Errrrr.....sudah hampir 5 bulan ya ini cerita engga ada perkembangan, dan saya sempat nulis kata DISCOUN ...maapkeun.
Beberapa waktu yang lalu saya emang udin nyerah untuk cerita-cerita saya, khususnya untuk cerita saya yang ini karna saya emang bener-bener udah habis ide... nafsu untuk menulis dan berkhayalpun sudah semakin tenggelam dibalik behe saya *iniApaaannnn,,,,
Ini Part Bali, dan saya membutuhkan waktu nyaris 9 bulan untuk menuntaskan part ini, part yang pembuatannya lebih lama dari part-part sebelumnya. Maaf jika...lagi-lagi part ini belum bisa memuaskan kalian. Dan terima kasih...telah membaca cerita-cerita saya...dan lagi-lagi saya mengatakan, jangan terlalu berharap dengan cerita saya, mungkin setelah part ini, saya tidak tahu apakah masih ada lanjutannya lagi atau tidak... *kecupMesra
dan ngemeng-ngemeng, part ini sebelumnya mau tak publis pas tanggal 22 mei, tepat setahun cerita ReVi...tapi saya percepat, karena welll....ini kado untuk tetua tetua JFF yang berulang tahun di bulan april (semoga para emak-emak mampir di lapak barbie yang nista inih *dhuak) dan tentu saja untuk yang sebentar lagi akan berulang tahun dibulan Mei, *bacok Ernoz dan Aini (yang aini masih di ragukan kelahirannya (?) dan untuk Rere..semangat kuliahnya. :)
*Puntenn...saya malas koreksi cerita ini, ya udahlah yah terima aja #dihajar
Bali
Candidasa Bali Timur. Tempat dimana Reno membawa keluarganya berlibur. Membutuhkan waktu satu jam perjalanan dari bandara Ngurah Rai untuk sampai ketempat itu. Tempatnya yang cendrung sepi dibandingkan wisata Bali lainnya membuat Reno tanpa pikir panjang langsung memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di sana. Candidasa hampir sama dengan sanur, hanya saja tempatnya yang masih cendrung sepi membuat suasana menjadi lebih asri dan nyaman di bandingkan tempat wisata bali lainnya. Yah, Reno memang cenderung memilih tempat yang lebih tenang untuk di jadikan tempat berlibur, pria itu butuh ketenangan untuk merilekskan otaknya yang biasanya penuh dengan urusan kantor.
Mobil mereka berhenti tepat disebuah resort mewah yang letaknya menjauh dari umum. Membuat Vidya terperangah, resort itu memang tidak terlalu besar, tapi hanya dengan melihat bagian luarnya saja sudah mewakilkan bahwa resort itu tidak sama dengan resort yang lainnya, apalagi ditilik dari tempatnya yang tidak biasa. Berada nyaris seperti di ujung Bali, dengan minimnya penduduk di sekelilingnya. Vidya bahkan ragu apakah ada penduduk yang tinggal di daerah sini ada atau tidak. Mengingat sepanjang jalan yang mereka lalui tadi untuk sampai ke resort ini hanya dipenuhi semak belukar dan pohon-pohon rimbun yang tumbuh subur di sisi kiri dan kanan jalan.
“Bagaimana mom? Baguskan? ”Tania terkekeh membuat Vidya mencibir. Well, mau tidak mau Vidya mengakui bahwa ia tidak menyesal. Resort ini benar-benar bagus. Dan...Vidya membelalak saat matanya menemukan kedua orangtuanya keluar dari pintu lobby, melambaikan tangannya sembari tersenyum bahagia ke arahnya.
“Mamaaaa...Papaaaaa,”pekiknya kaget. “OOMMM....”sambungnya lagi tanpa sadar sebelum dengan refleks melayangkan bogemannya di perut pria itu yang berada tepat dibelakangnya. Si tua bangka satu itu benar-benar lancang. Oh pantasan saja, orangtuanya langsung mengijinkannya saat kemarin malam meminta ijin untuk ikut berlibur dengan mereka.
******
Aku terjaga dari tidurku, mengusap wajahku pelan, sebelum memutuskan menegakkan sedikit tubuhku. Menyandarkan tubuhku di kepala ranjang, lalu memijit keningku pelan menghilangkan rasa pusing yang menderaku akibat terbangun tiba-tiba. Setelah rasa pusing itu hilang, aku melirik jam dinding, sudah tengah malam. Lalu mengalihkan mataku kesamping, Tania tidur dengan lelap. Aku tersenyum, mengusap rambut Tania sayang, dia pasti lelah sekali karena seharian bermain di pantai, aku mengecup keningnya pelan sebelum dengan hati-hati beranjak dari tempat tidur agar tidak membangunkannya.