Selamat membaca 💚-!!
•
•
•
Author POV
Mentari mulai menampakkan cahayanya. Haechan mengerang, netra nya tertutup rapat, walau begitu ia masih merasakan terangnya cahaya mentari.
Ia makin menggulung dirinya di dalam selimut. Saat tiba-tiba ada lengan yang merengkuh pinggangnya.
Haechan menegang, perlahan membuka matanya lalu melihat ke arah pinggangnya.Lengan Mark, Haechan mendesah lega. Lalu perlahan melepas rengkuhan Mark, berusaha bangkit dari ranjang. Belum sempat melepasnya, rengkuhan Mark makin erat.
Haechan pasrah, hanya diam dengan wajah bersemu merah.
Tak lama, lalu Mark membuka matanya.
Ia belum sadar bahwa lengannya masih merengkuh mesra pinggang Haechan.Setelah kesadarannya sudah utuh, ia memanggil Haechan, "Haechan?" Panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Mark lepaskan aku." Ucap Haechan.
Mark mengernyit heran, bingung atas pertanyaan Haechan. Apanya yang di lepas?
"Ha? Apa Chan?" Mencoba bertanya untuk memastikan.
"Lenganmu di pinggangku, lepaskan dulu." Jawabnya.
Atensi Mark teralih pada lengannya, ia langsung menjauhkannya begitu sadar. Mulai merutuki diri sendiri.
"Maaf Haechan, ga sengaja. Aku kira guling." Jelas Mark dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Guling sama manusia beda jauh ya." Ucap Haechan sambil memicing.
"Orang tidur mana sadar!" Pembelaan Mark.
Haechan memutar bola matanya. Memilih untuk beranjak menuju kamar mandi. Mereka kan harus sekolah juga.
Masih pukul 7 pagi, hari ini sekolah mengadakan rapat guru. Jadi siswa dan siswi masuk jam 8 pagi.Mark menunggu Haechan mandi, diwaktu senggang itu lah dia membersihkan kamar Haechan. Saat Haechan keluar kamar mandi, matanya berbinar senang.
"Kamu yang bersihin Mark?!" Tanyanya.
"Pak lurah. Ya jelas aku lah siapa lagi?"
Haechan hanya tertawa, lalu mengangguk paham.
"Thank you very much!" Ucapnya.
Mark mengangkat satu alisnya, "Katanya ga bisa bahasa Inggris?" Tanya Mark, mendengar itu Haechan mencubit pinggang Mark.
"Kalau cuman makasih ya bisa lah Mark Lee! Aku ga bodoh-bodoh banget kok!" Balas Haechan.
Mark tergelak, ia memakai jaket, lalu menyambar tas dan kunci mobil nya yang ada di meja belajar Haechan.
"Ayo." Ajak Mark.
"Kemana? Ga sarapan dulu?" Tanya Haechan.
"Ke rumahku, sarapan di rumahku aja. Bunda pasti udah masak."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉akarta Butuh 𝐉ogja [MarkHyuck]
Teen Fiction"𝐉𝘢𝘬𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩 𝐉𝘰𝘨𝘫𝘢 𝘮𝘶. 𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘮𝘶? 𝐉𝘢𝘬𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝐉𝘰𝘨𝘫𝘢. 𝘉𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯...