Chapter 3

27 0 1
                                    

Pagi yang sejuk dengan aroma tanah yang baru saja selesai diguyur hujan semalaman membuat suasana hari ini menjadi tidak terlalu berat untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, jika pagi ini masih basah karena hujan, para siswa pasti datang sedikit lebih lambat dari biasanya. Namun, itu tentu saja tidak berlaku untukku yang menggunakan transportasi umum karena jadwal kereta tidak akan berubah hanya karena hujan biasa.

Suasana kelas masih sangat sepi ketika aku sampai. Sangat wajar karena mayoritas siswa dan siswi di kelasku berangkat ke sekolah menggunakan motor atau ojek konvensional dan online.

Aku berjalan menuju tempat dudukku yang ada di pojok belakang kelas dekat jendela sambil memandangi sekeliling kelas yang masih kosong, setidaknya sampai mataku tertuju pada salah satu perempuan yang sudah duduk di tempat duduknya yang hampir ada di paling belakang. Ah, aku ingat perempuan itu. Sepertinya selama ini dia tidak banyak bicara dan bukan merupakan anak yang populer, padahal dia cukup cantik menurutku.

Ah, bukannya aku peduli juga. Tidak ada penting-pentingnya memikirkan kenapa orang tidak populer begini.

Aku menarik kursiku, duduk dan langsung mengeluarkan novel ringan dari tasku.

Mulai terdengar obrolan-obrolan di sekitarku  setelah mungkin sekitar setengah jam semenjak aku mulai membaca. Kututup bukuku dan melihat ternyata kelas sudah ramai tanpa aku sadari. Kebiasaan burukku memang begitu, aku pasti tidak aware akan lingkungan sekitar ketika sedang membaca. Bahkan, mungkin jika ada yang berkelahi tepat di sebelah aku yang sedang membaca, aku juga tidak akan sadar.

Jam pertama hari ini akan diisi oleh pelajaran Sejarah. Guru yang mengajar, Bu Yus, merupakan wanita sekitar umur lima puluh tahun yang belum menikah. Sebenarnya dia adalah orang yang sangat baik dan perhatian, namun terkadang mood-nya tidak bisa diprediksi sehingga kami, para muridnya, tetap harus berjaga-jaga agar tidak merusak mood-nya ketika sedang bagus dan tidak memperburuknya ketika sedang jelek.

"Bu Yus pasti belajar sih. Padal gua berharap banget dikasih jam buat rencanain culfest," ucap Afif yang entah sudah berapa lama sampai di kelas dan duduk tepat di sebelahku.

"Anjir, tiba-tiba udah di sini aja lu."

"Ga tiba-tiba lah. Lu aja yang ga sadar."

Aku hanya membalasnya dengan gumaman ringan.

Bel masuk pelajaran pertama berbunyi. Seisi kelas sudah berada pada mejanya masing-masing. Seperti sekolah negeri lainnya, guru di sekolahku tidak langsung berada di kelas ketika bel berbunyi sehingga ada sedikit waktu kosong di tiap jam pelajarannya. Sesungguhnya untukku, waktu-waktu ini merupakan waktu yang paling nyaman untuk tenggelam dalam pikiran sambil mendengarkan musik dari HP-ku menggunakan headphone ANC hadiah ulang tahun ke-16 dari keluargaku.

Tiba-tiba kelas ramai dengan sorak-sorak sampai-sampai menembus ANC dari headphone yang sedang kugunakan.

"Kenapa, fif?" tanyaku pada Afif setelah melepas headphone.

"Katanya Bu Yus ngasih jam pelajaran hari ini untuk bahas culfest."

"Hoo, tumben Bu Yus."

Afif hanya membalas dengan gumaman kecil.

Seseorang dari kelasku langsung maju ke depan kelas seolah ingin memimpin pergerakan mahasiswa yang akan marching untuk berdemo di depan kantor pemerintah.

"Oke, jadi kita dari panitia inti kelas ini udah ngebagi tugas-tugas untuk kalian nih, tapi tenang aja, per tugas atau bagian itu berdua kok. Kita juga udah ngebagi pasangannya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Days After I Got RejectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang