Dewa Gila, tapi Benar Sih.

52 8 3
                                    

“Think before you speak, don’t speak before you think

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Think before you speak, don’t speak before you think.” —Haikal Ramadhan.

●●●


Klaise menggigit kuku ibu jarinya ketika ia panik, kebiasaan dari kecil yang tidak patut ditiru, terkadang Theo bahkan menyentil jarinya ketika melihat adik perempuannya ini menggigit jarinya.

Terbukti, sekarang Theo menyentil kembali jarinya yang membuat Klaise meringis kesakitan, sentilannya itu loh, benar-benar pakai kekuatan dalam!

“Sakit, Bang!” ucap Klaise sambil mendelik ke arah Theo.

Theo hanya menggidikkan bahunya acuh. “Udah berapa kali Abang bilang tentang kebiasaan buruk kamu itu?”

“Yaa, sering, tapi ‘kan jangan kenceng-kenceng juga!”

“Kamu tuh digituin aja masih ngelakuin, gimana Abang nyentilnya pelan?” wajah Theo menyeritkan tanda tanya yang membuat Klaise mendengus kasar. Ia memang tidak pernah bisa menang berdebat bersama abangnya.

Theo mengambil beberapa potong roti yang ada di meja makan, lalu memakannya tanpa tambahan apa pun, setelah itu ia berjalan ke arah rak dan mengambil sereal yang akan ia makan pagi ini.

Melihat Theo mengambil sereal, sang bunda yang juga berada di ruang makan menyerit heran. “Bunda masak, Bang. Kenapa makan sereal?” tanya Bunda Khea yang sedang menyiapkan mangkuk-mangkuk dibantu oleh Saka.

Theo yang sudah memakan seralnya itu kemudian berkata, “Yaa, nanti Theo makan lagi, Bun. Ini cuma mau ganjal perut aja.”

Saka yang sekarang sudah duduk di bangku sebelah Klaise mendelik kesal ke arah Theo. “Lo doang, Bang, makan roti sama sereal bilangnya ngeganjel doang.”

Klaise tertawa mendengar ucapan Saka. “Dasar perut karung!”

“Dih, pada sirik aja lo berdua!”

Ayah Yovan hanya bisa terkekeh geli melihat ketiga anaknya sedang beradu mulut, ia sangat bahagia bisa berkumpul bersama seperti ini lagi karena baru tahun lalu mereka bisa berkumpul bersama kembali karena Klaise tinggal di Jerman bersama orangtuanya.

Bunda Khea kemudian menaruh sup jagung untuk mereka makan pagi ini.
“Nah, pagi ini makannya cuma sup jagung, Theo mana kenyang, Bun,” ucap Theo sambil menarik mangkuk supnya agar bisa ia makan setelah sereal se-mangkuk penuh tadi sudah masuk dalam perut karetnya.

“Itu mah Abang aja yang perut karet, makan roti, sereal terus sekarang sup jagung. Nah, nanti pas sampai di kampus beli nasi uduk Bu Ijah,” ucap Klaise sambil menyuap sesendok sup jagung ke dalam mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KetuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang