"Oh, jadi ini kelakuan kalian."
Sontak mereka menoleh, melebarkan mata ketika suara yang mengintrupsi kelewat mencekik leher dan terlebih dua orang itu adalah orang yang mereka kenal.
Lunna berdecak kesal menarik gadis yang terikat kearah melakangnya sementara Gevan dan Lunna berdiri tepat di depan. Dalam keadaan semacam itu Gevan masih sempat berbisik tidak penting sama sekali kepada Lexxa, "Kepsek, Lex."
Lexxa menoleh, menatap wajah Gevan malas dan jika situasinya memungkinkan— ia akan mengenyahkan Gevan setidaknya untuk sejenak. Bisakah pemuda itu bersikap sesuai dengan kondisi? Oh astaga, Lexxa hampir kehilangan kewarasan hanya karena pemuda itu terus mengoceh.
"Kenapa, hm?" Kepala sekolah menatap mereka remeh. Terkekeh renyah sembari menatap seluruh sudut ruangan dan terakhir terfokus pada gadis yang berada tepat di belakang Lunna.
Merasa gadis itu gemetar setengah mati membuat Lunna berpikir apa yang terjadi pada gadis— yang kalau tidak salah adalah Adik kelasnya. Memori Lunna sejenak mengalun kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu, mengaitkan perkara-perkara yang— setidaknya sedikit janggal dengan cepat dan berdecak tatkala menemukan jawaban dari semua kejadian terjadi.
"Bapak ngapain kesini malam-malam?" Gevan bertanya sopan, harap-harap Kepala Sekolah akan luluh hanya dengan perkataan semacam itu, sementara di tempatnya berpijak kepala sekolah tersenyum dengan menyunggingkan senyum yang aneh, lantas memusatkan pandangannya ke arah keempat remaja itu.
"Kalian?" Menjeda sejenak guna menatap gadis yang bersembunyi di belakang Lunna, lantas dengan pelan berkata, "Terlalu banyak ikut campur itu tidak baik, loh," ucapnya sembari memandang dengan senyum merekah, sementara mata yang menatap penuh selidik.
Jika sebuah tatapan bisa meluluh lantakan sesuatu mungkin— tatapan Lexxa yang kelewat tajam akan menembus tengkorak milik Kepala Sekolah dan menewaskannya seketika— dan sayangnya itu hanya permisalan. Tua bangka itu terlalu beruntung jika harus meregang nyawa seperti itu.
"Lagi ngapain?" Cahaya senter menyorot satu persatu orang yang ada di dalam ruang itu tidak terkecuali Kepala Sekolah. Pak Satpam lantas menegur sungkan. "Eh Pak Kepala, lagi ngadain jurit malam ya," ujarnya begitu sungkan, sedikit kehabisan kata-kata. Sembari tersenyum sungkan yang terlihat aneh.
Lunna menyunggingkan senyum merasa ada sedikit cela untuk menelusup pada kebenaran yang ada, namun ketika hendak bersuara seseorang yang tadinya hanya terdiam di samping Kepala Sekolah menyambar cepat dengan berkata, "Iya pak lagi jurit malam untuk pelantikan anggota baru Seni Teater."
Mendengar itu Pak Satpam mengangguk mengerti, berpamitan dengan basa-basi dengan Guru seni dan Kepala Sekolah.
Lexxa menatap tak habis pikir, sedangkan Gevan mulai gelisah dengan keadaannya sekarang, Lunna sendiri tengah meracau dalam benak, mengapa guru seni bisa bersama Kepala Seklolah? Pelantikan anggota baru seni teater? Oh ayolah gadis itu menahan gelak tawa, ini bahkan sudah pertengahan bulan, pelantikan apanya.
Omong kosong. Tidak perlu berpikir keras alasan keberadaan Guru seni sudah membeberkan benang masalah yang berusaha Lunna kaitkan. Bahwa guru seni ada kaitannya dengan akar masalah.
Tergelak kencang Lunna membuat etensinya menjadi pusat perhatian, Lexxa mengerut dahi bingung sementara Gevan menhela napas pendek. Tidak mengerti dengan jalan pikiran Lunna.
"Guys, lari!" seruan itu sontak membuat Lexxa dengan sigap menarik lengan Gevan keluar dari ruangan kimia sementara Lunna yang menyeru sudah lebih dulu menarik Adik kelasnya.
Ketika hampir mencapai ambang pintu Gevan tergelincir dan sontak membuat Lexxa juga terhempas menghantam lantai. Melihat itu kepala sekolah terkekeh berjalan mendekat. "Jujur itu mengesankan, teman kalian cukup cerdas tapi sayangnya ini bukan cerita fiksi anak-anak dimana pemberontak kecil seperti kalian akan lolos begitu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
READY OR NOT [END]
AcciónAda yang pernah berkata bahwa seseorang tidak pernah benar-benar berkubang dalam mangkuk berisikan kejahatan. Karena pada keadaan apapun manusia tetaplah manusia, dan mereka mempunyai perasaan belas kasih. Jika pun kejahatan seolah mengrangkul seseo...