Selamat Hari Kasih Sayang untuk semuanya. Dan boleh saya minta kadonya dangan kalian? BOLEH YA. Boleh dong ya!!! Berikan satu kecupan disetiap akhir komen kalian dan saya akan dengan senang hati membalasnya. AHAHHAHAH ya ampun, saya rinduu kaliann...auuuuuuu
Psssshhh… ini untuk Mamak Olly (Though Love), Mita (Lonely Place), Mamak Santi (Love Insight). Untuk semua penduduk JFF tanpa terkecuali (yang pergi dan masih), dan untuk kalian yang juga menunggu cerita nista ini. *peluk satu-satu. ###PinkyPromise. Happy Valentine’s Day.
.
.
“Kenapa harus aku yang membantumu packing, HAH??!!” ucapku kesal. Aku menatap sengit Reno yang duduk santai bersandar di dipan ranjangnya sembari tangannya bergerak lincah di atas i-pad nya, entah sedang apa padahal nanti malam dia akan berangkat. Sementara aku duduk di lantai berlapis karpet sibuk memilah-milah pakaian yang mana saja yang harus dia bawa lalu memasukkannya ke dalam koper kecil. Tidak banyak yang di bawanya hanya beberapa potong pakaian dan beberapa berkas penting karena semuanya telah tersedia di Belanda. Tapi..tetap saja. Kenapa harus aku! Sialan.
“...”
“Reno, apa kau tuli. Kenapa tidak Oma, atau Tania, atau mbok Nah, mbok Sri atau siapapun yang membereskan pakaianmu, hah? Kau pikir aku apa, hah?” Menyebalkan. Dia yang akan berangkat ke belanda, kenapa aku yang harus repot-repot hah!!
“Sudah ada kau, istriku, tidak perlu yang lain.” sahutnya kalem membuatku refleks melempar gulungan gaspernya ke arah dia yang dengan sigap langsung ditangkapnya. Grrr.
“Sejak kapan aku jadi istrimu?!” geramku.
“Sejak percintaan kita yang kedua,” timpalnya enteng. Bisa kurasakan wajahku memanas saat mendengar perkataan vulgarnya. Arghhhh Aku murkaaaaaaa.... Ya tuhannn.
Aku berdiri dan secepat kilat menghampirinya, menutup kepalanya dengan kasar mengunakan kain yang ada di tanganku dan kemudian berniat ingin mencekiknya sebelum ... ermm ... ya Tuhann... Ya Tuhan. Aku tak sadar kain yang aku pegang tadi berbentuk segitiga bermuda. Uhuk... Tebak sendiri kain apa yang berbentuk segitiga bermuda yang selalu membungkus bagian penting tubuh kita. Aish. Kolor...itu kolorrr... Ya Tuhannn. Kolor laknat tersebut sudah melekat erat di wajah Reno. Membungkus kepala si tua itu dengan erat. Membuatnya menjelma menjadi batman dengan topeng celana dalam berwarna... err hitam.
Dan... dan... mampus aku.
Aku melepas cepat kedua tanganku yang masih berada di kedua sisi kepalanya – yang tadinya memegang erat celana dalam laknat itu agar menempel erat di mukanya--, mundur beberapa langkah. Ya Tuhan...
Dia melepas celana dalam yang melekat di kepalanya dengan kasar dan melemparnya ke atas kasur. Rambutnya yang tadi rapi menjadi sedikit berantakan. Dan dan...dia menatapku datar... DATAR. Oke ini bahaya. Lebih baik dia menunjukkan wajah murkanya daripada menunjukkan wajahnya yang datar itu. Karna itu artinya hukuman atas pelecehanku dengan wajah tampannya akan berat. Hei, menutup kepala seseorang dengan menggunakan celana dalam bisa dibilang dengan pelecehan bukan? Okeh, anggap saja itu termasuk.
“Vidya...” panggilnya.
Hu.....huu...