Pengintaian

65 4 1
                                    

- Jae Hyun -

 Aku mencoba membersihkan sisa muntahan itu dari celana dan sepatuku. Mengelapnya dengan saputangan mahalku membuatku meringis sedih.

“ Sebenarnya apa sih yang dimakan cewek itu. Gila...baunya.” Aku mengernyitkan hidungku berusaha menahan napas.

“ Hey...Jae Hyun bagaimana kau sudah melihat dia?” Suara menjengkelkan dari headset yang kupasang di telinga kiriku membuatku berdecak kesal.

“ Aku masih terjebak di kamar mandi. Ada gadis aneh yang muntah di bajuku.” Aku berusaha tidak berteriak dan malah mengeluarkan suara geraman rendah.

Kemudian terdengar tawa membahana dari seberang.

“ Wah siapa gadis itu. Muntah di baju tuan Jae Hyun itu berarti dia tidak akan hidup tenang.”

“Memang. Sudahlah hentikan ocehanmu. Aku mau keluar sekarang.”

“ Baiklah...baiklah. Kau ini seperti gadis yang sedang PMS saja. Menyedihkan mempunyai dongsaeng yang tidak suka bercanda.” Ujarnya dengan nada pura- pura sedih. Aku memutar bolamataku dan keluar dari kamar mandi.

Gadis aneh itu masih ada disana, duduk dengan posisi berlutut.

“ Hik...Hik...Hik.” Aku sempat mengira dia sedang menangis ternyata dia menahan cegukannya dengan muka masih merah padam. Ya Tuhan...

“ Hei siapa namamu?” Tanyaku dengan nada sedingin es.

Dia mengangkat kepalanya dan sempat terkejut sedikit.

“ Oh Si Won.”

“ Si Won..apa kau tahu susah menghilangkan bau muntahmu. Sebenarnya apa sih yang kau makan?” Ujarku dengan nada kesal. Dia memandangku galak, seperti tidak terima.

 “ Aku minta maaf oke? Aku akan mengganti biaya cuci bajumu.” Dia menuliskan alamat dan nomor teleponnya.

“ Hubungi saja aku. Aku bukan orang yang suka melemparkan tanggung jawab.” Ujarnya dengan tegas. Aku mengambil kertas itu dari tangannya berusaha sesedikit mungkin memegangnya di ujung kertas, dan dengan cepat memasukkannya ke saku belakang celanaku.

“ Sebaiknya memang begitu. Jika aku tidak sedang terburu- buru. Kau pasti sudah kutuntut dengan perbuatan tidak menyenangkan.”

“ Yak!! Aku kan sudah minta maaf.. untuk apa sekarang kau malah mengancamku? Seperti aku takut saja padamu.” Jawabnya lebih galak. Harusnya kan yang marah aku?

“ Hey Si Won ah...kau tidak apa- apa? Sini kubantu berdiri.” Seorang laki- laki menghampirinya dan membantu mengangkatnya dari lantai. Damn...itu Jaebum. Jadi cewek itu kenalan Jaebum atau mungkin dia juga salah satu rekannya di organisasi.

Aku  menahan tangan gadis itu, aku harus bertindak cepat. Kuambil alat pemancar yang tersedia di sakuku dan kutempelkan di koin 100 won.

“ Tunggu...kurasa uangmu jatuh.” Kusorongkan koin itu kearah gadis bernama Si Won itu. Dia masih bersikap linglung dan kesal tapi akhirnya dia memasukkan koin itu di celana jinsnya.

Mereka kemudian berlalu. Aku mengawasi mereka pergi dan berdiri agak jauh dari suara musik.

“ Disini Alfa.  Elang Sudah terlihat. Diulangi Elang sudah terlihat.”

“ Diterima. Jangan sampai kehilangan dia. Jika kita berhasil menangkapnya aku akan mentraktirmu Udon paling enak.”

“ Lunasi dulu hutangmu sebesar 10ribu won padaku. Aku akan mendekatinya sekarang.” Aku bergerak dengan sikap santai menggoyangkan sedikit bahuku saat melewati ruang dansa. Dari sini aku bisa melihat jelas dua orang itu sedang bercakap- cakap. Jaebum memandang curiga ke sekelilingnya. Aku langsung meraih pergelangan tangan seorang gadis yang paling dekat denganku.

“ Mau dansa denganku.” Tanyaku dengan mencoba tersenyum kearahnya. Dia balas mengangguk dan terlihat senang saat aku melingkarkan tanganku di pinggangnya.

Jaebum menawarkan gelas ke arah Si Won. Gadis itu mencoba menolaknya dengan mengangkat kedua tangannya dan menggeleng. Jae Bum terlihat memaksa dan Si Won sepertinya malah sibuk melihat ponselnya. Setelah itu mereka bertengkar hebat. Sayang sekali aku tidak bisa mendengarnya gara- gara musik sialan itu.

“ Kau tampan sekali. Apa setelah ini kau mau pergi bersama denganku.” Suara gadis yang sedang kupeluk itu terdengar genit. Dia menempelkan dadanya kepadaku, berusaha membuatku tergoda.

“ Maaf aku sibuk sekali.” Ujarku sambil tetap mengawasi mereka berdua.

Dia mendesah kecewa.

“ Kalau begitu bisa kau berikan aku nomor teleponmu? Pasti menyenangkan jika kita bisa bertemu lagi setelah ini.” Ujarnya ngotot.

Perhatianku sedikit teralihkan oleh gadis ini, tiba- tiba saja aku melihat mereka berdua sudah menghilang. SIAL...

“ Sayang sekali aku harus pergi terimakasih atas waktumu.” Kulepaskan pelukanku dengan sedikit kasar karena terburu- buru.

“ Sunbae tolong lacak posisi pemancar milikku. “ Aku berlari dan masih berusaha mencari mereka  berdua.

“ Pemancar milikmu? Untuk apa aku mencari pemancarmu?” Tanya Sunbae dari seberang dengan nada bingung.

“ Ceritanya panjang. Intinya aku sekarang kehilangan dia, dan sisi baiknya aku berhasil menaruh pemancarku di dekatnya.”

Sunbae tidak bertanya apa- apa lagi. Aku lari kelantai dua dan mencari dari atas. Kurasa mereka sudah tidak ada di club ini lagi. Aku memukul tembok dengan kesal.

“ Aku sudah berhasil mencari lokasinya. Dia bergerak dengan cepat sepertinya dia tahu sedang diawasi.”

“ Siapkan mobil aku akan menunggu di depan.” Ujarku cepat sambil kembali berlari menerobos kerumunan orang- orang yang sudah berteriak marah padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kill Me Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang