f o u r

1K 425 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya Yeosang berusaha untuk bersikap biasa saja ketika Hongjoong kembali dengan pipi merah hanya di satu bagian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya Yeosang berusaha untuk bersikap biasa saja ketika Hongjoong kembali dengan pipi merah hanya di satu bagian. Tapi benaknya sedikit merasakan keresahan—tentu setelah mendengar teriakan yang nyaring dari balik pintu kayu di luar sana. Suaranya merayap masuk dan mengetuk gendang telinga Kang Yeosang tanpa persetujuan si empunya.

Yeosang tak melihat wujud mereka yang memarahi Hongjoong. Tapi ia tau mereka siapa dengan hanya menerka. Mereka adalah orangtua Wooyoung. Mereka berteriak memarahi Hongjoong ntah atas alasan apa. Yeosang hanya bisa mendengar bahwa mereka menginginkan anaknya kembali. Tapi, seperti orang mati rasa—Hongjoong tak berujar sepatah katapun—bahkan setelah ayah Wooyoung menamparnya.

Tapi, di sisi lain—atas kedatangan orangtua Wooyoung hari ini—Yeosang menemukan titik terang dari permasalahan Hongjoong. Ya, hanya setitik. Masih ada sejuta kegelapan yang terperangkap dan tak membiarkannya melirik dengan mudah.

Setelah Hongjoong masuk, maniknya bertatapan dengan milik Yeosang selama beberapa waktu. "Kau mau ikut aku sebentar?"

Yeosang lantas mengerutkan kening. "Kenapa tiba-tiba?"

"Kurasa kau ingin tau banyak hal."

───●◎●───

Dalam perjalanan melewati rentetan rumah-rumah kumuh, Yeosang hanya bisa menyaksikan tempat penimbunan sampah dan satu kedai kecil yang menjual perlengkapan harian. Kedai tersebut di hias hanya dengan papan besi yang tulisannya juga sudah luntur termakan usia. Bahkan mereka tak menggunakan semen untuk bagian dalamnya. Tempatnya redup dan kotor.

Seorang bibi pemilik kedai berwajah tak bersahabat sembari menatap Hongjoong. "Kau orang gila yang selalu termenung di mobil rongsokan. Bisakah kau berhenti datang? Aku risih melihatmu. Kenapa kau tak ke rumah sakit jiwa saja?"

"Bibi ini benar-benar kurang ajar," Yeosang menggeram.

Tapi Hongjoong cepat-cepat menenangkannya sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Yeosang tipe orang yang bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa memperdulikan siapa orang yang dia hadang. Yeosang pun akhirnya menahan diri meskipun masih memandang bibi tersebut dengan tatapan sinis.

Hongjoong berhenti di depan sebuah mobil yang berdiri dengan rapuh di depan tempat pembuangan sampah. Mobil itu harusnya berwarna silver, namun sudah berubah menjadi coklat karena karat yang mendekam di badannya. Yeosang yakin benda itu sudah kehilangan fungsi. Ia menoleh pada Hongjoong tak mengerti.

"Aku selalu datang kemari untuk memperbaikinya. Tapi kemampuanku tak sebagus itu," ujar Hongjoong sambil membuka pintu mobil dan duduk di kursi kemudi. Yeosang hanya mengekor dan mencaritau arti dari gerak-gerik Hongjoong.

"Bukan kemampuanmu yang kurang, tapi memang benda ini tak bisa diperbaiki lagi," ujar Yeosang sambil menilik benda itu secara intens.

Hongjoong tersenyum tipis sambil menatap secarik foto yang masih utuh—terlindungi oleh bingkai plastik yang bergelantungan di atas kemudi. Yeosang menyadari benda itu sedari tadi. Sebuah foto yang menangkap momen Hongjoong bersama teman-temannya yang lain. Dan foto itu, berbeda jauh dengan foto yang berada di rumah Hongjoong.

"Benarkah? Benarkah sudah tidak bisa di perbaiki?" Hongjoong menoleh ke arah Yeosang. "Apa aku harusnya menyerah saja?"

"Kau sedang apa? Jangan melamun sambil menyetir," ujar Seonghwa yang duduk di sampingnya. Tentu bukan Seonghwa yang asli, itu hanya ingatan lama dari memori Hongjoong yang terputar kembali.

Yeosang mulai mengumpulkan semua kepingan clue yang ia dapatkan dari perilaku Hongjoong. Menyambungnya menjadi satu untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Mungkin, mobil rusak ini jadi saksi bisu paling kuat setelah Hongjoong sendiri. Ia yang melewati sejumlah kenangan yang ingin sekali pria itu lupakan.

Ternyata benda yang rusak masih bisa berfungsi. Setidaknya untuk mengingatkan kejadian yang membuatnya hancur.

TBC

way back home ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang