Lantunan musik menggema dalam bilik kecil kamar yang penuh dengan lampu gemerlap remang, tak ada suara selain jalan raya dibalik jendela apartemen yang padat akan pejalan kaki.
Malam ini aku diam tanpa rutinitas kembali menutup mata dan menggapai langit-langit sembari imajinasi melayang ntah kemana dia mau pergi, selimut masih menyelimuti dan bergumul dengan kaki yang kepanasan.
Aku, Melodi, perempuan mata empat yang hidup sendiri dibalik tembok tanpa pelamir dan hiasan seadanya untuk mengurangi kebiasaan apartemen murah dan sederhana.
Rutinitasku hanya sebatas content creator, membuat video, edit, review, upload dan melihat orang lain menonton hasil karyaku, tak ada istimewa dalam channelku hanya rangkaian sastra diatas meja bekas obralan cuci gudang.
Namun, diatas ranjang yang mulai memanas aku masih terdiam akan langkah ke depanku, melihat langit dan sesekali melihat jendela yang terbuka, membuat aku terheran, "Kenapa aku belum memiliki pacar ya? " tanyaku nya sebentar lagi berusia 22 tahun.
"Memang siapa yang mau menjadi pacarku? "
"Gadis nolep, gak ada aktivitas lain selain main game dan mengurusi urusan pribadi." Kataku yang kembali menarik bantal ke wajah dengan rasa insecure.
"Pacar virtual? "
"Gila lo? Memang ada yang mau dan bisa bertahan? Lo nyari pacar buat apa? Najis ah kalau nggak sesuai ekspetasi, bingung, dahlah nggak usah pacaran, tapi kesepian. " perdebatan tiada usai dalam benakku yang kalau bisa ku matikan stop kontaknya.
Malam dingin itu membuat aku tak bisa tertidur sama sekali, walau wajah cantik yang insecure ini harus juga dijaga. Kesehatannya, nanti kalau kelihatan tua bisa bahaya pekerjaanku.
"Ting! " sebuah notif tak sengaja lupa ku matikan padahal sudah selarut ini.
"Siapa sih?" tanya gerutuku yang mulai bangkit layak zombie dengan rambut singa habis krimbat di salon mahal.
"Melodi, apa kabar? " pesan yang terbentang di depan salah satu layar laptopku seketika membuatku bingung, karena penasaran tingkat tinggi layak dewa kucari profil dirinya.
Pria 25 tahun (Alex)
Agama ( Kristen)
Tinggi (182)
Bio ;)"Anak mana ini? Wait Alex? Kayak pernah denger, tapi dimana ya? " saat otak setengah sekarat diajak berenang dalam memori masa lalu yang di pindahin ke laptop saja belum tentu muat.
****
"Melodi, kamu belum pulang? "
"Belum, kenapa? "
"Jangan jutek amat dong, senyum dikit"
"Suka-suka gue lah, dasar enggrang gak naik kelas 3 kali."
"Eh?! Dasar, aku nggak naik kelas karena malas aja, pengen nyari dekel yang cans."
"Ih, najis, jangan bilang kalau lo mau deketin gua, gua nggak cantik. "
"Bagus anak muda biasakan mengaku, tanpa perlu disindir."
"Kurang ngajar setan enggrang," sebuah pukulan bertubi-tubi langsung menyerang Alex yang masih menunggu didepan taman sekolah itu.
"Ya-ya, sakit, nih aku beliin cokelat biar gak suka marah-marah ntar cepet tua, kan bahaya ntar cintaku ke kamu bisa luntur." kata Alex yang seketika membuat diriku SMA menoleh ke arahnya tanpa berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main Dengan Khayalan
Teen FictionSegala Cerpen yang berharap jadi sebuah dunia tanpa batas