New Proxy : Part 2

133 19 3
                                    

"Sstt.. Don't go to sleep. You won't wake up." bisik seorang wanita. Spontan, aku langsung membuka mataku dan melihat seorang wanita yang memakai topeng tengah akan menghujamkan pisaunya ke arahku. Beruntung refleksku bagus, aku langsung memakai katanaku untuk menahan pisaunya.

"Not so easy." ucapku lalu mendorongnya hingga ia sedikit terpental ke belakang.

"Hmm.. Tidak buruk. Sudah lama aku tidak bermain." ucapnya sembari memainkan pisaunya. Aku mengeluarkan katanaku dan langsung berdiri untuk berjaga-jaga jika Ia akan segera menyerang.

".... Sudah lama sejak aku tidak bersenang-senang." tambahnya. Dengan cepat, ia langsung menghujamkan pisaunya ke arahku. Aku menghadang pisaunya dengan katana dan mendorongnya dengan kuat hingga ia terjatuh. Aku pun berlari keluar rumah. Tiba-tiba, ada sebilah pisau terlempar dari kamarku. Beruntung aku sempat menghindar hingga pisau tersebut hanya menggores pipiku. Aku pun terus berlari.

'Tuhan, apa yang harus kulakukan?' batinku. Tanpa sadar, aku sudah berada di dekat hutan.

"Not bad. Staminamu bagus juga." ucap wanita tadi yang sudah berada dibelakangku. Cepat sekali dia.

"Tch. Siapa kau?!" tanyaku.

"Siapa aku? Bukan urusanmu, kiddo." jawabnya.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanyaku lagi.

"Aku hanya ingin mengirimmu ke dunia mimpi lebih dulu dari-- Argh"

Lagi? Aku merasakan pusing seperti sinyal statis.

"Apa itu tadi?!" tanyanya lalu melemparkan pisau ke arahku. Karena aku tidak berkonsentrasi akibat pusing, pisau tersebut dapat menggores tangan kiriku.

"Aaaahhh.." Aku mengerang memegang tanganku. Tiba-tiba pusingku hilang.

"Hee? Aku pikir ini akan menyenangkan... Meskipun ada sedikit gangguan." ucapnya.

"Tch. Aku tidak akan kalah darimu!" teriakku. Aku tidak memperhatikan luka yang ada di tanganku.

"Terima ini! Hyaaaa!" teriakku sambil mengayunkan katana ke arahnya. Dengan mudah, ia dapat menghindari seranganku dan menendang kakiku. Seketika aku terjatuh.

'Tetap tenang Rania.. Kau tidak ingin mengulang kejadian beberapa tahun yang lalu kan?' batinku

*Flashback

*Rania, 12 Tahun

"Ayah.. Aku takut.." ucapku sambil memeluk ayahku.

"Tenanglah, Nak. Kau akan baik-baik saja." jawab ayahku sambil tersenyum pilu.

"Aku tau ada orang disini.. Keluarlah!" teriak seorang perampok yang sedang merampok rumahku.

"A-ayah.." lirihku. Aku menangis tanpa suara di pelukkan ayahku.

"Nak.." ucap ayahku pelan. Aku melihatnya mengeluarkan katana yang Ia berikan padaku setahun yang lalu.

"Kau bisa memakainya sekarang.." lanjutnya.

"Tapi.. Ayah bilang aku dilarang memakai katana ini hingga aku besar nan--"

"Turuti perkataan ayah. Kau harus tetap hidup." ucapnya lalu mengecup keningku dan berlari dari lemari tempat kami bersembunyi. Aku memegang erat katana yang ayah berikan padaku. Aku sangat takut. Dari luar, samar-samar aku mendengar suara ayah dan perampok itu.

"...milikku!"
"... Miliaran dollar.."
"... Anak.."

Hanya itu yang aku dengar. Aku takut.

DOR!

Terdengar suara tembakan dari luar. Aku takut ayah kenapa-napa. Aku langsung membuka penutup katana dan memegangnya erat. Aku keluar dari lemari dan melihat ayah berlumuran darah. Kepalanya pecah.

"A-ayah!" Aku teriak dan berlari ke arah mayat ayahku. Air mataku tak terbendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya.

"Tch. Ternyata barang itu diberikan pada bocah kecil itu." ucap perampok yang menembak ayahku.

"Kau.. Kau akan mati.." ucapku. Entah apa yang merasukiku. Aku harus membunuhnya. Aku harus membalaskan dendam ayahku.

"Apa? Mati? Hahaha! Yang ada kau mati duluan." jawab perampok tersebut sambil mengarahkan pistolnya ke arahku. Aku berdiri dan mengangkat katanaku. Tatapan dingin kulemparkan pada perampok tersebut. Aku berlari dan menebas tangannya. Dia menghindar. Tapi seranganku tetap melukai tangannya.

"Bocah sialan!" teriaknya. Perasaan ini. Perasaan aneh. Jantungku berdetak kencang. Tanpa kusadari, aku tersenyum lebar. Kenapa ini? Aku merasa senang melukainya.

"Hahaha!" Tiba tiba saja aku tertawa. Kenapa? Apa yang terjadi padaku?

"Sialan!" Ia menembakan pistolnya ke arahku. Refleks aku menghindar. Pelurunya hanya menggores pipi kananku. Aku berlari ke arahnya dan menebas kepalanya. Tentu saja ia menghindar, tapi, pistolnya terlempar.

"...mati mati mati.." gumamku. Ia tertawa keras.

"Hahaha! Kau pikir kau bisa membunuhku dengan mudah bocah tengik?" ujarnya sambil berlari ke arahku dan memukulku. Aku terpental ke belakang, tapi masih tetap bisa berdiri. Lagi-lagi ia akan memukulku, tapi terlambat. Ada kapak melayang dari luar dan mengenai kepalanya. Darah bercucuran dan aku hanya bisa berteriak melihatnya.

"Si.. Apa.. Itu.." Ia pun mati ditempat. Aku menangis. Apa yang sudah terjadi? Aku pusing. Aku melihat keluar dan melihat seorang pria yang sangat tinggi...

*Flashback End

"Kenapa? Apa kau sudah menyerah?" ucap wanita itu.

"Siapa kau sebenarnya?" tanyaku sambil berdiri.

"Jane. Aku hanya ingin mengirimmu ke alam mimpi. Sebelum orang gila yang selalu tersenyum itu yang mengirimmu ke sana." jawabnya sambil menebas tanganku. Aku menahannya dengan katanaku. Dan dia pun melompat ke belakang. Entah kenapa, aku merasa bahwa kita berdua adalah sama. Aku tidak ingin membunuhnya.

"Ayolah. Aku ingin bersenang-senang." ucapnya. Aku tidak punya pilihan. Aku mengayunkan katanaku ke arahnya dengan cepat. Ia bisa menghindari serangan pertama dan kedua. Tapi tidak dengan yang ketiga. Tangan kirinya berdarah.

"Ugh.. Dasar bocah sialan!" ucapnya.

Perasaan ini terulang lagi..

Perasaan aneh yang aku rasakan beberapa tahun lalu..

•^•

* Ciee ceritanya gaje :'v Maaf kalau cerita ini tidak jelas. Kalau ga salah, cerita ini adalah cerita yang saya buat satu tahun yang lalu xD /curhat. Abaikan.

Oh, ya. Terimakasih sudah mau membaca~ *

New ProxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang