Hai ...
Typo(s) Everywhere!
(*) setelah revisi, aku tetapin aja yak nama 'Zagan' yang dipake buat narasi & dialog.
|| chapter ini flashback dan pendek ||
Chapter selanjutnya baru pembukaan asli. Well, sorry.
.
"Tenang saja. Kau pasti akan di tempatkan di barisan paling aman, Zagan"
"Zagan, kau pasti bisa mengatasi ini"
"Kakak hebat!"
"Jangan kecewakan aku, nak"
Remaja berusia 15 tahun itu menutup matanya rapat, sekelebat ingatan tentang bagaimana bisa ia disini menghampiri. Ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya pelan, mencoba untuk tenang.
Meneguk ludah kasar, ia menatap kedepan. Tepat kearah kibaran bendera berwarna biru dengan gambar elang yang ditemani dua pedang bersilangan. Bendera musuh. Mudah baginya untuk melihat, karena ia tepat berada di barisan paling depan.
Tempat bunuh diri terbaik dalam peperangan.
Ibunda, maaf. Tapi ini bukan barisan paling aman. Batinnya meringis.
Sedikit menyesal telah menurut begitu saja untuk memenuhi keinginan sang ayah.
Sebenarnya apa tujuan ia ada disini?
"Tatap kedepan, Winterknight. Seorang prajurit tak pernah menundukkan kepala pada musuh yang ada didepan mata" ujar seorang lelaki paruh baya tegas. Zagan dengan jelas bisa mendengar suara sang Perwira yang melatihnya tersebut di tengah rasa gugup dan suasana tegang antar kedua pasukan yang siap bertempur. Walau pelan, namun nada bicara itu tegas dan tak dapat ia bantah sama sekali.
Zagan beralih, menatap kedepan. Tepat pada Jendral gagah yang menaiki kuda hitam di depan sana. Membawa pedang besar nan berat yang masih tersarung apik bertengger di pinggang nya.
Tak lama terdengar suara desing pedang yang keluar dari sarungnya, terarah lurus ke langit. Zagan menatap ujung pedang yang runcing, menantang matahari diatas sana hingga memantulkan cahaya layaknya kilat. Pedang itu terhentak jelas ke depan, lurus menuju pasukan musuh.
"HIDUP ELDGARD! HIDUP LOGASSEN!"
Komando telah di teriakan ke udara, menggema, membakar darah para prajurit yang kini berlari bersama Jendral mereka, termasuk Zagan. Lelaki berusia 15 tahun itu berlari, menempatkan pedangnya lurus ke depan, membunuh musuh dengan tepat dan akurat.
Ia bisa mendengar suara besi berat pedang saling beradu dan teriak para teman prajurit serta pasukan musuh bersahutan. Menciptakan melodi mengerikan yang melambung tinggi ke langit luas. Zagan merasakan telinga nya dibuat tuli seketika, kini yang ia andalkan hanyalah gerak gesit tubuh dan indera penglihatannya.
Zagan menghentakkan pedangnya kala seorang pria dari kubu musuh membabi buta serangan kearahnya. Ia terus bergerak kedepan, sesekali menoleh ke belakang hanya untuk mencari rekan agar ia tahu bahwa ia tidak sendirian di tengah lautan pasukan musuh.
Mencoba mengontrol napasnya yang tak beraturan. Ia melihat sekeliling, terperangkap dalam lautan manusia yang sibuk menyerang disana-sini.
"Ah, ternyata kau anak si Winterknight yang ikut perang itu?" Zagan menoleh waspada, menatap presensi tubuh kekar di depannya.
Wajah dewasa dengan beberapa gores pedang yang mengeluarkan darah di wajahnya. Zagan sedikit banyak merasa terancam. Ia agak takut. Tapi tidak bisa begitu saja kalah dengan mudah.
![](https://img.wattpad.com/cover/260470142-288-k720662.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL [ON HOLD]
Fantasi[Romance-Fantasy] [Slow-plot] [BXB] Dewa senang sekali bermain-main dengan takdir keduanya. Memutar-mutar skenario dan membuat salah satunya putus asa. Penuh liku dan luka. "Aku akan melakukan apapun, kumohon. Kembalikan dia dalam pelukku" ©2021