Kala fajar masih belum menyapa dengan suasana yang masih begitu membeku dibalik tembok apartemen yang mengembun basah, seorang remaja laki-laki yang baru saja melegalkan dirinya kini kembali meraih tas dan koper yang sudah bersiap dibalik kamarnya.
Jaket hitam nan headset di telinga itu kini yang hanya menjadi sebuah hiburan dibalik gelap dan senyapnya dunia disubuh itu, sebuah surat telah tergeletak diatas sebuah meja belajar yang hanya bersinar oleh cahaya lampu.
Langkah pertama tanpa suara itu membuat kini dirinya harus memulai sebuah perjalanan tanpa ada kata dan bantuan dari orang tua lagi, endapan demi endapan kaki itu sanggup menghilangkan segala jejak hingga keluar dari kamar apartemen dimana keluarga kecil itu tinggal.
Menutup pintu dengan lembut seakan seperti maling yang hendak pergi dengan barang rampasannya. Kembali berjalan walau jalan-jalan kota kini terasa gelap nan hanya ada segelintir kendaraan yang terlintas diatas aspal yang masih lembab dibawah cahaya lampu jalan.
Udara membeku sanggup membuat uap sementara yang terus keluar dari mulut dan hidung yang menghirup dan mengeluarkan gas paling berharga didunia.
Sebuah surat ku tinggalkan, sebuah rasa dan isi hati kusampaikan, diatas selembar halaman yang murah dengan segala tinta yang tersisa dari pulpen bekas itu, ku berangkat untuk menempuh kacamata baru dan dunia baru.
Tak perlu dibentuk dan dicari dimana diriku berada, bukan aku benci hanya aku ingin mengepakkan sayapku, walau memang semua yang telah terjadi 17 Tahun lamanya adalah sebuah kehangatan yang berharga dalam hidupku, namun kini saatnya sebuah anak merpati harus terbang jauh untuk mengukir mimpi yang terlanjur diukir.
Aku sayang keluargaku, aku sayang kalian mama dan papa, aku sayang kakak dan adik, tapi hidup orang dimulai saat dirinya merasa yakin menjadi manusia yang sesungguhnya, aku akan pergi, tapi takkan hilang, aku terbang dan tak lupa untuk mendarat.
Salam singkatku, Vio.
Remaja laki-laki yang masih berjalan ditengah jalan itu berhasil menemukan sebuah bis yang akan mengantarkan dirinya ke bandara yang cukup dekat dengan tempat tinggalnya.
"Sudah kuduga," ucap Vio yang berlari mendekati bus itu sembari sebelumnya menghitung semua waktu dan semua jam kedatangan bus yang sering terlambat 5 menit itu.
Pemandangan kembali terukir dikala kini langit yang mulai kembali bersinar dan sang surya kembali menyapa setelah 7 kali dari ulang tahun remaja laki-laki yang masih mendengarkan musik, berjudul "Life Goes On."
Aku, Vio, sekarang masa hidupku 6212 hari, 17 tahun 7 hari pada jam 5:39, kini aku telah meninggalkan sebuah zona aman untuk menempuh hidup yang penuh dengan cerita dan tantangan di negara orang.
Beasiswaku menunjuk aku ke Jepang negeri yang penuh dengan surya dan tradisi yang mana mungkin aku mengerti, tapi kurasa ini lebih baik ketimbang harus duduk didepan layar yang penuh dengan tugas yang membosankan.
Tulis Vio dalam jurnal yang tebal walaupun tulisan catatan itu penuh dengan tulisan yang abstrak, ntah apakah dia terlalu pintar atau dia memang kurang belajar menulis latin.
Hingga seorang gadis yang entah kapan berada disampingnya kini terjatuh kearah remaja yang masih menulis saat belokan tikung terjadi hingga sebuah coretan besar terukir kembali diantara tulisan yang abstrak.
"Maafkan aku," ucap maaf gadis cantik dan imut disebelahnya ssembari rambut panjang terurai itu, sanggup membuat remaja laki-laki didepannya terdiam untuk sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main Dengan Khayalan
Teen FictionSegala Cerpen yang berharap jadi sebuah dunia tanpa batas