Dua

540 67 12
                                    

Gemericik air dari dalam kamar mandi pagi ini turun bersama dengan air mata yang mengalir deras dari wajah wanita cantik yang tengah mengguyur tubuhnya yang berbalut selimut putih itu. Tubuhnya terduduk mengenaskan dilantai dan tangannya memeluk kakinya yang tertekuk.

Semalam Kai kembali menyentuhnya. Jauh lebih kasar dari malam-malam sebelumnya, di tambah emosi dari laki-laki itu, membuat Lisa berulang kali memukul tubuhnya yang kini terlihat begitu menjijikan di matanya sendiri.

Apakah ia memang benar-benar tidak dianggap oleh Kai, sehingga membuat pria itu selalu memberinya perlakuan yang sangat menyakiti hati?

Sebegitu hinakah ia dihadapan Kai sehingga pria itu harus menyentuhnya sekasar itu?

Kai memperlakukannya seolah-olah ia seorang wanita murahan yang tidak berarti apa-apa, meski sebenarnya ia berstatus sebagai istri dari pria itu.

"Mama, kenapa rasanya sakit sekali?" lirih Lisa, memukuli dadanya, dengan air matanya semakin mengalir deras seiringan dengan isakan tangisnya yang begitu memilukan.

Lisa tidak perduli fakta bahwa ia sudah terduduk selama satu jam dibawah guyuran shower yang membasahi tubuhnya. Dan ia juga tidak perduli jika saat ini tubuhnya terasa menggigil karena kedinginan, yang ia pikirkan hanyalah menumpahkan semua rasa sakit dan menyesakkan yang ada didalam hatinya dengan menangis sepuasnya.

"ma, Lisa tidak kuat. Ini sangat menyakitkan" Suara gadis itu bergetar hebat membuat isakan tangisnya semakin terasa memilukan.

"Nona, anda baik-baik saja?" tanya bi Imah menatap Lisa, khawatir.

Pagi ini Lisa duduk di ruang makan dengan mata bengkak dan wajah pucat.

"Apa anda sakit? Mau saya belikan obat?" tanya bi Imah lagi, membuat Kai yang tengah mengoleskan roti dihadapan wanita itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sejak pria itu bangun ia sudah tidak mendapati Lisa disampingnya dan juga ia sama sekali tidak melihat wanita itu menyiapkan pakaian kantornya seperti biasa. Kai baru melihat Lisa saat pria itu menuju meja makan dan melihat wanita itu sudah duduk di depan meja makan dengan kepala yang tertunduk. Bahkan sejak tadi Kai menatap Lisa tapi wanita itu sama sekali tidak berniat untuk membalas tatapannya.

"Kau tidak dengar, bibi sedang bertanya padamu?"

Suara Kai berhasil membuat Lisa meletakkan sendok yang sejak tadi hanya ia pegang. Wanita itu mendongakkan kepalanya dan membalas tatapan khawatir dari bi Imah dengan senyum getir yang sangat terlihat dari wajahnya.

"Saya tidak apa-apa, bi" Lisa menatap sendu bi Imah membuat wanita paruh baya itu semakin khawatir melihat kondisi istri majikannya itu.

Bi Imah menganggukkan kepalanya mengerti, walaupun sebenarnya ia sangat cemas apalagi melihat mata Lisa yang sempat berkaca-kaca tadi. Wanita itu membungkukkan badannya sopan lalu kembali ke dapur meninggalkan dua orang yang ada dimeja makan itu dalam keheningan.

"Aku sudah selesai" ujar Lisa, mendorong kursi yang ia duduki lalu berdiri.

Tindakan itu membuat Kai mendongakkan kepalanya.

"Hati-hati nanti dijalan, kak" Ucap Lisa singkat dan setelahnya wanita itu pergi meninggalkan meja makan yang membuat Kai menautkan kedua alisnya, lalu menatap piring Lisa yang berisikan nasi goreng itu masih terlihat utuh. Sama sekali tidak disentuh.

---

Lisa meletakkan gadget yang sejak tadi ia pegang, lalu menghembuskan nafas beratnya. Sejak dua jam lalu waktunya ia habiskan di pinggir kolam renang dengan mencoba melihat beberapa video-video resep membuat kue di internet. Setidaknya dengan begini, wanita itu bisa sedikit menghilangkan kesedihannya.

Broke Me FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang