Motor Elvan pun berhenti di pinggir jalan, Melody gadis itu turun dari motor Elvan.
"Makasih Kak," ujar Melody.
"Hm" Elvan hanya berdehem. Motor Elvan pun siap melaju kencang.
Malam harinya pukul 19.30 Elvan duduk di balkon kamar. Elvan menatap ribuan bintang yang menghiasi indahnya langit malam, suasana malam ini terasa dingin karena angin yang lumayan kencang. Namun Elvan cukup menikmati hembusan angin malam itu.
Ceklek pintu kamar Elvan terbuka melihatkan sosok Elvin yang membawa dua cangkir teh, kembarannya itu berjalan menghampirinya. Elvin meletakan teh di meja berwarna cokelat tua yang berada di depan Elvan. Elvin ikut duduk di sebelah Elvan.Elvan menoleh ke arah Elvin, satu alisnya terangkat. "Ngapain lo?"
"Yee ngikut duduk lah, masa mau ngajarin ikan berenang," ujar Elvin.
Elvan tidak menanggapi respon Elvin, ia mengambil cangkir berisi teh yang baru saja Elvin letakan dimeja lalu mulai meminumnya secara perlahan karena teh itu masih lumayan panas. Hangat. Itulah yang Elvan rasakan.
"Dih enak lo, minum teh punya gue,"
Elvan menatap Elvin dengan tatapan datarnya. "Punya lo semua?"
Elvin hanya mengangguk sambil menatap Elvan yang kini sedang berhadapan dengannya.
"Serakah kaya setan," ujar Elvan.
Elvin membulatkan kedua matanya. "Berarti lo saudaranya setan dong, kan lo kembaran gue," ujar Elvin tanpa rasa berdosa.
Perdebatan unfaedah mereka berhenti saat mobil putih memasuki latar rumah mereka. Keduanya menatap mobil putih itu dengan rasa penasaran, mereka sudah menebak jika itu adalah bundanya (Sinta). Mobil putih itu berhenti, dan ternyata benar itu adalah Sinta.
Kedua mata Elvin menyipit saat melihat seorang gadis yang duduk di kursi depan mobil. "Itu bunda sama siapa ya," tanya Elvin.
Dan benar, Sinta keluar dari mobil bersama seorang gadis. Kedua mata Elvin menatap gadis itu. Cantik. Ya itu yang berada di benak pikiran Elvin.
"Wahh buset cantik bener," ungkap Elvin.
"Melody?" Gumam Elvan.
Ya, gadis itu adalah Melody.
Sinta tersenyum lalu melambaikan tangan saat melihat kedua putranya yang sedang berada di balkon kamar Elvan.
"BUNDA, ITU CALON ISTRI ELVIN?"
Sinta terkekeh mendengar ucapan Elvin. "Haha bukan," ujar Sinta.
Sinta dan Melody mulai berjalan masuk ke rumah.
"Udah lah gue mau masuk, bye Elvan" Elvin berlari sambil tersenyum.
Elvin mulai meninggalkan Elvan.
Elvan hanya menghembuskan nafas kasar. Pria berhoodie putih itu berbaring di soffa yang berada dibalkon, soffa berwarna cokelat itu cukup panjang.Disisi lain Elvin dan Naila mengintip Sinta dan Melody yang sedang duduk. Naila menatap Elvin dengan rasa penasaran, Elvin yang merasa diperhatikan kembali menatap Naila.
"Apa?"
"Itu Kak Melody nangis kenapa ya?" Naila kembali menatap Melody.
"Ya abang juga gak tau, udah yuk jangan kepo," ujar Elvin. Elvin mendorong Naila agar pergi bersamanya.
Sinta duduk diruang tamu bersama Melody. Penampilan Melody terlihat kacau, kedua matanya memerah, dahi gadis itu juga mengeluarkan sedikit darah. Sinta tidak tega melihat kondisi Melody, Wanita berparuh baya itu mengambil sebuah kotak obat lalu mengobati luka yang berada didahi Melody. Melody sempat menolaknya namun Sinta tetap saja memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN] KRING jam istirahat berbunyi semua murid berhamburan keluar menuju kantin. kini Elvan sedang berada dikantin bersama keempat temannya siapa lagi jika bukan Reza, Alva, Yoga, Daniel. mereka siap...