Two

976 140 0
                                    

J E A L O U S Y

Saat ayah dan ibunya memberitahu bahwa ia akan menjadi seorang kakak, Sasuke tidak mengerti maksudnya. Ia hanya menyadari perubahan tubuh sang Ibu yang perutnya semakin membesar. Ayahnya semakin protektif pada ibunya, melarang ibunya untuk ikut bepergian dengan ayahnya. Meski begitu, ibunya tidak lagi bisa menemaninya bermain seleluasa biasanya. Sebagai gantinya, Itachi yang menemaninya bermain setiap siang, Sasuke tidak protes.

Namun setelah adiknya lahir, hampir tidak ada yang memperhatikannya. Seluruh anggota keluarganya memusatkan perhatian mereka pada bayi perempuan yang baru-baru ini pulang bersama ibunya. Ibunya mengenalkannya pada Sasuke, berkata bahwa nama adik perempuannya adalah Akemi. Ayahnya bilang nama Akemi diambil karena lahir saat senja juga harapan agar adiknya menjadi secantik ibunya. Sasuke setuju saja, Ibunya memang cantik.

Impresi pertama Sasuke pada Akemi adalah ia tidak suka pada adik perempuannya. Bayi itu berisik. Sering menangis untuk segala hal. Selalu mencuri perhatian keluarganya, bahkan tidak jarang pekikan Akemi membangunkan Sasuke dari tidur siangnya—Sasuke benci saat seseorang mengganggu tidur siangnya. Rasa tidak sukanya memuncak saat perhatian Itachi tertuang sepenuhnya pada Akemi. Setiap pulang, selalu Akemi yang lebih dulu disapa oleh kakaknya. Ia kesal. Ia tidak suka pada Akemi.

Sasuke masih terlalu kecil untuk melabeli perasaan cemburunya. Ia tidak mengerti apa yang begitu spesial dari bayi yang tidak bisa bicara hingga semua orang memujinya, bermain dengannya dan mengabaikan Sasuke. Saking sebalnya dengan adik perempuannya, Sasuke enggan bermain di tempat yang sama dengan Akemi. Ia bahkan tidak berbagi mainan atau boneka dengan adiknya.

"Sasuke tidak ingin menyapa adik baru?" tanya ibunya suatu hari.

Sasuke melirik bayi di hadapannya tanpa minat lalu melengos. Memilih untuk bermain dengan boneka dinosaurus hijau pemberian sang kakak.

Siang itu hanya ada Sasuke dan Akemi di ruang tengah. Ayah dan ibu mereka sedang pergi, menjenguk salah satu kerabat mereka yang sedang sakit. Sedangkan kakaknya berada di dapur, menyiapkan camilan siang karena Sasuke menolak untuk tidur.

Sasuke melirik ke arah sisi ruang tengah yang lain. Akemi masih belum bisa bicara, tapi sudah lebih leluasa berjalan. Meski sudah diberitahu oleh Itachi berulang kali bahwa ia sedikit lebih perhatian pada Akemi karena adiknya lebih muda, Sasuke mendapati dirinya masih tidak terima.

Penuh dengan rasa ingin tahu apa yang menyebabkan kakak dan orangtuanya seolah tidak bisa lepas dari adiknya, Sasuke memutuskan untuk menghampiri Akemi yang terlihat terhibur dengan boneka panda pemberian orangtuanya.

Sasuke mengamati Akemi. Rambutnya yang hitam—Sasuke sudah bisa membedakan warna, sama seperti orangtua dan kakaknya. Matanya yang besar juga berwarna sama. Seperti harapan yang diemban saat diberi nama, Sasuke mengakui kalau Akemi memang mirip dengan Ibunya. Akemi secantik ibunya. Dengan tangan gemuknya, Sasuke menusuk kecil pipi Akemi.

Pipinya tembam, pikir Sasuke.

Akemi mendongak. Bibirnya tertarik membentuk senyum cerah saat menyadari keberadaan Sasuke. Sasuke tersenyum balik.

Manis. Hanya itu kata yang terpikirkan saat menyaksikan senyum imut Akemi.

Akemi merentangkan kedua tangannya, menggapai ke arah Sasuke. Terjerat dengan binar bahagia di mata besar Akemi, Sasuke tidak kuasa menolak permintaan sederhana adiknya. Ekspresi Akemi menunjukkan kepolosan dan perasaan bahagia. Telapak tangannya menepuk pipi Sasuke berulang kali, memberitahu bahwa ia senang berada dalam pelukan Sasuke.

"Sas... ke! 'ke! 'ke!"

Cengiran Sasuke mengembang. Bangga dengan fakta bahwa kata pertama Akemi adalah namanya. Bukan ayahnya, ibu atau Itachi. Namanya. Hati Sasuke menghangat. Ketidak sukaannya pada Akemi luntur, tergantikan dengan kesenangan polos sebagai seorang kakak.

"Iya. Aku Sasuke," kata Sasuke berusaha agar tidak terjatuh dengan Akemi yang terus menggeliat dalam gendongannya.

Sasuke berpikir ia bisa menjaga adiknya. Ia bisa mengajari Akemi untuk menyebutkan nama orangtua dan kakaknya. Ia bisa melindungi dari burung-burung jahat yang terbang dari langit lalu meneriakkan sesuatu yang Sasuke rasa tidak sopan—Ibunya selalu mengajari untuk berkata lembut dan sopan, burung-burung yang ada di taman pasti belum diajari ibu mereka untuk bicara sopan.

Akemi juga bisa membantunya menangkap kucing nakal yang sering mengambil permennya saat jatuh ke tanah. Sasuke bisa menggantikan Itachi yang kelelahan untuk menggendong adiknya sampai ia tertidur.

Berusaha meniru bagaimana sang Ibu menggendong adiknya, Sasuke melihat Akemi sudah menguap dengan mata setengah tertutup. Ia perlahan duduk bersandar di kaki sofa, menggumamkan lagu yang dinyanyikan ibunya sebelum tidur. Suaranya tidak bagus, tapi kelihatannya Akemi tidak keberatan.

"Tidak apa-apa," bisik Sasuke setengah terbata, mencari kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaannya. "Aku akan menjaga Akemi."

Hari itu Sasuke memutuskan bahwa ia tidak keberatan perhatian keluarganya terbagi dengan Akemi. Sasuke yakin ia akan menyukai perannya sebagai seorang kakak.

Hingga hari ini, Sasuke mendapati Akemi masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap ketenangan hatinya. Tidak kuasa terkadang cemburu saat Ibunya lebih memperhatikan Akemi dalam berbagai hal atau saat Itachi lebih sering menemani Akemi pergi ke suatu tempat, kecemburuannya lenyap ketika cengiran Akemi ditujukan padanya.

"Aku sayang Sasu-nii," kalimat itu diucapkan berbarengan dengan pelukan hangat. Sasuke luluh seketika.

The Uchiha's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang