"Kok kamu bisa sampe sakit gini." Sinta memegang wajah putranya, saat ini wanita berparuh baya itu sangat khawatir dengan kondisi Elvan.
Elvan terbaring diranjang kasur miliknya, seluruh tubuh lelaki itu terasa panas akibat kemarin pulang dengan keadaan basah kuyup. Memang saat Elvan pulang hujan sudah berhenti, tetapi saat ditengah perjalanan hujan kembali turun dengan deras.
Elvan menggenggam tangan Sinta, lelaki itu tersenyum manis mencoba menenangkan Sinta.
"Elvan gak papa bunda," ujar Elvan.
"Gak papa gimana, badan kamu panas banget."
"Paling besok juga sembuh."
"Bunda mau antar Naila dulu ya?"
Elvan tersenyum tipis. "Iya hati-hati,"
Sinta keluar dari kamar Elvan. Lelaki itu meraih sebuah gelas yang berisi air putih yang berada diatas nakas lalu meminumnya, Elvan meletakan kembali gelas itu diatas nakas. Kini suasana rumahnya sangat sepi, karena sekarang waktu jam sekolah. Hari ini Elvan tidak diperbolehkan berangkat oleh Sinta karena badan lelaki itu sangat panas.
Elvan menatap tirai jendela kamarnya yang masih tertutup, di detik kemudian Elvan berjalan menuju jendela kamar lalu membuka tirai tersebut.
*****
Alva menghampiri ketiga temannya yang kini sedang duduk didepan kelas, lelaki itu membenarkan kancing seragam atasnya yang terlepas, sebelum ia duduk bergabung dengan ketiga temannya.
Suasana sekolah sudah lumayan sepi hanya ada beberapa murid yang masih berada di lingkungan sekolah. Tak lama kemudian seorang guru menghampiri keempat anak itu. Pak Hendri namannya. Pak Hendri menatap Alva dengan tatapan mata yang tajam.
"Heheh Pak ganteng, Bapak mau apa ke sini? Pasti kangen sama saya kan," ujar Alva.
"Sampe air laut jadi manis pun bapak nggak akan kangen kamu," sahut Pak Hendri.
Pak Hendri menggelengkan kepalanya, menatap Alva dari bawah hingga atas. "Baju tidak di masukan, kaos kaki warna hitam."
"Nah kan mampus lo," ujar Daniel.
"Hehehe iya pak maaf," ujar Alva.
Pak Hendri hanya menghembuskan napas kasar lalu pergi. Jujur saja, Pak Hendri sudah lelah Menasihati Alva berkali-kali yang tidak pernah berubah.
"Kita jadi kerumah Elvan?" Yoga menatap ketiga temannya.
"Jadi," sahut Reza.
"Pasti keluarganya Elvan dingin semua, suasana rumahnya mungkin kayak kutub," ujar Alva.
Reza menyentil kepala Alva dengan keras. "Emang lo udah pernah main?"
"Kagak usah nyentil goblok! Nanti otak gue miring lagi. Ya belum," sahut Alva.
"Emang otak lo always miring kan?"
"Bosen hidup lo Za?""Iya nih bosen, banyak cobaan mulu," ujar Reza.
"Kalo sedikit namanya cobain," sahut Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN] KRING jam istirahat berbunyi semua murid berhamburan keluar menuju kantin. kini Elvan sedang berada dikantin bersama keempat temannya siapa lagi jika bukan Reza, Alva, Yoga, Daniel. mereka siap...