Awal Mula.

33 6 1
                                    

2005

"Aya, jangan main boneka terus! Nanti Kakak dimarahin Mama gara-gara kamu nggak mau tidur siang!"

Aku yang tengah asik bermain dengan boneka ku diruang tamu merasa terusik mendengar seruan Kak Theo, Kakak laki-laki ku yang usianya berjarak 6 tahun lebih tua dariku.

Ku hentikan sejenak kegiatan bermainku, kemudian melirik kearah jam yang tergantung di dinding ruang tamu. Pukul 12 siang.

"Aya.. denger nggak, sih? Mama bilang mau pulang jam satu. Mau kamu nanti dimarahin Mama? Ini juga kalau abis makan coklat diberesin lagi dong. Nodanya kotor kemana-mana!" Kak Theo mulai mengomel. Laki-laki itu menghampiriku ke ruang tamu. Ia berkacak pinggang melihat Aku yang bahkan belum mengganti seragam TK ku. Tak hanya itu, terdapat banyak sekali noda coklat dibaju dan diwajahku.

"Ya, ampun. Liat itu seragam kamu juga. Kalau mau makan coklat ganti dulu seragamnya. Nanti kalau nodanya susah ilang gimana? Mau kamu nyuci seragam sendiri?"

Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban, "Maaf ya, Kak. Janji besok-besok Aya ganti baju dulu."

Kak Theo menggelengkan kepalanya sambil berdecak.

"Ya udah. Sana ganti baju."

"5 menit lagi ya, kak! please.."

Ku pasang wajah memelasku. Menatapnya dengan penuh harap agar diperbolehkan kembali bermain sebentar lagi.

Kak Theo kembali menggelengkan kepalanya, "Enggak! 5 menit kamu bisa jadi 5 jam."

Aku mempoutkan bibir mendengar ucapan Kak Theo.

Tanpa berniat mematuhi perintahnya, aku segera bangkit. Tak lupa membawa boneka kesayanganku itu, kemudian berjalan kearah pintu keluar.

"Mau kemana? Kakak nyuruh kamu tidur siang, bukannya keluyuran!"

Aku menoleh kearahnya saat mendengar ia berbicara.

"Kakak bawel. Aku nggak ngantuk, nggak mau tidur siang!"

Tak ingin mendengar ocehan Kak Theo lagi, ku langkahkan kakiku keluar dari dalam rumah.

Samar-samar ku dengar suara Kak Theo yang menyuruhku untuk pulang sebelum jam 1 siang. Tak ketinggalan ancamannya yang mengatakan akan mengadukanku kepada Mama jika aku tidak kembali tepat waktu.

Huh, tenang saja. Aku punya Papa yang selalu siap untuk membelaku.

Setelah menutup pintu pagar, hal pertama yang aku lihat adalah dua buah kendaraan mobil yang terparkir rapi disebelah rumahku. Dimana salah satu mobil tersebut adalah mobil pengangkut barang.

Selain itu, mataku juga menangkap beberapa sosok orang dewasa yang tengah sibuk berlalu lalang memasukkan barang perabotan kedalam rumah yang ada disamping rumahku itu.

Dari situ, dapat aku simpulkan bahwa sepertinya aku akan segera memiliki tetangga baru. Karena yang aku tahu, rumah yang ada disebelah rumahku itu memang telah kosong selama kurang lebih 6 bulan lamanya, dikarenakan pemilik lamanya yang pindah keluar kota.

Tak ingin menganggu aktivitas orang-orang tersebut, aku pun memilih untuk melanjutkan langkahku menuju taman yang ada dikomplek rumah.

Namun baru beberapa langkah aku berjalan, netraku tak sengaja menangkap sosok seorang anak laki-laki yang tengah berdiri di depan rumah yang ada disamping rumahku itu.

Jika boleh aku tebak, sepertinya ia adalah anak dari pemilik baru rumah tersebut.

Anak laki-laki itu dengan tenang hanya memperhatikan orang-orang yang sibuk mengangkut barang milik mereka untuk dimasukkan kedalam rumah tersebut.

Cerita Renan | Renjun.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang