sudah empat botol soju ia habiskan namun nampaknya masih tak cukup bagi Dong Youngbae. Tak perlu berbicara tentang kesehatan, Youngbae jelas tidak peduli.

Malam ini, Youngbae kembali termenung dengan menatap selembar foto yang senantiasa ia bawa kemanapun.

"Sudah hari ke sekian dan berapa lama lagi aku seperti ini?" Youngbae seolah mengajak berbicara foto tersebut.

Pria itu memejamkan matanya dan membawa foto itu ke dalam dekapannya. Ia dekap dengan sepenuh hati bersama rasa sedih, sesak, sesal, rindu, dan juga marah.

"Tak ada yang bisa ku kenang selain selembar foto, hanya ini yang ku punya," Ratap Youngbae putus asa.

"Mari bertemu, Kwon Yoora."

.

.

.

.

.

Seunghyun terbangun dengan kepala yang sangat pusing. Lagi-lagi mimpi buruk itu membawa sosok Yoora di dalamnya. Memang benar, tak ada yang bisa mengendalikan mimpi. Namun, setidaknya ia ingin tidur dengan tenang dan bangun dengan damai tanpa harus dihantui mimpi menyakitkan.

Waktu masih menunjukan pukul 05.30.

Meski begitu, Seunghyun enggan melanjutkan tidur yang akan terasa tanggung. Ia pun turun ke bawah berniat pergi ke halaman belakang untuk merokok. Sudah setengah perjalanan, ia mendengar ada suara misterius yang berasal dari arah dapur.

Sempat takut ada perampok, Seunghyun bersiap membawa tongkat bisbol sebagai senjata perlindungan diri. Ia bahkan berjalan mengendap-endap seolah akan menghadapi bahaya besar.

"Berhenti di sana!" Teriak Seunghyun pada sosok yang berdiri membelakanginya.

"Wanita penyusup! Bahkan di zaman sekarang wanita pun bisa menjadi perampok?!" Seunghyun masih dengan nada tingginya berusaha mendekati sosok itu dengan hati-hati.

"Siapa kau?!"

Sosok itu terlihat sangat gemetar.

"Siapa kau?!"

"T-tuan, ini Saya," Lirih wanita itu yang ternyata adalah Go Hana.

Seunghyun melebarkan matanya dan menurunkan tongkat bisbol yang sempat ia angkat.

"Ahjumma??"

Hana membalikkan tubuhnya secara perlahan dan melihat majikannya yang sudah bersiap membawa tongkat bisbol sebagai senjata.

"Astaga, aku kira rampok." Seunghyun bernapas lega mendapati Hana yang berada di rumahnya.

"Mana mungkin saya rampok?"

Seunghyun berkacak pinggang, "Apa yang kau lakukan sepagi ini?'

"Bukankah kemarin Tuan Choi bilang bahwa saya harus datang lebih pagi untuk membuatkan sarapan? Saya hendak membuat gimbap lalu dikejutkan dengan suara Tuan yang membentak," Jelas Hana.

Benar juga apa yang dikatakan Hana. Jelas-jelas kemarin ia meminta agar datang lebih pagi.

"Baiklah, baiklah. Lanjutkan pekerjaanmu," Ujar Seunghyun yang berlalu pergi menuju halaman belakang.

Hana pun melanjutkan kegiatan membuat gimbap untuk sarapan sang majikan. Sedangkan Seunghyun menikmati sebatang rokok di halaman belakang.

Posisi dapur tepat sekali berhadapan dengan halaman belakang dan hanya dibatasi pintu kaca yang sangat lebar. Seunghyun dapat melihat sangat jelas aktivitas yang dikerjakan Hana dari posisi dia berada.

90 Days Before Spring EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang