Nanti kamu akan tau, siapa yang datang diwaktu luang.
Dan siapa yang meluangkan waktu, hanya untuk datang.-yang.terdalam
.
Jika dulu Hinata bagai daun kering yang berjatuhan di taman dan mengganggu, kali ini bagi Kageyama Hinata merupakan serpihan rindu yang selalu ingin ia tau.
Kageyama menyadari, ia menyukai pemuda itu.
Mungkin sikap buruknya dulu adalah perwujudan reaksinya terhadap orang yang ia suka hanya saja Kageyama belum mengerti mengapa.
Sekarang ketika Hinata sudah tidak berada di sekolah yang sama dengannya ia merasa hampa. Entah mengapa terbesit dipikiran Kageyama bahwa Hinata pindah ke sekolah lain karena dirinya.
Apa dia memang sejahat itu?
Mungkin iya.
Bagaimana tidak, Hinata harus berkali-kali berhadapan dengannya yang tubuhnya jauh lebih besar bahkan terkadang ia masih dibantu oleh yang lain.
Kageyama memutar otaknya, mencari segala alasan untuk bisa pindah sekolah agar 1 sekolah lagi dengan Hinata.
.
Hinata yang duduk dibangku pojok belakang kini hanya memutar-mutar pulpennya karena merasa ngantuk akibat dirinya yang kurang tidur untuk menyelesaikan gantungan-gantungan manis yang akan ia jajakan nanti.
"Hari ini kita kedatangan murid baru." Ucap sensei pelajaran sosial yang sedang mengajar, Hinata terpaku pada jendela yang menampilkan langit cerah.
"Silahkan perkenalkan diri." Suara bisik dari siswi yang ada di kelas itu mulai menyeruak masuk ke dalam telinga Hinata, tapi tidak Hinata indahkan.
Sampai pada akhirnya...
"Nama saya Kageyama Tobio, saya pindahan dari Kitagawa Daichii, mohon bantuannya."
Deg!
Jantung Hinata berdebar hebat, dan dengan cepat ia menoleh ke sumber suara, ternyata ketakutannya menjadi nyata. Sedetik sebelumnya ia berharap bahwa apa yang ia dengar tidak nyata namun ternyata ia salah.
"Silahkan duduk disamping Hinata Shoyo semoga kalian bisa berteman dengan baik." Baru saja 1 bulan hidup Hinata damai tapi kenapa seolah semesta memusuhinya dan tidak ingin membiarkannya hidup dengan ketenangan.
Kageyama mendekat dengan senyuman simpul yang justru membuat Hinata semakin takut, apakah ia masih ingat dengan tantangan waktu itu makanya ia sampai pindah sekolah? Hinata tidak habis pikir.
Hinata membuang wajahnya saat Kageyama mulai duduk di sampingnya. Buruk, benar-benar buruk.
"Punya pulpen lain ngga?" Tanya Kageyama pada Hinata yang masih membuang wajahnya tidak mau menatap dirinya.
Anjir! Ngapain coba segala minjem pulpen, pasti pulpennya kan bejibun.
Hinata menarik nafasnya.
"Ada." Ucapnya singkat kemudian mengeluarkan sebuah pulpen kayu berwarna oranye. Entahlah, jiwa 'anak baik' benar-benar melekat pada dirinya.
Tapi bukannya menulis Kageyama justru memperhatikan pulpen itu dengan sungguh-sungguh dan membuat Hinata terheran.
Ni orang dungu ya, pinjem pulpen doang dipake kaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wood
FanfictionCerita mereka seperti kayu yang memiliki serpihan setiap dirinya hancur. Ada serpihan mimpi, serpihan rindu bahkan serpihan delusi yang harus mereka lewati. Mungkin lebih tepatnya, yang harus Hinata lewati. Entah sampai kapan serpihan itu akan habis...